Tafsir Tarbawi
ADAB MEMBACA AL-QURAN
"Ta’awudz sebelum baca Qur’an"
Sefti nurul hidayati (2021114243)
Kelas : H
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Adab Membaca Al Qur’an”. Shalawat
dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabatnya,
keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan
pengetahuan mengenai Ayat-ayat al-quran, yang berguna bagi umat muslim. Makalah
ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi II
STAIN Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan
mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber ajaran islam yang
saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan
kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang
hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa robbal
‘alamin.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Al-quran adalah kamulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat jibril sebagai suatu mu’jizat yang paling agung.
Bahwasannya
Allah yang maha agung serta mulia mempunyai para ahli dari golongan manusia. Dikatakan”
Siapakah mereka ya Rasullullah? Rasulullah SAW bersabda :ah-lu al-quran ,
mereka adalah Ahlullah yang telah dikhususkan dan telah diistimewakanoleh
Allah.
Allah SWT tidak akan menerima suatu amal perbuatan kecuali
perbuatan itu yang dilakukan dengan ikhlas,tulus serta benar maksud ketulusan
atau kemurniannya suatu perbuatan itu sendiri adalah sesuatu yang dituntut
untut dilakukan semata pada Allah SWT, sedangkan kebnaran suatu perbuatan yakni
sesuai dengan dasar-dasar tuntutan syar’i.
Oleh karena itu bagi pembaca Al-Quran hendaknya melakukan serta
menyiapkan suatu yang berhubungan dengan adab-adab ketika membaca Al-Quran
dengan baik dan benar , belajar ilmu tajwid kita harus belajar dan mengetahui
adab (tata krama) ketika membaca Al-quran.
B.
INTI HADITS
QS. An-Nahl 16 : 98
#sÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOÅ_§9$# ÇÒÑÈ
98. Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah
kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Maksudnya
: jika kamu hendak membaca al-quran, maka memohonlah kepada Allah agar
melindungimu dari godaan setan yang terkutuk , supaya dia tidak mengacaukan
bacaanmu,tidak pula menghalangi-halangimu dari memikirkan dan merenungkannya
sebagaimana firman allah :
QS
Ar-araf 7:201
cÎ) úïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# #sÎ) öNåk¡¦tB ×#Í´¯»sÛ z`ÏiB Ç`»sÜø¤±9$# (#rã2xs? #sÎ*sù Nèd tbrçÅÇö7B ÇËÉÊÈ
201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.( QS Ar-araf 7:201)[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penjelasan
tentang Qs An-nahl 16:98
Imam
syafii mengatakan Allah berfirman
#sÎ*sù |Nù&ts% tb#uäöà)ø9$# õÏètGó$$sù «!$$Î/ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOÅ_§9$# ÇÒÑÈ
98. apabila kamu membaca Al Quran hendaklah
kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Ar-rabi memberi tahu kami katanya imam syafi’i memberi tahu kami,
dia bercerita, ibrahim bin muhammad bercerita kepada kami,dari saad bin
ustman,dari salih bin abu shaleh berkata “ dia pernah mendengar abu Hurairah
mengumami orang-orang dalam shalat wajib seraya mengucapkan dengan suara keras
رَبَنَا إِنَّا نَعُودُ بِكَ مِنَ الشَيْطَا نِ الرَّجيِمِ
‘Wahai Rabb kami,kami berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk’
Kalimat
tersebut juga dibacakan setelah ulumul Quran
Imam syafi’i mengatakan ibnu umar pern..a.h. .mengucapkan ta’awwudz
didalam hati, seseorang boleh melakukan mana saja dari keduanya, dengan suara
keras ataupun pelan , ada juga diantara mereka yang membaca ta’awwudz saat
membaca iftitah , sebelum membaca ulumul quran. [2]
Aku
juga menyukai bila seseorang membaca “Audzubil.ahiminassyaitonirjim” apabila
dia sudah membaca ayat tersebut maka ucapan apasaj yang diawali dengan bacaan
ta’awwudz tersebut dibolehkan , dia boleh mengucapnya dipermulaan rakaat. Ada
juga yang berpendapat jika dia mengucapkannya saat memulai rakaat sebelum
membaca al-quran maka demikian itu bagus .
Aku tidak menyarankan kalimat itu dibaca dalam shalat tertentu, aku
hanya menyarankan supaya dibaca permulaan rakaat. Kalau toh, seseorang tidak
membacanya karena lupa, tidak tahu,atau karena sengaja, maka tidak harus mengulangi
shalatnya atau melakukan sujud sahwi, akan tetapi,aku memakhruhkan seseorang
yang meninggalkannya secara sengaja.
Apabila dia membacanya dirokaat pertama, maka aku suka bila dia
membacanya dirakaat yang lain. Yang menghalangiku menyuruhku mengulang
shalatnya adalah fakta yang pernah dilakukan oleh rasullullah.
Penjelasan
tentang Qs Ar-araf 7:204
QS.
Al A`raf 7 : 204
#sÎ)ur Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ
204. dan apabila dibacakan Al Quran, Maka
dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat[591].
Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan
memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar
sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah
sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran. [3]
B.
Teori
Pengembangan
Setelah allah Swt., menyebutkan keistimewaan-keistimewaan al-quran
merupakan ayat-ayat yang terang bagi kaum mukminin petunjuk dan rahmat, maka
dilanjutnya dengan menerangkan petunjuk-petunjuk yang menerangkan
petunjuk-petunjuk yang menunjuk kearah jalan yang mengantarkan seseorang
sehingga memperoleh tuntutan dari al-quran itu. Dan mendapatkan manfaat-manfaat
besar yang terkandung didalamnya yaitu dengan cara mendengarkan bila Al-quran
itu dibacakan.
Penafsiran
kata-kata sulit
Bersifat
lebih khusus daripada as-sam’u : qãèÏJtGó$$sù
Karena Al-istima (mendengarkan) dilakukan dengan niat dan sengaja,
yakni dengan mengarahkan indera pendenngaran kepada pembicaraan untuk
memahaminya sedangkan as-sam’u (mendenar) bisa terjadi tanpa sengaja Terdapat
bermacam-macam riwayat mengenai tempat penerapan perintah mendengarkan dan diam ketika dibacakan Al-quran ini.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tempat pelaksanaan perintah ini
dalaha didalam shalat wajib. Ketika imam
membaca Al-quran dengan keras, maka makmum wajib mendengarkan dengan baik dan
diam dengan memperhatikan.
Tidak boleh membaca ketika imam sedang membaca dengan keras, tidak
boleh melawan imam dengan bacaan Al-quran. [4]
Hal itu diriwayatkan oleh ahmad dan ashhababus-sunan dan tirmidzi
berkata mengenai hadist ini “ ini adalah hadist hasan” disahkan oleh Abu Hatim
ar-razi dari Hadist Abu Hurairah bahwa Rasullullah selesai shalat yang disan
abeliau membaca dengan nyaring, lalu beliau bertanya “ tadi ada seseorang
diantara kalian yang membaca Al-quran bersamaku?”seseorang menjawab “ Benar”
wahai Rasullullah, beliau bersabda” mengapa saya dilawan membaca al-quran ?
setelah mendengar hal itu , maka orang-orang pun berhenti membaca Al-quran
bersama Rasullullah dalam shalat yang beliau membaca dengan nyaring padanya.
Sesungguhnya banyak orang yang mengalami kerugian yang tidak ada
bandingannya karena berpaling dari Al-quran ini . sesungguhnya satu ayat
kadang-kadang dapat menciptakan didalam jiwa ketika mendengarnya dengan baik
dan memperhatikannya dengan tenang dan bermacam-macam keajaiban yang berupa
kesan,pengaruh,respon,pengetahuan,ketenangan dan ketentraman.
Juga mendapat pengetahuan yang jauh dan cemerlang yang hanya
didapat oleh orang yang merasakan dan memahaminya.
Menyendiri dengan Al-quran dengan penuh perenungan dan pemahaman,
bukan sekedar membaca dan melagukannya akan menimbulkan pengetahuan yang jelas
dan jauh jangkauannya dalam pikiran dan hati.
Perbuatan itu akan menimbulkan pengertian yang menentramkan dan
lurus dan akan menimbulakn kehangatan, daya hidup,dan kemerdekaan pikiran, juga
akan menimbulkan respon, kemauan, dan tekad yang kuat yang tidak dapat
ditandangi oleh hasil penelitian ,pengetahuan atau pengaaman kita.
Sesungguhnya melihat hakikat-hakikat alam semesta dari
celah-celahpelukisan Al-quran dan melihat hakikat dalam kehidupan , melihat
kehidupan manusia dan tabiat beserta kebutuhan-kebutuhannya dari celah-celah
ketetapan Al-quran, sungguh merupakan pemandangan yang membawanya kepada roh
lain. Yang berbeda dengan semua pelukisan dan ketetapan yang dibuat oleh
manusia.Semua ini lebih diharapkan dapat mendatangkan rahmat, baik didalam
shalat maupun diluarnya. [5]
Tidak terdapat dalil yang mengkhususkan pengarahan umum al-quran
ini dalam shalat saja . sebagaimana telah diriwayatkan oleh al-qurtbuti dari
An-nahhas.
Menurut beberapa Ahli al-quran
menyebutkan mempelajari dan membaca Al-quran yaitu:
·
Dalam keadaan
suci, maksudnya Disini yaitu tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan seperti berwudhu juga memahami makna dan kandungan Al-quran tidak
mudah kecuali telah memiliki kesucian rohani dan Akhlak.
·
Tawakal kepada
Allah Swt maksudnya disini Hendaknya memulai baca Al-quran dengan berlindung
kepada Allah swt dari godaan setan yang terkutuk. Berlindung disini tidak boleh
sebatas ucapan lisan,tetapi mesti keluar dari hati agar ketika seseorang
membaca al-quran terlindung dari godaan setan, mendekat pada sifat-sifat Allah
swt sehingga terangkat dari dirinya semua penghalang pikiran untuk memahami
kalimat yang benar dan benar-benar bisa menangkap keindahan hakikat.
