PUSAT-PUSAT
PERADABAN ISLAM
Oleh :
- Maya Noviana ( 2021114154 )
- Muthiatul Akmaliyah ( 2021114299 )
PAI kelas G
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,segala puji syukur ke hadirat Allah swt, atas segala
nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad saw,keluarga,dan para
sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti.
Amin.
Makalah
ini disusun untuk melengkapi tugas Sejarah Peradaban Islam
dengan judul “Pusat-pusat Peradaban Islam”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ghufron dimyati M,Si. selaku Dosen
pengampu mata kuliah sejarah peradaban islam di kelas G.
Makalah ini menjelaskan mengenai
beberapa pusat peradaban dalam dunia islam, seperti makkah, madinah, baghdad,
kairo, damaskus, isfahan persia, istambul turki, delhi india, andalusia
spanyol, transoxania/samarkand, dan aceh.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Pekalongan,
29 September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar.......................................................................... i
Daftar Isi................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah.......................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................... 1
C.Tujuan Penulisan..................................................... 2
D.Metode
Penulisan................................................... 2
E.Sistematika
Penulisan.............................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Mekkah................................................................... 4
B.Madinah
................................................................. 4
C.Baghdad.................................................................. 7
D.Kairo....................................................................... 8
E.Damaskus................................................................ 9
F.Isfahan
Persia.......................................................... 9
G.Istambul
Turki......................................................... 10
H.Delhi
(india)............................................................ 11
I.Andalusia
(Spanyol)................................................. 12
J.Transoxania.............................................................. 13
K.Aceh........................................................................ 14
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan................................................................. 16
B.Saran....................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 17
PROFIL PENULIS.................................................................. 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas
dari peran kota-kota di dunia yang pernah dikuasai Islam pada masanya.
Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang masih terjaga
sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana bahkan benteng dan lain-lain.
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban
baru yang esistensinya berbeda dengan sebelumnya. Islam telah melahirkan
revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun demikian pengaruh lokal adalah
proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, pengaruh ini justru
memperkaya peradaban Islam itu sendiri.
Peradaban Islam berkembang sangat maju dalam
percaturan peradaban dunia, bahkan jauh sebelum kebangkitan bangsa eropa, umat
Islam telah maju dengan peradabannya yang gemilang. Beberapa pusat peradaban
dalam dunia Islam akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini
sebagai berikut:
1. Jelaskan
peradaban islam di kota makkah ?
2. Jelaskan
peradaban islam di kota madinah ?
3. Jelaskan
peradaban islam di kota baghdad ?
4. Jelaskan
peradaban islam di kota kairo ?
5. Jelaskan
peradaban islam di kota damaskus ?
6. Jelaskan
peradaban islam di kota isfahan persia ?
7. Jelaskan
peradaban islam di kota istambul turki ?
8. Jelaskan
peradaban islam di kota delhi india ?
9. Jelaskan
peradaban islam di kota andalusia spanyol ?
10. Jelaskan
peradaban islam di kota transoxania/samarkand ?
11. Jelaskan
peradaban islam di kota aceh ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk:
1. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota makkah.
2. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota madinah.
3. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota baghdad.
4. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota kairo.
5. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota damaskus.
6. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota isfahan persia.
7. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota istambul turki.
8. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota delhi india.
9. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota andalusia spanyol.
10. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota transoxania atau samarkand.
11. Untuk
mengetahui peradaban islam di kota aceh.
D. Metode Penulisan
Metode
penulisan yang dilakukan melalui studi literature atau metode kajian
Pustaka,yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari atau
referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini
ditulis dalam tiga bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan,meliputi : latar
belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan makalah.
BAB II Pembahasan,meliputi : makkah al-mukarramah,
madinah al-munawwarah, baghdad, kairo (mesir), damaskus, isfahan persia,
istambul turki, delhi (india), andalusia (spanyol), transoxania, dan aceh.
BAB III Penutup,
meliputi : simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
- Mekkah Al-Mukarramah
Mekah al-Mukarramah merupakan kota
tempat lahirnya agama islam, dimana Nabi Muhammad lahir dan memperoleh
wahyu Alqur’an di kota Mekkah.[1]
Mekkah juga merupakan kota budaya islam. Di mana kota mekkah merupakan kota
untuk menuntut ilmu, baik pada masa Nabi Muhammad, khulafaur rasyidin maupun
masa umayyah dan abbasiyah, hingga sekarang.
Awalnya mekkah merupakan pusat peradaban
jahiliyyah yang penuh dengan paganisme. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, kota mekkah menjadi
kota suci umat islam. Mekah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan,
khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadits dan fiqh.
Di madinah setelah posisi Nabi Muhammad
dan pengikutnya menjadi besar, beliau
merebut kembali kota mekkah dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada
tahun 8 H (630 M) sehingga dikenal dengan Fathu Mekkah, yaitu terbukanya kota
mekkah.
- Madinah Al-Munawwarah
Madinah Al-Munawwarah, awalnya kota ini
bernama Yatsrib.[2] Kota
Madinah menjadi pusat kebudayaan islam setelah Nabi Muhammad berhijrah dari
Mekkah ke yastrib. Dari Madinah inilah Nabi meneruskan perjuangan menyebarkan agama islam. Di Madinah selama 13
tahun Nabi membina dan mengembangkan masyarakat islam.
Di tengah-tengah kota Madinah, Nabi
segera membangun masjid, yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan, bahkan
dijadikan markas besar negara Islam. Bagi negara yang baru di bangun itu, nabi
telah meletakkan dasar-dasarnya yang kuat, diantaranya yaitu ukhuwah islamiyah,
persaudaraan Islam.
Madinah juga merupakan pusat
pemerintahan islam pada masa Nabi Muhammad, dan kemudian masa khulafaur
rasyidin. Sejak masa pemerintahan dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, pusat
pemerintahan dipindahkan ke Damaskus.
Madinah Al-Munawwarah merupakan kota pusat
kebudayaan islam di Arab, karena kota ini merupakan pusat ilmu pengetahuan dan
kota perjuangan Nabi dalam menegakkan agama islam sekaligus merupakan pusat
peradaban islam. [3]
Di kota ini pula terdapat masjid Nabi
yang terkenal dengan nama masjid nabawi. Pada zaman Rasul dan para Khulafaur
Rasyidin, masjid Madinah menjadi kota besar yang didalamnya diurus segala
urusan pemerintah. Masjid tidak saja menjadi tempat beribadah, tetapi juga
menjadi pusat kehidupan politik, ekonomi, dan sosial.
Sebagaimana kota Mekkah kota Madinah
juga menjadi pusat kajian keilmuan keagamaan islam, khususnya ilmu hadits, ilmu
fiqh, dan ilmu tafsir Alqur’an. Setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, maka
para penggantinya memperluas sistem politik, sosial ekonomi madinah (pax islamica)
melalui perluasan militer, secara terpadu mencakup islamisasi dan Arabisasi.[4]
Secara sistematik, proses peradaban yang
dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di Yastrib adalah:
1. Nabi
Muhammad mengubah nama dari Yastrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan
nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi
Muhammad Saw, yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan
berperadaban.
2. Membangun
masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
3. Nabi
Muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar
4. Membentuk
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
5. Membentuk
tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh
Hubungan
antara muslim dengan muslim lainnya berdasarkan piagam madinah terdapat 5
prinsip:
1. Bertetangga
baik
2. Saling
membantu
3. Membela
yang dianiaya
4. Saling
menasehati
5. Menghormati
kebebasan agama
- Baghdad
Kota Baghdad yang berarti “taman
keadilan” didirikan oleh khalifah Abbasiyah kedua, Al-mansyur, pada 762 M.[5]
Dalam mendirikan kota ini, khalifah mempekerjakan ahli bangunan terdiri dari
arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan
lain-lain. Mereka didatangkan dari syiria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang
berjumlah sekitar 100.000 orang.[6]
Kota ini berbentuk bundar. Di sekelilingnya dibangun dinding tembok besar dan
tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi
sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng.
Istana khalifah terletak di
tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur persia, yang dikenal
dengan Al-Qashr Az-Zahabi (istana
emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana,
polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga khalifah. Kota Baghdad
sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan
dalam islam.[7] Masa puncak keemasan kota Baghdad terjadi
pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833
M).
Pada masa Abbasiyah, di kota Baghdad
juga berdiri akademi dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah
perguruan An-Nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul Mulk (5 H) dan perguruan
Al-Muntashiriyah yang didirikan oleh khalifah Al-Muntashir Billah (abad 7 H).
Dari Baghdad lahir karya-karya sastra yang indah. Diantaranya adalah Alfu
Lailah wa Lailah (1001 malam).
Belum lama dibangun kota Baghdad menjadi
sebuah kota yang makmur, maju, dan kaya yang dengan tamadun, ilmu pengetahuan
dan kebaikan, serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan terkenal di
seluruh dunia.[8]
- Kairo (Mesir)
Kota Kairo yang berada di Mesir dibangun
pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang Dinasti Fathimiyah
yang beraliran syi’ah, Jawhar al-Siqili, atas perintah Khalifah Fathimiyah,
al-mu’izz Lidinillah (953-975 M) sebagai
ibu kota kerajaan dinasti tersebut.[9]
Dinasti Fathimiyah berdiri tahun 297-567/909-1171 semula di Afrika Utara,
kemudian di Mesir dan Syiria. Dinasti ini beraliran Syi’ah Isma’iliyah, dan
pendirinya, yakni Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara
menisbahkan nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah saw, istri Ali ibn Abi
Thalib.[10]
Kota ini mula-mula diberi nama kota
“manshuriyah” dinisbatkan kepada Mansur Al-Mu’iz Lidinilah. Setelah Mu’iz
sendiri sampai di Mesir, namanya diubah menjadi Qahirah Mu’iziyah.[11]
Kota Kairo mengalami puncak kejayaan pada masa dinasti Fathimiyah, yaitu pada
masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi, pemerintahan Baybars, dan pemerintahan
An-Nashir pada masa dinasti Mamalik.
Dinasti Fathimiyah dapat ditumbangkan
oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi seorang
pahlawan dalam perang salib. Kekuasaan dinasti Ayyubiyah di Mesir diteruskan
oleh dinati Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari
serangan bangsa Mongol dan bahkan dapat mengalahkan tentara Mongol di Ain Jalut
di bawah pimpinan Baybars yang berkuasa dari 1260-1277 M. Baybars juga dikenal
sebagai pahlawan perang salib. Pada waktu itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat
peradaban islam yang selamat dari serangan Mongol. Kairo pada saat itu menjadi
pusat peradaban islam yang terpenting.
Pada tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat
dikalahkan oleh dinasti Usmani di Turki dan sejak itu Kairo hanya dijadikan
sebagai ibu kota provinsi Kerajaan Usmani.[12]
- Damaskus
Damaskus pada zaman pra islam adalah ibu
kota kerajaan Romawi Timur di syiria. Damaskus merupakan kota lama yang
dibangun kembali dalam zaman daulah Bani Umayyah dan dijadikan ibu kota negara
sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah.
Di kota Damaskus terdapat masjid
Damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun oleh khalifah Al-walid bin
Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin Jarrah.
- Isfahan Persia
Kota Isfahan adalah ibu kota kerajaan
Shafawi. Kota Isfahan merupakan kota tua didirikan oleh Yazdajird I
(Buhtanashar) Raja Persia. Kota Isfahan dikuasai islam pada tahun 19 H/640 M
pada masa Umar bin Khattab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam wilayah Iran.
Pada waktu Abbas I sultan Safawiyah menjadikan Isfahan sebagai ibu kota
kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota ini terletak
diatas sungai Zandah, dan di atasnya membentang tiga buah jembatan yang megah
dan indah.
Pada tahun 625 H/1228 M terjadi
pertempuran besar di Isfahan. Ketika tentara Mongol datang menyerbu
negeri-negeri islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari
wilayah kekuasaan Mongol. Ketika Timor Lenk menyerbu negeri-negeri Islam pada
tahun 790 H/ 1388 M, kota Isfahan ikut jatuh dibawah kekuasaan Timor Lenk.
Setelah itu, kota Isfahan dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun 955
H/1548 M. Pada tahun 1134 H/1721 M terjadi pertempuran antara Husein Syah, raja
Shafawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Shafawi.
Pada tahun 1141 H/ 1729 M, kota Isfahan berada di bawah kekuasaan Nadir Syah.
Di kota ini berdiri bangunan-bangunan
indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara, pasar dan
rumah-rumah dengan ukiran arsitektur yang indah.[13]
Sultan Abbas I membangun masjid Syah yang merupakan salah satu masjid indah dan
megah di dunia.
- Istambul Turki
Istambul adalah ibu kota kerajaan Turki
Usmani. Kota ini sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang
bernama Konstantinopel. Konstabtinopel sebelumnya sebuah kota bernama
Byzantium, kemudian diganti dengan nama Konstantinopel oleh Kaisar Constantin,
Kaisar Romawi Timur. Sebagai ibu kota, di Istambul inilah berkembangnya
kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Bangsa Turki
Usmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia.
Di kota Istambul inilah dibangun
masjid-masjid dengan arsitektur yang indah dan merupakan salah satu ciri dari
sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk
menjalankan kewajiban agamanya. Gereja Aya sophia, setelah penaklukan diubah
menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul. Masjid-masjid penting
lainnya adalah Masjid Agung al-Muhammad atau masjid Agung Sultan Muhammad
al-Fatih, masjid Abu Ayyub al-Anshari (tempat pelantikan para sultan Usmani),
Masjid Bayazid gaya Persia, dan Masjid Sulaiman al-Qanuni.
- Delhi (India)
Delhi adalah ibu kota kerajaan-kerajaan
Islam di India sejak 608 H/1211 M. Sebagai ibu kota kerajaan Islam, Delhi
menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di anak benua India. Delhi
terletak di pinggir sungai Jamna. Mula-mula Delhi dikuasai Islam, ditaklukan
oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602 H/1204 M oleh Quthb Ad-Din Aybak dijadikan
ibu kota kerajaan Islam Mongol. Zhahiruddin Babur raja Dinasti Mongol pertama,
merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi.
Setiap dinasti Islam yang menguasai kota
Delhi, memperluas kota itu dengan mendirikan kota-kota baru di Delhi lama,
yaitu kota yang berada di dalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua
kota-kota baru itu. Semuanya dikenal sebagai “Tujuh Kota Delhi”. [14]Kota
Delhi menjadi ibu kota kerajaan Mongol pada masa Humayun (1530-1556), seorang
raja yang cinta ilmu. Raja Mongol lainnya, Syeh Jehan mendirikan monumen
bersejarah yang sangat indah dan menjadi salah satu tujuh keajaiban dunia,
yaitu Taj Mahal, sebuah monumen untuk mengenang istri tercintanya Mumtaz Mahal.
- Andalusia (spanyol)
Andalusia adalah sebuah wilayah islam di
Spanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah islam, maka dibangunlah kembali
kota-kota lama. Dismaping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan islam,
dimana kemudian Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah,
masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya
yang mempesona.
Pusat-pusat
peradaban islam di Spanyol adalah sebagai berikut:
1) Cordova
Cordova adalah kota lama yang dibangun
kembali dengan gaya islam. Setelah dibangun lagi, luas Cordova menjadi 24 mil
panjangnya. Dan 6 mil lebarnya, atau 144 mil persegi. Kota ini pertama kali
dimasuki islam pada tahun 711 M oleh pasukan islam dibawah pimpinan Thariq bin
Ziyad. Pada tahun 786 H, dibangun sebuah masjid dengan luas 175x134 meter dan
tinggi menaranya 20 meter. Tiangnya 1400 buah dan untuk kubahnya memerlukan 300
tiang.
Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir
(912-961 M), Abdurrahman III, Cordova diperindah dan diperluas, istana-istana
kecil didirikan seperti Al-Mubarak, Al-Kamil, Ar-Raudah, Al-Mujaddi dan
lain-lain. Sedang yang terindah adalah Az-Zahra.
2) Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada
masa Dinasti Al-Muwahhidin memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota
Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama
Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah.
3) Granada
Granada merupakan kota besar di
Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin Andalusia. Granada
terletak sekitar 288 km sebelah timur kota sevilla, pada sebuah dataran tinggi
yang subur. Kebesaran kota Granada
terlihat pada peninggalannya yang berupa
istana Alhambra, yang didirikan pada tahun 1238 M/635 H oleh Muhammad bin Al-Ahmar
dari dinasti Ahmar.[15]
Granada menjadi kota terbesar kelima di Spanyol, pada abad ke-12 M.
- Transoxania
Transoxania adalah wilayah Bukhara dan
Samarkhand. Transoxania adalah wilayah yang terletak di Asia Tengah, terletak
disekitar barat Cina dan selatan Rusia serta disebelah timur Afghanistan. Di
wilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu
Samarkhand dan Bukhara.
1) Samarkhand
Samarkhand berada disebelah selatan
sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkhand yang tertua disebutkan dalam
berita-berita peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain di Timur.
2) Bukhara
Di kota Bukhara ini terdapat makam yang
dihormati dan menjadi tempat ziarah umat islam, yaitu makam Bahauddin
An-Naqsyabandi (wafat pada abad 8 H/ 14 M, seorang pendiri aliran dalam bidang
sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang banyak pengikutnya di dunia Islam).
Pada masa kejayaannya di Bukhara
terdapat istana Dinasti Samani yang merupakan perguruan tinggi dan pusat
kegiatan ilmu dan kehidupan pengetahuan. Terkenallah maktab Nuh bin Nashr
As-samani sebagai perguruan tinggi yang lengkap. Dari kota Bukhara lahir ulama
hadits terkenal yaitu Imam Bukhari yang menulis kitab Shahih Bukhari. Kota
Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.
- Aceh
Sejauh menyangkut sejarah islam di
Nusantara, Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Aceh
adalah kekuatan pribumi yang utama di dalam menolak ekspansi kolonialisme
Belanda dan menjadi bagian paling akhir dari Indonesia yang ditaklukan oleh Belanda.[16]
Aceh mewakili pusat dunia islam di Asia
Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh merupakan pusat peradaban di wilayah dunia
islam bagian timur, yaitu Asia Tenggara. Aceh merupakan pintu transmisi jalur
perjalanan penyebaran agama islam ke seluruh wilayah Asia Tenggara. Karena itu
Aceh terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Aceh merupakan pintu gerbang masuknya
Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di Aceh pernah berdiri kerajaan-kerajaan
Islam yang pertama, yaitu Kerajaan Peurlak, Kerajaan Samudra Pasai, dan
Kerajaan Aceh Darussalam.
Dari Aceh muncul beberapa tokoh keilmuan
yang menandakan kemajuan keilmuan di kalangan umat islam di Asia Tenggara.
Beberapa ulama prestisius Aceh yang terkenal dengan karya-karyanya adalah
Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fanshuri, Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani,
dan lain-lain.
Aceh pada masa Samudra Pasai pernah
dipimpin oleh para sultan yang cinta akan ilmu dan peradaban. Diantara Sultan
yang cinta akan ilmu adalah Sultan Al-Malikuz Zahir, di mana pada masa
pemerintahannya Ibnu Batutah pernah singgah di Aceh pada tahun 1345 M. Ibnu
Batutah menuliskan cacatan perjalanannya dalam bukunya yang sangat terkenal Rihlah
Ibnu Batutah, demikian pula Marcopolo pernah singgah di Aceh.[17]
Aceh juga pernah dipimpin oleh sultan perempuan, yaitu Shafiatuddin Syah,
Zakiyatuddin Syah dan Naqiyatuddin Syah.
Dari Aceh, Islam berkembang ke berbagai
wilayah Nusantara antara lain Islam berkembang ke Ampel, Demak, Cirebon, dan
terus berkembang ke Sulawesi, Maluku dan Kalimantan.
BAB
III
PENUTUP
- Simpulan
Kota-kota pusat kebudayaan dan peradaban
islam paling kurang ada 11, yaitu Mekkah, Madinah, Baghdad, Kairo, Damaskus,
Isfahan Persia, Istambul Turki, Delhi (India), Andalusia (Spanyol),
Transoxania, dan Aceh. Adanya kota-kota tersebut menunjukkan bahwa pusat
kebudayaan dan peradaban islam tersebar di seluruh dunia, yaitu bukan hanya
timur tengah, seperti Makkah dan Madinah, melainkan juga Afrika, seperti Mesir,
Persia, seperti Isfahan, Eropa, seperti Istambul, Asia Timur, seperti Samarkhand
dan Bukhara, serta Asia Tengah seperti Delhi. Hal ini menunjukkan, bahwa
kebudayaan dan peradaban islam dapat diterima oleh bangsa di dunia, yang
menunjukkan bahwa islam telah menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil
alamin).
- Saran
Dan
diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat mengetahui kota-kota yang menjadi pusat-pusat peradaban islam serta
perkembangan islam di kota tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Samsul Munir.
2010. sejarah peradaban islam. Jakarta: Amzah.
Azar, Azyumardi.
2002. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Bandung: Mizan Media
Utama.
Hasjmy, A. 1993. Sejarah
Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abuddin. 2012.
Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo.
Syalabi, A. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT.
Pustaka Al Husna Baru.
Tibi, Bassam. 1994. Krisis
Peradaban Islam Modern. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Yatim, Badri. 1994. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
PROFIL
PENULIS
- Nama : Maya Noviana
Ttl
: Pemalang,
6 November 1996
Alamat : ds. Banjardawa, Rt
02/Rw 04, kec. Taman, kab. Pemalang
Riwayat
Pendidikan : TK Padamara Purbalingga
SDN 01 Sumberharjo
SMP N 01
Taman
MAN Pemalang
STAIN
Pekalongan
Hobi : menulis
Hp
:
08562919442
- Nama : Muthiatul Akmaliyah
Ttl
: Pemalang,
20 Juni 1996
Alamat : Jln. Pule cibuyur dk
ca Rt 45/Rw 06 warungpring, Pemalang
Riwayat Pendidikan
: SDN 02 cibuyur warungpring
MTS N Model Pemalang
Ponpes Bahrul Ulum Pemalang
MA Nurul Huda Mereng warungpring
STAIN
Pekalongan
Ponpes
al-hadi min aswaja
Hobi : membaca dan
menulis
Hp
:
082326643349
[1]
Samsul Munir Amin, sejarah
peradaban islam, (Jakarta: Amzah,2010), hlm., 281
[2]
Ibid., hlm. 282.
[3]Ibid., hlm.283
[4]Bassam Tibi, Krisis Peradaban
Islam Modern, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), hlm., 80
[5]Abuddin Nata, Sejarah Sosial
Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2012), hlm., 175
[6]Ibid.,
[7]Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm.
285
[8]A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003), hlm., 155.
[9] Abuddin Nata, Op.cit., hlm. 178.
[10] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan
Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm., 116.
[11] A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm., 336.
[12] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm., 284.
[13]Abuddin Nata, Op. Cit, hlm., 180.
[14] Samsul Munir Amin, Op.Cit,
hlm., 292.
[15]
Ibid, hlm., 295.
[16] Azyumardi Azra, Islam
Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002),
hlm., 51.
[17]
Samsul Munir Amin, Op.
Cit., hlm. 300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar