PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI ABBASIYAH
Disusun
Oleh :
PAI G
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas “Peradaban
Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah” yang digunakan sebagai salah satu tugas mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang disampaikan oleh dosen pengampu Ghufron
Dimyati M.S.I.
Kami ucapkan banyak terima kasih
kepada segala pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan
tentang “Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah”.
Namun demikian, makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk kedepannya. Terima kasih.
Pekalongan, 16 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti
Abbasiyah
2
B. Para Khalifah
Dinasti Abbasiyah
4
C.
Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abbasiyah
7
D.
Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
13
E. Faktor-faktor
yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah
14
F. Akhir
kekuasaan Dinasti Abbasiyah
17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
18
B. Saran
18
Daftar Pustaka
19
Profil
20
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peradaban dalam Islam,dapat
ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat (Khulafaur
Rasyidin), dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang.
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang
semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa
lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber
pada peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda
dari agama-agama lain, sebagaimana pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam
bukunya Whither Islam kemudian dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much
more than a system of theology, it is a complete civilization” (Islam
sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang
sempurna). Maju mundurnya peradaban islam tergantung dari sejauh mana dinamika
umat Islam itu sendiri. Maka dari itu kita akan membahas sebuah peradaban besar
yang sangat berpengaruh luas, yaitu masa kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat
di Baghdad.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah?
2. Siapa
saja khalifah pada masa dinasti Abbasiyah?
3. Bagaimana
masa kejayaan peradaban dinasti Abbasiyah?
4. Apa
saja dinasti yang memerdekakan diri pada masa itu?
5. Faktor
apa saja yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah?
6. Bagaimana
akhir kekuasaan dinasti Abbasiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
(750-1258 M)
A.
Berdirinya
Dinasti Abbasiah
Nama
dinasti abbasiyah di ambil dari nama salah seorang dari paman nabi Muhammad SAW
yang bernama Al-abbas ibn Abd al-muttalib ibn Hasyim.Orang abbasiah merasa
lebih berhak daripada bani ummayah atas kekhlifahan islam,sebab mereka adalah
dari cabang bani hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan
nabi.Menurut mereka,orang ummayah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin.Oleh karena itu,untuk
mendirikan dinasti abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa
melakukan pemberontakan terhadap dinasti ummayah .
Telah
dijelaskan,bahwa saat kekhalifahan ummayah di pegang Umar II,salah satu
kekuatan politik yang kontra dengan kebijakan “machiavellian”model ummayah
adalah para pengikut nabi dari keturunan bani abbas.Akan tetapi,sebagai sarana propaganda,
mereka tidak menyebutkan diri sebagai keluarga abbas,namun menggunakan jargon
dan simbol bani hasyim.Dengan demikian mereka dapat merangkul baik kelompok syi’ahtu ali maupun syi’ahtu abbas. Kedua kelompok inilah yang pada akhirnya melandasi
berdirinya kekhalifahan abbasiyah.
Telah
di sebutkan,bahwa pada 749 M mariyam dan kawan-kawan(2004:100)mencatat,bahwa
pertempuran tersebut terjadi pada Februari
750 M.Dalam peperangan di Dzab II, gerakan abbasiyah mencapai
hasil,dengan mengalahkan khalifah marwan II yang melarikan diri ke Mesir tahun
itu juga,di masjid kufah(irak) abu al-abbas al-safah mendeklarasikan dirinya
sebagai khalifah pertama dinasti abbasiyah .setelah menjadi khalifah,abu
al-abbas bergelar al-saffah (penumpah
darah atau peminum darah) mengeluarkan dekrit kepada para gubernur,supaya
tokoh-tokoh ummayah yang memiliki darah biru semuanya di bunuh.Ia sendiri juga
membunuh banyak rival dari dinasti itu. Oleh karena itu,rakyat
damaskus,harran,himes,kinnisihrin,jeruzalem,dan daerah lainya membrontak.Api
pembrontakan itu di padamkan dengan tangan besi oleh Rezim Safah.
Selain
saffa semua khalifah abbasiyah menganggap kekuasanya berasal dari Allah (divine origin)dan menjadi penuntun yang
sebenarnya bagi kaum muslim.Para khalifah memegang amanat kekuasan untuk
menjadi penyelamat umat.Gelar al-mansur,al-mahdi,al-hadi,al-rasyid
mengindikasikan,bahwa mereka mengklaim diri mendapat tuntutan dari Allah di
jalan yang lurus untuk membawa pencerahan dan untuk mengembalikan umat islam ke
jalan yang benar.mereka juga menjadi pelindung ulama dan ilmuan. Tidak seperti
masa sebelum mansur,para khalifah adalah sebagai pengganti dari khalifah
terdahulu.Mulailah sejak itu jabatan khalifah merupakan jabatan prestisius baik
untuk bidang politik maupun dalam bidang ke agamaan.Setelah mansur wafat pada
775 M,Mahdi menjadi khalifah (775-785M),yang populer bersikap sangat lunak
terhadap rival politknya,lebih dermawan,dan lebih berperan dalam pembelaan
islam.Periodenya identik dengan negara yang aman dan kekayaan negeri bertambah.
Masa ini terjadi perubahan yang paling utama adalah,faksi politik khurasan dan
sekelompok militer mulai menjadi saingan keluarga ke khalifahan
abbasiyah.Sebelum wafat mahdi mengangkat dua orang putra :Hadi dan Harun,supaya
kekuasaan abbasiyah tetap di tangan turunan dari al-abbas,apabila salah satunya
mendadak wafat,masih terdapat satu putra mahkota pengganti.Hal ini juga menjadi
sumber kekacauan,kericiuan,dan persaingan berebut kekuasaan.
Setelah
harun wafat(809 M),amin di angkat menjadi khalifah dan ma’mun sebagai penguasa
di khurasan yang mengakui kedaulatan amin sebagai khalifah yang sah.Meskipun
awalnya mereka rukun,tetapi akhirnya menjadi konflik dan perang saudara antara
amin dan ma’mun yang memenangkan oleh ma’mun.Amin akhirnya menyetujui untuk
menyerah di tangan panglima ma’mun bernama Harsama yang kemudian ternyata ia
terbunuh pada malam hari(September 813 M)di tangan sekelompok orang yang
fanatik. Kekalahan amin dan pengukuhan ma’mun sebagai khalifah,membawa
perubahan besar atau era baru dalam sejarah islam.Khalifah baru tidak seperti
pendahulunya yang suka berfoya-foya,hidup mewah,pemalas,atau licik.Ia sangat
mencintai ilmu, ilmuan,dan kemajuanya.ma’munmengumumkan dirinya sebagai
khalifah (Mei,811 M),dan fadal menjadi perdana mentri.
Menjelang
wafat seperti kebiasaan pendahulunya,ma’mun juga membatalkan wasiat
ayahnya,yaitu kasim dan putra sulungnya ,abbas di ganti dengan saudara ma’mun
yang lain,yaitu abu ishaq muhammad dengan gelar al-mu’tasim bi Allah(833-842
M). Mu’tasim selain kepandaian,memiliki semua sifat dan karakter pedahulunya.Setelah
6 tahun berkuasa, menjelang wafat tidak seperti pendahulunya,mu’tasim tidak
menunjuk siapapun sebagai penggantinya.
Seperti
harun,mu’tawaqil juga membagi kekuasaanya kepada 3 putranaya yaitu , wilayah
barat di berikan pada mustansir,sedang wilayah timur di berikan kepada putra
kedua yang beruisa 3 tahun,dan syam di serahkan kepada putra bungsu yang masih
bayi.Masing-masing mereka di tunjuk oleh seorang wali .Para wali inilah yang
berkuasa sewnang-wenang.Setelah 40 hari berkuasa,mentri ahmad bersama bugha,dan
wasif memaksa mustansir untuk membatalkan wasiatnya yang menunjuk dua suara
lain ebagai pewaris tahta.Setelah 6 bulan berkuasa,mustansir wafat,maka
petinggi turki mengangkat cucu mu’tasim ,musta’in (862-866)sebagai
khalifah.Namun kekuasaanya tidak bertahan lama,para jendral akhirnya juga
memaksa untuk menyerahkan kekuasaan selanjutnya kepada putra wasiq, muhtadid bi
Allah(869-870),sebagai khalifah.Sebelas bulan kemudian nasibnya sama seperti pendahulunya.Para
jendral akhirnya mengangkat mu’tamid (870 -892),putra mu’tawakil sebagai
khalifah.Sejak khalifah berikutnya al-Mu’tajid bi allah (892-902) sampai
khalifah al-Qa’im bi Allah (1031-1075) sebanyak sepuluh orang khaifah
berkuasa,akan tetapi yang kekuasaan di kendalikan oleh para amir dari dinasti
Buwaihah.[1]
B.
Para Khalifah
Dinasti Abbasiyah
Khalifah-khalifah
pada masa kekhalifahan abbasiyah (750-1258M) di baghdad yaitu :
1.
Abu Al-‘abbas
ibn Muhammad Al-saffah (132-136H/
750-754M)
2.
Abu ja’far ibn
Muhammad Al-Manshur (136-158H/754-775M)
3.
Abu Abbdulah
Muhammad Al-mahdi (158-169H/775-785M)
4.
Abu Musa al-hadi (169-170H/785-789M)
5.
Abu Ja’far Harun
al-Rasyid (170-193H/786-809M)
6.
Abu Musa
Muhammad Al-Amin (193-198H/809-813M)
7.
Abu Ja’far
Abbdulah al-ma’mun (198-218H/813-833M)
8.
Abu ishak
Muhammad al-mu’tashim (218-227H/833-842M)
9.
Abu ja’far Harun
Al-watsiq (227-232H/842-847M)
10.
Abu al-fadhl
ja’far al-mutawakkil (232-247h/847-861M)
11.
Abu ja’far
Muhammad al-Muntanshir (247-248H/861-862M)
12.
Abu al-Abbas
ahmad Al-Musta’in (248-252H/862-866M)
13.
Abu Abdullah
Muhammad Al-mu’tazz (252-255H/866-869M)
14.
Abu ishak
Muhammad al-muhtadi (255-256H/869-870M)
15.
Abu al-abbas
ahmad al-mu’tamid (256-279H/870-892M)
16.
Abu al-abbas
ahmad al-mu’tadhid (279-289H/892-902M)
17.
Abu Muhammad ali
al-muktafi (289-295H/902-905M)
18.
Abu al-faddhl
ja’far al-muqtadir (295-320H/905-932M)
19.
Abu manshur Muhammad al-Qahir (320-322H/932-934M)
20.
Abu Al-abbas
ahmad al-Radhi (322-392H/934-940M)
21.
Abu ishak
ibrahim al-muttaqi (329-332H/940-944M)
22.
Abu al-qazim
abbdulah al-mustakfi (332-334H/944-946M)
23.
Abu al-qazim al-
mufadhadal al-muthi’ (334-362H/946-974M)
24.
Abu al-fadhl
abdul karim al-tha’i (362-381h/974-991M)
25.
Abu l-abbas
ahmad al-qadir (381-422H/991-1031M)
26.
Abu ja’far
abdullah al-qa’im (422-467H/1031-1075M)
27.
Abu al-qasim
abdullah al-muqtadhi (467-487H/1075-1094M)
28.
Abu al-abbas
ahmad al-mustazhhir (487-512
H/1094-1118M)
29.
Abu manshur
al-fadhl al-mustaryid (512-529H/1118-1135M)
30.
Abu ja’far
al-manshur al-rasyid (529-530H1135-1136M)
31.
Abu abdullah
muhammad al-muqtafi (530-555H/1136-1160M)
32.
Abu almushaffar
al-mustanjid (555-566H/1160-1170M)
33.
Abu Muhammad
al-hasan almustadhi’ (566-575H/11790-1180M)
34.
Abu al-abbas
ahmad al-nashir (575-622H/1180-1225M)
35.
Abu nash Muhammad
Al-zahir (622-623h/1225-1226M)
36.
Abu ja’far
Al-manshur Al-musatnshir (623-640H/1226-1242M)
37.
Abu ahmad
abdullah Al-mustashim (640-656H/1241-1258M)[2]
Pada
masa bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258 M, ada seorang
pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan
kekhalifahan dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa dibidang keagamaan
dibawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang
bergelar Sultan. Jabatan Khalifah yang disandang keturunan Abbasiyah di Mesir
berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki Ustmani
ketika menguasai Mesir pada tahun 157 M. Dengan demkian, hilanglah kekhalifahan
Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Para
khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut;
1.
Al-Muntashir 1261-1261 M
2.
Al-Hakim 1261-1302 M
3.
Al-Mustakfi 1302-1340 M
4.
Al-Wasiq 1340-1341 M
5.
Al-Hakim II 1341-1352 M
6.
Al-Mutadid I 1352-1362 M
7.
Al-Mutawakkil I 1362-1377 M
8.
Al-Mu’tashim 1377-1377 M
9.
Al-Mutawakkil I 1377-1383 M
10.
Al-Watsiq II 1383-1386
M
11.
Al-Mu’tashim 1386-1389 M
12.
Al-Mutawakkil I 1389-1406 M
13.
Al-Musta’in 1406-1414
M
14.
Al-Mu’tadid 1414-1441 M
15.
Al-Mustakfi II 1441-1451 M
16.
Al-Qaim 1451-1455 M[3]
- PerkembangandanKemajuan Islam pada MasaDinastiAbbasiyah
Baghdad adalahibukotaIrakdanmerupakankotaterbesarkedua
di Asia Barat Dayasetelah Teheran. Kota initerletakdiantara Sungai Tigris dan
Sungai Eufrat.Dalamsejarahnya, kotainitelahdihuniolehumatmanusiasejak 4000 SM.
Kata “Baghdad” itusendiriberarti “tamankeadilan”.
Singkatcerita,penduduksetempatmenerima agama islamdengansangatbaikhingga agama yang dibawaolehRasulullah
Saw, inidipelukolehmayoritasmasyarakat Baghdad. KetikakekhalifahanislamdipegangolehBaniAbbasiyah,
kota Baghdad dibangunmenjadisalahsatukota metropolitan yang menjadiskasi era
keemasanislam. PembangunannyadiprakasaiolehKhalifah Abu Ja’far al-Mansur, yang
memindahkanpusatpemerintahan Islam dariDamaskuske Baghdad.
Pemerintahan Baghdad
sebagaipusatpemerintahanDinastiAbbasiyahdidasarkanpadaberbagaipertimbangan,
sepertipolitik, keamanan, social, sertageografis.Dalampembangunankota Baghdad,
Khalifamempekerjakanahlibangunan, yang terdiriatasarsiktektur, tukang batu, tukangkayu, ahlilukis, ahlipahat, yang
didatangkandari Syria, Mosul, Basrah, danKufah yang Berjumlah 100.000 orang.
KetikaDinastiAbbasiyahdipimpinolehHarunar-Rasyid, kota
Baghdad semakincemerlangdanmenjaditujuanbanyak orang. Kemudian, sang
khalifahmendirikanBayt al-Hikmah, sebuahakademmiilmiah yang
menjadipusataktivitaskeilmuan, mulaidaripenelitian penerjemahansekaligusperpustakaan. Selainitu,
al-Ma’munmenambahkanbangunankhusussebagaisebuahobservatoriumuntukpenelitianastronomikeBayt
al-Hikmah.
1.
SeniBangunandan Tata Kota
IbukotaDinastiAbbasiyahmemangpernahdipindahkandari
Baghdadke Samarra karenaterjadikonflikantarapenduduk Baghdad
danwargaTurkipadamasaKhalifah al-Ma’tasim,
seorangketurunanTurkidarigarisibunya. Kemudian, Samarra
dipercantikdenganmembangundanaubuatandanlapangan.Salah satubangunan monumental di kota Samarra adalah Masjid Agung
Samarra yang dibangunpadaabad ke-9 olehKhalifah Al-Mutawakkil, Khalifah ke-10
dariDinastiAbbasiyah, yang memerintah di Samarra sejak 847 hingga 861. Menara Masjid ini memangunikkarenabentuknyatidaksamasepertimenara
masjid padaumumnyalantaranbentukanya yang seperticangkangsiput.
MenarainidisebutmenaraMalwiyaataumenaraSamarra.MasjidAgung Samarra terletak di sebelahtimur Sungai Tigris, sekitar
125 km sebelahutaraBaghdad.Bangunan masjid di buatdaribatubata yang dibakar.
Pada 2007 silam, UNESCO menetapkan Masjid Samarra di
Iraq inimasukdaftartempatbersejarahdiduniaatau world heritage sites.
2.
JaringanJalan
Sebagaiibukotapemerintahan, kedudukankota Baghdad
tentusangatsentral. Itulahsebabnya, beberapajalurdibuka,
semuanyadaridanmenujukotaini. Dengankeberadaanjalantersebut, terciptaintegrasidengankota-kotaprovinsiutamahinggawilayah perbatasan.
Periode ke-2, yakniabad ke-10
ketikaterjadiperkembanganluarbiasa di sejumlahprovinsi.Kondisiitumembuatkota-kotaprovinsi kianotonom.Baghdadbukanlagisatu-satunyapusatpertumbuhan.
Karenaketikaituperkembanganislamsemakinluas,
makakeberadaanjalan-jalanmemilikiperansangat vital. Jalan-jalan yang terbangundenganbaik member
kemudahan pula bagipejabatpemerintahpusat yang seringmenginspeksiwilayah kekuasaannya.Selainitu,
keberadaanjalaninijugasangatdibutuhkankarenapadamasaitubangkitgairahkeagamaandiduniaislam.
UmatislamselaluberharapdapatmengunjungikotasuciMakkahdanMadinah.
Jaringan
ke-2 adalahJalanLintas Tenggara.JalanUtamainihampir parallel denganJalanKhurasan.Duajalantersebutdipisahkanolehpadanpasirluas
yang terdapatdiantaraKhurasandanFars.DarigerbangBasrah di Baghdad,
jalurlintasinimengikutisepanjang Sungai Tigris.Duakotapertama yang
dilaluiadalahWasitdanBasrah.
Dari
kotaBasrahperjalananbarulahmengarahkewilayahtenggarah, tepatnyakekota Ahwaz di
Kuzistan, hinggamenjangkauarahtimursampaiSungai Industan.
SedangkanjaringanketigaialahjalanMaghreb.Jaringanjalaninimemilikiduajalur, yang
melalui Sungai Eurfat, sedangkanjalurlainyamelewati Mosul.
Selainmembangundanmemperbaiki system
jaringanjalan, penguasa DinastiAbbasiyahjugamengembangkanberagamfasilitaspenunjangnya.Misalnya,
pembangunan jembatan, tempat peristirahatan, sumur air, masjid, dan lain
sebagainya.Bahkan catatan sejarah mengungkapkan, sejumlah jembatan yang
dibangun pada era tersebut memiliki ketahanan luar biasa.Ada dua tipe jembatan,
yaitu yang berstruktur batu dan yang berstruktur kayu.
3. IlmuPengetahuan
Berikut beberapa ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah:
a.
Ilmu Tafsir
Pada saat itu, para mufasir menggunakan metode
penafsiran dengan cara memberikan interpretasi al-Qur’an dengan hadist dan
penjelasan para ahabat besar, termasuk pendapat ahli kitab yang sudah masuk
islam dan pendapat orang yang menguasai kitab Taurat dan Injil. Adapun tokoh
ilmu tafsir ketika itu adalah Ibnu Jarir ath-Thabari dengan karyanya jami
al-bayan fi tafsir al-Qur’an yang tersiri dari 30 juz. Dalam kitab ini,
Ibnu Jarir menyandarkan tafsirnya kepada iBnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan
sahabat-sahabat lainnya, serta Muqatil Ibnu Sulaiman yang menyandarkan
tafsiranya kepada para sahabat yang mengutip dari Taurat yang diriwayatkan oleh
orang Yahudi.
b. Ilmu Hadist
Pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, banyak
ulama perawi hadist yang sangat terkenal, di antaranya al-aimmah al-sittah,
yaitu imam Bukhari (194-256 H) dengan kitabnya al-jami al-shahih dan Tarikh
al-kabir, imam Muslim(204-261H) dengan kitab al-jami shahih Muslim, Ibnu Majah
(209-273H) dengan kitabnya Sunan Ibnu Majah, Abu Dawud (202-275 H) dengan kitabnya
Sunan Abi Dawud, Tirmidzi (wafad 279H) dengan kitabnya Sunan AL-Tirmidzi, dan
Naa’i (225-303 H) dengan kitabnya Sunan al-Nasa’i.
c. Ilmu Fiqh
Perkembangan ilmu fiqh ketika itu sangat pesat
sehingga muncul ulama-ulama terkemuka, seperti Abu Hanifah al-Nu’man bin Sabit
(700-767M) dengan kitabnya Musnad al-imam al-a’dham atau fiqh al-akbar, Malik
bin Anas (713-795M) dengan kitabnya al-Muwatha, Muhammad bin Idris al-Syafi’i
(767-820M) dengan kitabnya al-Risalah, dan Ahmad bin Hambal (780-855M) dengan
kitabnya al-Musnad.
d. Ilmu Tasawuf
Puncak perkembangan ilmu Tasawuf ini terjadi
pada masa Dinasti Abbasiyah. Inti ajarannya adalah tekun beribadah dengan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, meninggalkan kesenangan dan
perhiasan hidup duniawi.
Berikut beberapa ulama besar di bidang
tasawuf:
· Junaid al-Baghdadi (w.298H)
· Abu Kasim Abul Karim bin Hawain al-Qusyairi
yang populer dipanggil Al-Qusyairi (w.465H)
· Muhammad bin Muhammad bin al-Ghazali (w.1111M)
yang poler dengan panggilan al-Ghazali.
e. Ilmu Sejarah
Pada saat itu, ilmu sejarah juga berkembang
sangt baik. Adapun tokohnya adalah al-Mas’ud, yang dijuluki sebagai pemimpin
para sejarawan, ia juga seorang ahli geografi. Selain itu, ada nama Ibnu Hasyim
(abad ke-8), Ibnu Sa’ad (abad ke-9), dan Abu Ja’far Muhammad at-Tabari (835-923
M) karyanya ialah Akhbarul wa Mulk (The book of the Annals of Prophets and
Kings) tentang sejrah manusia hingga tahun 913, Firdawsi (penyair dan bapak
sejarah Persia) dengan karyanya Book of kings (shah-Namah), dan Ibnu Khaldun
(1332-1406M) ahli dalam teori pendidikan, karyanya Muqaddimah.
f. Ilmu Sastra
Perkembangan seni bahasa, baik puisi maupun
prosa, mengalami kemajuan yang cukup berarti. Berbeda penyair pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah yang masih kental dalam keaslian warna Arabnya,
sastrawan pada zaman pemerintahan Abbasiyah telah melakukan perubahan dengan
mengombinasikan dengan sesutu yang bukan berasal dari tradisi arab.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah juga
telah terjadi perkembangan yang sangat menarikdalam bidang prosa. Banyak buku
sastra novel riwayat, kumpulan nasehat, dan uraian-uraian yang dikarang atau di
salin dari bahasa asing.
g. Filsafat
Adapun
tokoh-tokohnya adalah:
1) Al- Kindi banyak menjelaskan pikiran-pikiran
filsafat aristoteles. Maka, tidak heran jika ada yang memberinya gelar sebagai
filsuf arab.
2) Al –farabi lebih dikenal sebagai seorang
filsuf dari pada ilmuwan
3) Ibnu sina, selain seorang tokoh di bidang
kedokteran, ia juga seorang filsuf
h. Ilmu Falak
Tokohnya adalah Muhammad al-fazzari (w.158 H)
yang di pandang ahli falak islam yang awal sekali dan menerjemahkan buku al-sind
Hind yang di anggap orang karangan Rahma sinandha yang mengandung banyak
info mengenal falak dan matematika.
i.
Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran mulai berkembang pada akhir
masa Abbasiyyah I, yaitu masa
khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncak nya terjadi pada masa Abbasiyah II, III, IV.Pada era kekuasaan
Khalifah Harun ar-Rasyid, rumah sakit yang sesungguhnya di bangun di kota
Baghdad. Rumah sakit ini dikepalai langsung oleh ar-Razi, seorang dokter
terkemuka yang juga merupakan dokter pribadi khalifah.
j.
Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga mengalami perkembangan yang
cukup luar biasa. Adapun tokohnya adalah jabir bin Hayyan yang berpendapat
bahwa logam, seperti timah, besi, dan tembaga, dapat di ubah menjadi emas atau
perak menggunakan obat rahasia.
k. Ilmu Astronomi
Pada masa keemasan Dinasti Abbasiyah, ilmu
astronomi mengalami puncaknya. Karya dari ilmuwan muslim saat itu, menjadi
rujukan hingga beberapa generasi.
l.
Ilmu Matematika
Berikut tokoh-tokoh ilmu matematika:
1)
Al-Khawarismi adalh tokoh utama dalam kajian matematika arab,penyusun
tabel astronomi, dan penemu aljabar pada masa khalifah al-Ma’mun.
2)
Abul Wafa sebagai orang pertama yang menunjukan dari keadaan umum dari
teorema relatifitas sinus salatiga yang berhubungan dengan bentuk bola, tabel
susunan sinus, tangens, teble, kalkulasi tangens, memperkenqlkqn swcant dan
casecant serta contoh hubungan antara enam garis trigonometri.
3)
Abu Kamil Sujak telah mengetahui perkembangan aljabar di eropa,
tulisan-tulisannya tentang geometri telah memberikan pengaruh dan konstribusi
besar terhadap geometri Barat, terutama uraian-uraian aljabar terhadap
geometri.
m. Ilmu Fisika
Adapun tokoh ilmu
fisika adalah:
1)
Al-Bakhi, karyanya di jadikan dasar dan prinsipkarya-karya geografi
setelahnya.
2)
Al-Biruni menulis skripsi tentang india.
3)
Nasiri Khusraw, penulis otobiografi-geografi abad ke-9, menulis diwan,safar-namah
(book of trave ), dan Rawshanai-Namah(Book of Light).
4. Lembaga Pendidikan
Pada Dinasti Abbasiyah, lembaga pendidikan
disimbolkan dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa
ini merupakan sebuah universitas, karena selain terdapat kitab-kitab juga orang
dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.
Kemajuan kota Baghdad di bidang ilmu pengetahuan
tersebut berpengaruh besar terhadap kota-kota islsam lainnya, seperti Kairo,
Basrah, Kufah, Damaskus, Samarkhan, Bukhara, dan Khurasan. Para pelajar dari
kota-kota itu berdatangan ke Baghdad untuk menuntut ilmu.[4]
D.
Dinasti-Dinasti
yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
Dalam
bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman
Umayyah. Sebagaimana diketahui, wilayah kekuasaan Bani Umayyah mulai dari awal
berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah
kekuasaan islam. Hal ini berbeda dengan masa Dinasti Abbasiyah. Kekuasaan
dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di wilayah Spanyol dan Afrika Utara,
kecuali Mesir. Bahkan dalam kenyataannya, banyak wilayah tidak dikuasai
khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur
provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran
upeti.
Ada
kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan
pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti.
Alasannya, pertama, mungkin para
khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa Bani Abbas lebih
menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan
ekspansi.
Akibat
dari kebijaksnaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan
Islam daripada persolaan politik itu, beberapa provinsi tertentu di pinggiran
mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
Adapun
dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khalifah Abbasiyah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Thahiriyah
di Khurasan, Persia (820-872
M).
2. Safariyah
di Fars, Persia (868-901
M).
3. Samaniyah
di Transoxania (873-998
M).
4. Sajiyyah
di Azerbaijan (878-930
M).
5. Buwaihiyah,
Persia (932-1055
M).
6. Thuluniyah
di Mesir (837-903M).
7. Ikhsidiyah
di Turkistan (932-1163
M).
8. Ghazwaniyah
di Afghanistan (962-1189
M).
9. Dinasti
Saljuk (1055-1157
M).
10. Al-Barzuqani,
Kurdi (959-1015
M).
11. Abu
Ali, Kurdi (990-1095
M).
12. Ayyubiyah,
Kurdi (1167-1250
M).
13. Idrisiyah
di Maroko (788-985
M).
14. Aghlabiyah
di Tunisia (800-900
M).
15. Dulafiyah
di Kurdistan (825-898
M).
16. Alawiyah
di Tabiristan (864-928
M).
17. Hamdaniyah
di Aleppo dan Musil (929-1002
M).
18. Mazyadiyah
di Hillah (1011-1150
M).
19. Ukailiyah
di Mausil (996-1095
M).
20. Mirdasiyah
di Aleppo (1023-1079
M).
21. Dinasti
Umayyah di Spanyol.
22. Dinasti
Fatimiyah di Mesir.[5]
E. Kemunduran
dan Kehancuran
Ada bebrapa faktor penyebab kemunduran dan kehancuran
dinastinabbasiyah ini. Biasanya sejarawan mengklasifikasikan faktor-faktor
penyebab ini dalam dua faktor, internal dan eksternal.
1. Faktor
internal
Secara
umum faktor internal ini ada dua hal, yaitu politik dan ekonomi. Kedua faktor
ini ditengarai sebagai penyebab mundur dan jatuhnya Abbasiyah yang berkuasa
selama 508 tahun itu.
a.
Persoalan
politik
Dinasti
abbasiyah terbilang cukup lama bertahan, yakni lima abad. Tetapi selama
berlangsungnya pemeintahan tidak berarti lancar terus menerus, hampir selama
itu pula Daulah Abbasiyah tidak pernah sepi dari konflik politik, baik yang
terjadi di pusat kekuasaan maupun di wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaan di
bawah pemerintahan ini.
Setelah
harun al-rasyid 9786-809) meninggal dunia, daulah Bani Abbasiyah lambat laun
mengalami kemunduran akibat banyaknya gejolak politik yang muncul. Belum lama
meninggalnya Harun al-rasyid terjadi perang saudara antara al- amin dan
al-ma’mun. Al-amin yang merupakan
saudara tiri al-ma’mun sudah di tunjuk oleh ayahnya, ar –Rasyid, sebagai
khalifah yang akan mengganti sedangkan al-ma’mun di beri kekuasaan di kurasan sebagai gubernur
dan di beri kesempatan untuk mengganti saudaranya sebagai khalifah pada
kesempatan berikutnya.
b.
Persoalan
Ekonomi
Seperti
yang di jelaskan sebelumnya bahwa
sebagai akibat dari pertikaian di tingkat pusat kekuasaan Abbasiyah menjadikan
melehmahnya kontrol pemerintahan ke daerah-daerah. Padahal wilayah Abbasiyah
yang mewarisi Abbasiyah dinasti Umayyah itu sangat luas. Luasnya wilayah
kekuasaan itu menjadikan komunikasi ke propinsi-propinsi menjadi kambat.
Meskipun wilayah mungkin bisa mengurangi masalah, tetapi sayangnya kepercayaan
speti itu pada abad kesepuluh sudah banya berkurang sehingga khalifah sehingga
mengalami kesulitan dalam menemukan orang yang
di tunjuk sebagai gubernur –gubernur propinsi yag bisa dipercayai untun
mengirim uang ke Baghdad yang di peroleh dari surplus pajak. Karena itu
pertikaian politik ini berimbas kepada masalah finansial sangat jelas
dampaknya.[6]
c. Konflik
keagamaan
Konflik yang dilatar
belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan Zindiq atau Ahlus
sunnah dengan syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam islam.[7]
2.
Faktor Eksternal
Kemunduran
dinasti Abbasiyah yang di sebabkan oleh faktor eksternal ini oleh sejarawan
biasahnya meliputi dua hal, yaitu karena perang salib dan yang kedua karena
serangan-serangan bangsa Mongol.
a.
Perang salib
Di
antara faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah adalah karena faktor perang salib. Peperangan perang
salib ini terjadi selama 2 abad. Yaitu
mulai tahun 1095-1291 M. Peperangan ini terjadi ketika Daulah Abbasiyah ada di
bawah kekuasaan Bani Saljuk. Perang merupakan reaksi orang-orang kristen Eropa
terhadap orang-orang islam yang telah melakukan penaklukan-penaklukan sejak
tahun 632 M tidak saja di syiria kecil tetapi juga di spanyol dan sisilia. Di
samping itu umat islam dianggap mengganggu kepentingan umat kristen seperti
emmpersulit peziarah eropa yang akan melakukan ibadah di Jerussalem. Demikian
pula kembalinya dari ziarah mereka sering mendapat perlakuan yang jelek dari
orang-orang Saljuk yang fanatik. Akhirnya Kaisar alexius dan Paus Urbanus II
menjalin kerjasama untuk membangkitkan semangat orang-orang kristen Eropa untuk melawan orag -orang
islam, yang kemudian di kenal dengan perang salib. Di katakan perang salib
karena pasukan kristen memakai lambang salib dalam peperangan itu.
b.
Serangan Pasukan Mongol
Di
samping umat Islam harus bersusah payah menghadapi tentara salib yang di mulai
akhir abad ke 11, di pertengahan abad 13 umat Islam hars menghadapi pasukan
Hulagu Khan yang ganas dari Mongol. Sebenarnya sebelum pasukan dari Mongol
menyerang dinasti Abbasiyah, secar internal orang-orang dinastina Abbas sendiri
sudah terbebani oleh masalah mereka sendiri, terutama persaingan antara etnis
Persi dan etnis Turki.
Pada
saat itu pasukan Mongol merupakan yang tangguh. Ekspasinya sudah ke banyak
wilayah yang ada di sekitar bangsanya, bahkan sudah menguasai sebagian yang
sudah di akasi umat islam. Mereka memiliki perlengkapan perang juga memiliki
disiplin yang tinggi. Orang-orang Mongol kemudian menyerang Baghdad pada saat
Baghdad dalam kondisi yang sudah lemah. Pasukan Hulagu Khan menghancurkan
Baghdad rata dengan tanah dan membunuh orang-orangnya.Pasukan Mongol
menyeberangi sungai Tigris. Mereka menghancurkan tanggul-tanggul air sehingga
airnya membanjiri rumah-rumah penduduk. Penduduk berusaha lari namun sebagian
mereka di tangkap oleh tentara dan di benamkan ke dala air.Dengan terbunuhnya
al-Muta’sim yang merupakan Khalifah terakhir dinasti Abbasiyah maka berakhir
pula pemerintahan bani Abbasiyah.[8]
F.
Akhir Kekuasaan
Dinasti Abbasiyah
Akhir
dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Hulagu Khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari Cina kepangkuannya.[9] Ia
membunuh khalifah terakhir Abbasiyah dan membantai keluarga istana. Hancurnya
Baghdad oleh serangan Hulagu Khan menandai berakhirnyakekuasaan Bani Abbasiyah.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari
nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah
As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan
Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132- 656 H / 750 -1258 M. Lima setengah
abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat
pemerintahannya di kota Baghdad.
Di antara kota pusat peradaban pada
masa dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan Samarra. Bangdad merupakan ibu kota
negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Jafar Al-Mansur (754-775
M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat
peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ketika banyak terjadi
pemberontakan, kekuatan Dinasti Abbasiyah pun melemah. Sehingga terjadi
kegoncangan kekuasaan yang berakhir dengan disintegrasi wilayah dan keruntuhan
dinasti ini.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat memahami materi
yang telah kami paparkan diatas. Kurang dan lebihnya dari pembuatan makalah
ini, kami selaku penulis memohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk pembuatan tugas atau makalah kedepannya. Terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali.
2003. Sejarah Islam dari Awal hingga
Runtuhnya Dinasti Usmani. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Al-Azizi,
Abdul Syukur. 2004. Kitab Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Saufa
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH
Fu’adi,
Imam. 2011. Sejarah
peradapan islam. Yogyakarta: Teras
Karim,
Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Khoiriyyah.
2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras
Syukur,
Fatah. 2012. Sejarah Peradaban Islam.
Semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA
PROFIL PENULIS
Nama : Mulat Transmiarsih
NIM : 2021112267
TTL : Palembang, 20 Agustus 1992
Nama : Tri Sugiharti
NIM : 2021114021
TTL : batang,27 maret 1996
Alamat : gringgingsari, wonotunggal Batang
Nama : Meiza Pangestika.
NIM : 2021114126.
TTL : Pemalang, 05 Mei 1996.
Alamat :
Ds. Banglarangan RT 02/01 Ampelgading-pemalang.
[1]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Cet. I (Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007) hlm.143-156
[2]Khoiriyyah M.Ag., Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-dinasti Islam, Cet. I (Yogyakarta:Teras,2012) hlm.87-118
[3]Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, Cet. II
(Jakarta: AMZAH.2010), halm.143-144
[4] Abdul
syukur al-Azizi, Kitab Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta:Saufa,2004)
[5]Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, Cet. II
(Jakarta: AMZAH.2010), halm.153
[6]Imam Fu’adi. Sejarah peradapan
islam, (Yogyakarta:Teras,2011), hlm 143-153
[7]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang:PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA,2012), hlm.117
[8]Imam Fu’adi. Sejarah peradapan
islam, (Yogyakarta:Teras,2011), hlm 143-153
[9]Drs. Samsul Munir Amin,op.cit., halm.156
[10]Prof. K.Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani, Cet. IV
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.2003) halm.438
Tidak ada komentar:
Posting Komentar