·
Membaca dengan
tartil
Hendaknya membaca al-quran dengan tartil, tartil adalah membaca
secara tertib disertai perenungan. Sebuah ayat mengatakan: dan bacalah Al-quran
secara tartil, dan janganlah membaca al-quran dengan terburu-buru ataupun
terlambat, bacalah dengan perlahan-lahan dan tenang. Apabila pembacaanmu sampai
pada ayat yang menyebutkanapi neraka, hendaknya berhenti lalu renungkanlah,
selanjutnya berlindunglah kepada Allah darinya.
·
Tadabur dan
tafakur.
Dalam Hadist Rasulullah saw bersabda: Bacalah al-quran dengan fasih
dan jelas, ambillah pembelajaran dari keterangan-keterangan yang menakjubkan
padanya.[6]
C.
Aplikasi Hadist
dalam kehidupan.
Hal yang tidak diperbolehkan ketika membaca alquran yaitu,dengan
bahasa Ajam(selain bahasa arab) secara mutlak baik dia mampu bahasa arab atau
tidak baik diwaktu shalat atau diluar shalat. Dan dimakruhkan untuk menjadikan al-quran
itu sumber Rizki, dan dimakruhkan untuk
memotong bacaan untuk berbicara dengan orang lain. [7]
D.
Nilai
tarbawi/pendidikan.
Ø Kita harus mewaspadai dari godaan setan, meski kita disaat
melakukan perbuatan baik seperti membaca al-quran
Ø Kita harus meminta lindungan dari Allah dari godaan setan yang
terkutuk.
Ø Kita dapat mengetahui adab(tatakrama) dalam membaca Al-Quran.
Ø Kita dapat mengetahaui keutamaan antara menbaca dari Mushaf dan
membaca dari hafalan.
Ø Dan mengetahui cara-cara atau metode membaca Al-Quran denagn baik
dan benar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Beberapa adab
ketika membaca Al-quran artinya : disunahkan untuk wudhu , membaca ditempat
disuci,bersiwa,menghadap kiblat, dll
Perbedaan pendapat tentang mengeraskan suara ketika membaca
Al-Quran, kemudian Imam Manawi berkata bahwa pengumpulan kedua hadist itu
bahwasannya membaca dengan lirih itu lebih baik jika dikhawatirkan akan riya,
mengganggu orang yang sedang shalat dan tidur. Adapun membaca dengan suara
keras itu juga lebih baik pada waktu yang lainnya , karena membaca dengan keras
itu banyak faidahnyaseperti : memperbanyak amal, menghilangkan rasa ngantuk,
dan menambah semangat.
Membaca dari
Mushaf itu lebih baik dari pada membaca dari hafalan,namun terdapat salah satu
pendapat yang menyatakan bahwa menbaca dari hafalan itu lebih baik daripada
membaca dari mushaf.
Perselisihan ulama tentang lebih utama makkah membaca sedikit dengan
tartil ataupun membaca dengan cepat dan banyak tanpa tartil.
Hal-hal yang
dilarang dang dilarang dan dimakruhkan ketika membaca al-quran seperti membaca
dengan bahasa ajam,membaca al-quran sebagai sumber rizki.
[1] Imam jalaluddin Al-mahalli dan
imam jalaluddin As-suyuti,terjemahan tafsir jalalin berikut Asbabul Nuzul
jilid I,(Bandung:penerbitsinar baru algensindo,2008-2009)hal667-669.
[2] Mu’ammal Hamidy dkk,terjemahan
tafsir ayat ahkam, (surabaya,PT Bina Ilmu 2003) hal:
[3] Ibid hlm:
[4] Hamka,Tafsir Al-azhar juz
XIII-XIV(jakarta:pustaka panjimas,2004) hal:
[5] Imam ghazali Masyur dkk,Terjemahan
tafsir (jakarta:Al-maira 2008)hal:
[6] Yusuf anas,bertuhan
dalam pusaran zaman:100 pelajaran penting akhlak dan moralitas,(jakarta:penerbit
citra 2013) hal:
[7] Syayid Kutub,
fizilah Qur’an(jakarta:gumaimimper,2003) hal:
DAFTAR PUSTAKA
Al-mahalli,
Imam jalaluddin dkk. 2009. Terjemahan tafsir jalalin berikut Asbabul Nuzul
jilid I. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Hamidy, Mua’ammal dkk. 2003.Tterjemahan tafsir
ayat ahkam. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Hamka. 2004. Tafsir Al-azhar juz
XIII-XV. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Masyur, Imam Ghazali dkk. 2008. Terjemahan tafsir.
Jakarta: Al-maira.
Anas,
Yusuf. 2013. Bertuhan dalam pusaran zaman:100 pelajaran penting akhlak dan
moralitas. Jakarta: Penerbit Citra.
Kutub, Syayid. 2003. Fizilah
Qur’an. Jakarta: Gumaimimper.
TENTANG PENULIS
Nama : Sefti Nurul Hidayati
TTL : Brebes, 29 September 1996
Alamat : Ds.
Karangmalang Kec. Ketanggungan Kab. Brebes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar