Laman

new post

zzz

Selasa, 12 April 2016

TT G 7 C (TAHAP YAKIN: ILMU, AIN LALU HAQQUL YAKIN)



TAFSIR TARBAWI
ADAB MENCARI ILMU
(TAHAP YAKIN: ILMU, AIN LALU HAQQUL YAKIN)
Qs. At-Takatsur ayat 5-7



Maya Noviana           2021114154
kelas G


JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN
2016


KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt, atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin.
            Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Tafsir Tarbawi II dengan judul “Adab Mencari Ilmu (Tahap Yakin: Ilmu, Ain lalu Haqqul Yakin)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ghufron dimyati M,Si. selaku Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II di kelas G.
            Makalah ini menjelaskan mengenai adab mencari ilmu pada tahap yakin: ilmu, ain lalu haqqul yakin, yang dijelaskan dalam Qs. At-Takatsur ayat 5-7, pada ayat ini akan dijelaskan mengenai asbabun nuzul, penafsiran ayat serta aspek tarbawi yang dapat di ambil dari ayat tersebut.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

                                                                                    Pekalongan,   16 Maret 2016


                                                                                                Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................ ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan................................................................. 2
D.    Metode Penulisan................................................................ 2
E.     Sistematika Penulisan.......................................................... 3
BAB II    PEMBAHASAN
A.    Qs. At-Takatsur Ayat 5-7.................................................. 4
B.     Arti Mufrodat.................................................................... 4
C.     Asbabun Nuzul.................................................................. 5
D.    Penafsiran Ayat.................................................................. 5
E.     Aspek Tarbawi................................................................... 9
BAB III   PENUTUP
A.    Simpulan............................................................................ 10
B.     Saran.................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 11
PROFIL PENULIS............................................................................ 12








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang Masalah
Surat At Takatsur sebagai salah satu surat Makiyyah dalam Al Qur'an menerangkan tentang peringatan dan ancaman Allah terhadap orang-orang yang saling bermegah-megahan dalam kehidupannya. Kemudian Allah menurunkan surat ini berkaitan dengan mereka sebagai petunjuk bagi manusia pada masa kini. Karena esensi Al Qur'an adalah sebagai hudan li al-Muttaqin, petunjuk bagi umat manusia. Surat At Takatsur terdiri dari 8 ayat. Isi atau pokok kandungan surat At Takatsur adalah; sifat manusia yang saling menyombngkan diri dan kelompoknya yang terdapat pada awal surat ini, dan peringatan Allah atas akan datangnya hari Akhir pada bagian akhir.
Kehidupan masyarakat Arab pada saat turunnya surat ini bercorak iklim egoisme primordialistis. Mereka cenderung membanggakan kesukuan, bahkan bersaing dengan suku lain dan saling menjelek-jelekkan. Kemudian turunlah Ayat 1-4 yang lantas menunjuk pada persaingan Bani Harts dan Bani Haritsah. Sedangkan turunnya ayat 5-7 masih berkaitan erat dengan ayat 1-4 sebagai acuan terhadap perbuatan mereka yang saling bermegah-megahan. Selain itu, masyarakat Arab pada umumnya kurang begitu bersyukur dengan nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah, sehingga turunlah ayat ke-8.
Surat At Takatsur ayat 5-8 diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mendustakan hari akhir dan neraka. Berkaitan dengan surat sebelumnya, yakni Surat al-Qori'ah. Jika pada surat Al Qori'ah memberikan deskripsi tentang peristiwa pada Hari Kiamat, maka dalam surat At Takatsur ini menegaskan peringatan dan pertanyaan Allah pada masing-masing individu atas amal perbuatannya. Ayat 5-8 dari Surat At Takatsur ini masih berkaitan erat dengan ayat 1-4 yaitu tentang orang-orang yang saling bermegah-megahan dan bersaing dalam kekayaan dan banyaknya jumlah anggota mereka

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana bunyi dan terjemahan Qs. at-Takasur ayat 5-7 ?
2.      Bagaimana arti mufrodat Qs. at-Takasur ayat 5-7 ?
3.      Bagaimana asbabun nuzul dari Qs. at-Takasur ayat 5-7 ?
4.      Bagaimana penafsiran dari Qs. at-Takasur ayat 5-7 ?
5.      Apa saja aspek tarbawi dari Qs. at-Takasur ayat 5-7 ?
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk :
1.      Untuk mengetahui bunyi dan terjemahan Qs. at-Takasur ayat 5-7.
2.      Untuk mengetahui arti mufrodat Qs. at-Takasur ayat 5-7.
3.      Untuk mengetahui asbabun nuzul dari Qs. at-Takasur ayat 5-7.
4.      Untuk mengetahui penafsiran dari Qs. at-Takasur ayat 5-7.
5.      Untuk mengetahui aspek tarbawi dari Qs. at-Takasur ayat5-7.
D.    Metode  Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan melalui studi literature atau metode kajian Pustaka,yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari atau referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.



E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I   Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,   tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan makalah.
BAB II Pembahasan, meliputi: Qs. at-Takasur ayat 5-7, arti mufrodat, asbabun nuzul, penafsiran ayat dan aspek tarbawi.
BAB III Penutup, meliputi: simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS














BAB II
PEMBAHASAN

A.    QS. AT-TAKATSUR AYAT 5-7

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ -٥-
 لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ -٦-
 ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ -٧-
Artinya:

  1. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
  2. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
  3. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1]

B.     ARTI MUFRODAT
كَلاَّ          : janganlah begitu
لَوْ              : jika
تَعْلَمُو نَ     : kamu akan mengetahui
عِلْمَ          : dengan pengetahuan
الْيَقِينِ         : yang yakin
لَتَرَوُنَّ      : benar-benar melihat
الْجَحِيمَ       : neraka jahiim
ثُمَّ           : kemudian
عَيْنَ الْيَقِينِ : dengan ‘ainul yaqin

C.    ASBABUN NUZUL
Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist melalui Ibnu Buraidah yang telah menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua kabilah dari kalangan Anshar, yaitu Bani Harisah dan Bani Hasim. Kedua kabilah ini saling bermegah-megahan dan saling membanggakan apa yang mereka miliki. Salah satu diantara dua kabilah berkata: “ diantara kalian terdapat orang-orang yang seperti si Fulan dan si Fulan”.[2] Demikian pula kabilah lainnya mengatakan hal yang sama. Akhirnya mereka mengatakan: “ marilah kita semua pergi ke kuburan”, lalu salah satu kabilah mengatakan: “diantara kalian terdapat orang-orang yang seperti si Fulan dan si Fulan”, mereka mengatakan demikian seraya mengisyaratkan kepada kuburan itu. Demikian pula kabilah yang lainnya mengatakan hal yang sama. Maka Allah Swt menurunkan Firman-Nya:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk dalam kubur”. (Qs. At-Takasur,1-2)
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadist yang bersumber dari Ali k. W yang telah menceritakan bahwa pada asal mulanya kami merasa tentang siksa kubur, sehingga turunlah ayat ini mulai dari Firman-Nya
“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian”. (Qs. At-Takasur 1) sampai dengan firman-Nya “ dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. (Qs, At-Takasur, 4) 

D.    PENAFSIRAN AYAT
كَلاَّ ( janganlah begitu)  sesungguhnya لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin) tentang akibat perbuatan kalian itu, niscaya kalian tidak akan lalai taat kepada Allah Swt. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ  (niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka jahiim) jawab qasamnya tidak disebutkan, yaitu niscaya kalian tidak akan sibuk dengan bermegah-megahan yang melalaikan kalian dari taat kepada Allah. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا (dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya) kalimat ayat ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya عَيْنَ الْيَقِينِ(dengan pengetahuan yang yakin) lafadz ainal yaqin adalah masdar, demikian itu karena lafadz ra-a dan lafadz ‘ayana mempunyai arti yang sama.[3]
Sekali lagi ayat 5 memperingatkan bahwa: Hati-hatilah! Janganlah begitu, sungguh, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu tidak akan melakukan perlombaan dan persaingan tidak sehat itu.[4] Kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin dengan mata telanjang yang tidak sedikitpun disentuh oleh keraguan. Sementara ulama menyisipkan kalimat yang berfungsi menjelaskan konsekuensi jika mereka mengetahui dengan yakin betapa buruknya dampak persaingan yang melengahkan itu, pasti kamu akan menyesal dengan penyesalan yang tidak terlukiskan dengan kata-kata akibat habisnya umur kamu dalam persaingan yang melengahkan itu. Ini serupa dengan firman-Nya:
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ -٧٥-
“Dan demikianlah Kami Memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”(Qs. Al- An’am 6: 75)
Bahwa mereka yang dibicarakan di sini pasti tidak akan melihatnya di dunia ini, karena hati mereka tidak disentuh oleh keyakinan.[5]
Allah Swt mengulangi lafazh Kalla yaitu lafazh yang mengandung larangan dan peringatan, karena Dia mengikutkan lafazh tersebut satu sama lain, seakan-akan Dia berfirman, jangan kamu lakukan itu, karena kamu akan menyesal, janganlah kamu lakukan itu, karena kamu akan mendapatkan hukuman. Al ilmu (pengetahuan) dinisbatkan kepada Al-Yaqin (yakin) seperti firman Allah Swt,
إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ -٩٥- “sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.” (Qs. Al-Waqi’ah 56: 95).
Ada yang mengatakan bahwa yakin di ayat ini adalah kematian, seperti yang dikatakan Qatadah. Diriwayatkan dari dirinya juga bahwa ia adalah kebangkitan, karena jika hari kebangkitan telah datang maka hilanglah keraguan, yakni jikalau kalian mengetahui pengetahuan tentang hari kebangkitan, jawaban lau (jika) itu ditiadakan, yakni jika kalian mengetahui hari kebangkitan seperti apa yang kalian ketahui tentangnya jika telah datang kepada kalian  tiupa sangkakala, dan terbelahnya kuburan kalian, apa yang terjadi jika kalian dikumpulkan, maka hal itu benar-benar akan menyibukkan kalian dari bermegah-megahan akan dunia.
Ada yang mengatakan, “janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” Yakni catatan amal telah dibagikan, apakah ia termasuk orang yang sengsara ataupun bahagia. Ada yang mengatakan bahwa lafazh Kalla di tiga tempat ini bermakna Kalla (ketahuilah) seperti yang dikatakan Ibnu Abi Hatim. Al Farra’ berkata bahwa ia bermakna Haqqan (sungguh) pembicaraan tentang hal itu telah dijelaskan secara sempurna.[6]
Pada ayat 6, Firman Allah Ta’ala, “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahiim.” Ini adalah ancaman yang lain, ia berkedudukan sebagai idhmar Qasam, yakni kalian bear-benar akan melihat neraka jahiim di akhirat, dan Khitab (pesan) ayat ini adalah untuk orang-orang kafir yang ditetapkan masuk neraka.
Ada yang mengatakan bahwa Khitab ayat ini bersifat umum, seperti firman Allah Swt, وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً -٧١ “Dan tidak ada seorangpun dan padamu, melainkan mendatangi neraka itu.” (Qs. Maryam 19: 71), maka neraka itu dipersiapkan sebagai tempat tinggal untuk orang-orang yang kafir, dan tempat berlalu orang-orang mukmin. Dalam hadist shahih disebutkan:
فَيَمُرُّ أَحَدُهُمْ كَا لْبَرْقِ , ثُمَّ كَا لرِيْحِ , ثُمَّ كَا لطَّيْرِ .
“maka orang yang pertama dari mereka berlalu bagaikan kilat, kemudian bagaikan angin, kemudian bagaikan burung.” Hadist ini telah disebutkan di Surah Maryam.[7]
Al Kisa'i dan ibnu Amir membaca Latarawunna dengan mendhammahkan huruf ta’, dari araituhu asy-syai’a (aku memperlihatkannya sesuatu), yakni kalian akan dikumpulkan di dalam neraka itu dan benar-benar neraka itu akan diperlihatkan kepada kalian. Atau dengan memfathahkan huruf Ha’, yaitu Qira’ah mayoritas ulama, yakni kalian benar-benar akan melihat neraka jahiim dari jarak jauh.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” Yakni Musyahaddah (melihat dengan mata kepala sendiri). Ada yang berkata bahwa ayat tersebut mengabarkan bahwa orang kafir terus menerus akan menetap di neraka, yakni ia adalah penglihatan yang kekal dan terus bersambung, dan Khitab (pesan) ayat ini adalah untuk orang-orang kafir.
Ada yang mengatakan bahwa makna “Jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” Yakni jika kalian mengetahui suatu hari di dunia, dengan pengetahuan yang yakin tentang apa yang ada di hadapan kalian, dari segala yang digambarkan oleh ayat لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ  Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahiim.” Dengan mata hati kalian, karena sesungguhnya pengetahuan yang yakin akan memperlihatkan neraka jahiim dengan mata hati kalian, yaitu ia dapat menggambarkan kepada kalian akan tempo kiamat, dan penempuhan jaraknya,
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ “Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” Yakni ketika melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri, maka kalian akan melihatnya secara yakin dan ia tidak menghilang dari mata kalian. Pada ayat 7 ini menegaskan bahwa memang di hari kemudian semua akan melihat dengan mata kepala sendiri neraka jahiim.[8]

E.     ASPEK TARBAWI
  1. Semua yang bersaing secara tidak sehat akan menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat nanti.
  2. Semakin dalam keyakinan seseorang. Semakin tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di balik yang tersurat.
  3. Setiap manusia akan melintasi neraka. Ada yang lolos sehingga mencapai surga dan ada juga yang terjatuh ke neraka. 




















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Surat At Takatsur sebagai salah satu surat Makiyyah dalam Al Qur'an menerangkan tentang peringatan dan ancaman Allah terhadap orang-orang yang saling bermegah-megahan dalam kehidupannya dan tidak membelanjakannya di jalan Allah Swt. Kemudian Allah menurunkan surat ini berkaitan dengan mereka sebagai petunjuk bagi manusia pada masa kini.
B.     Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, semoga apa yang ada dan dipelajari di dalamnya dapat dijadikan hikmah













DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalalludin As Suyuti. 2009. Tafsir Jalalain Jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an Bayan: Al-Qur’an dan Terjemahannya disertai Tanda-tanda dengan Tafsir Singkat. Jakarta: Bayan Qur’an.
Shihab, M. Quraish. 2002.  tafsir Al- Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab.Tanggerang: Lentera Hati..






























PROFIL PENULIS

Description: C360_2015-12-21-10-42-50-947Nama : Maya Noviana
NIM    : 2021114154
Kelas   : Tafsir Tarbawi II/ G
TTL     : Pemalang, 6 November 1996
Alamat            : Ds. Banjardawa, Taman- Pemalang
Jurusan : Tarbiyah/ PAI



[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an Bayan: Al-Qur’an dan Terjemahannya disertai Tanda-tanda dengan Tafsir Singkat, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009),hlm.
[2]  Imam Jalaludin Al-Mahalli, tafsir jalalain jilid 2 (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2009), hlm., 1377.

[3] Ibid. hlm. 1376.
[4] M. Quraish Shihab, tafsir Al- Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002 ), hlm. 489.
[5]Ibid., Hlm. 490. 
[6]Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 695.
[7] Ibid., hlm. 696.
[8]M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 732.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar