Laman

new post

zzz

Senin, 02 Mei 2016

TT G 10 A (DIRIKAN SHALAT, AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR)


Tafsir Tarbawi
PENDIDIKAN MENTAL
(DIRIKAN SHALAT, AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR)
QS. LUQMAN 17
 Khusnul Malikhatun Novia
(2021114184)
Kelas PAI G

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah seagala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, semoga kita mendapat syafaatNya di yaumul akhir nanti. Amin.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Tafsir Tarbawi II dengan judul PENDIDIKAN MENTAL (DIRIKAN SHALAT, AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR). Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ghufron Dimyati, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk  kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan khasanah ilmu dan manfaat untuk pembaca dan penulis khususnya. Amin yaa robbal’alamin.



                                                                                    Pekalongan, 28 Maret 2016

                       
                                   
                                                                                                                  Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Ibadah adalah tindakan untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan tuhan (Allah) dengan kata lain ibadah ialah suatu orientasi dari kehidupan dan orientasi tersebut hanya tertuju kepada tuhan (Allah) saja.
Manusia diciptakan oleh tuhan dan hanya berorientasikan kepada penciptanya yaitu (Allah), sang pencipta yang menumbuhkan dan mengembangkan manusia, Dia yang memelihara, menjaga dan mendidik manusia, Dia pula yang memberi petunjuk kepada manusia, oleh karena itu hanya kepada Dia manusia menyembah.
Terkait dengan masalah ibadah, terdapat beberapa golongan hamba Allah yang sama-sama mengaku sebagai seorang hamba yang taat beribadah. Mereka memiliki berbagai pengertian yang berbeda dalam memahami apa hakikat dari ibadah.
Diantaranya ada golongan yang berpendapat bahwa ibadah itu adalah sikap taat dan ketertundukan seorang hamba kepada sang Kholiqnya dalam rangka Ta'abbud kepada-Nya. Akan tetapi mereka kurang memperhatikan hal-hal kecil diluar itu yang terkait dengan ibadah sosial, pergaulan ataupun sikap toleransi dalam sitiap situasi.
Ada pula yang berpendapat bahwa dalam ibadah yang menjadi titik tekan adalah bagaimana seorang hamba bersungguh-sungguh tatkala mengerjakan sesuatu, dan sesuatu tersebut bernilai ibadah apabila ia tulus. Akan tetapi mereka acapkali menyepelekan ibadah mahdhoh, seperti sholat, puasa dan lain-lain.
Kemudian golongan yang terakhir adalah golongan yang dapat menserasikan antara golongan yang pertama dan kedua, mereka dapat mensinergikan antara ibadah mahdhoh dan ibadah ghoiru mahdhoh.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Surat Luqman Ayat 17
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

Artinya:  “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S Luqman : 17)
B.       Asbabun Nuzul
Ketika ayat ke-82 dari surat Al-An’am diturunkan,para sahabat merasa keberatan. Maka mereka datang menghadap Rasulullah SAW,seraya berkata “ Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?”.Jawab beliau “ Bukan begitu,bukanlah kamu telah mendengarkan wasiat Lukman Hakim kepada anaknya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. (HR.Bukhori dari Abdillah)
Surat Al Luqman adalah termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 34 ayat, surat ini diturunkan setelah surat Ash – Shaffat. Luqman adalah seorang yang Sholeh dan memiliki akhlaq yang mulia, yaitu akhlaq yang berbasiskan kepada keimanan yang kokoh. Namanya diabadikan oleh Allah dalam salah satu surat di dalam Al Qur an, yakni surat ke 31.
Sehingga di dalam surat ini Allah memberikan pelajaran kepada kita akan kesholehan Luqman dalam memberikan nasehat kepada anaknya, yakni nasehat yang mengandung unsur “keilmuan” yang mendalam, “keihklasan” yang suci dan “kecintaan”yang tinggi. Luqman adalah sosok ayah pilihan Allah. Nasehat yang disampaikan pada anaknya diabadikan dalam Al Qur'an.[1]
C.      Tafsir Ayat
Pertama: Firman Allah SWT, (يبُنَيَّ اقِمِ الصَّلَوةَ )  Hai anakku, dirikanlah shalat.” Luqman berwasiat kepada anaknya dengan ketaatan ­ketaatan paling besar, yaitu shalat, menyuruh kepada yang makraf dan melarang dari yang mungkar. Tentu saja maksudnya setelah dia sendiri melaksanakannya dan menjauhi yang mungkar. Inilah ketaatan dan keutamaan paling utama.
Kedua: Firman Allah SWT, (وَاصْبِرْ عَلَ مَااَصَابَكَ) “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu,” mengandung anjuran untuk merubah kemungkaran sekalipun Anda mendapatkan kemudharatan. ini mengisyaratkan bahwa orang yang merubah terkadang akan disakiti. Ini semua hanya sebatas kemampuan dan kekuatan sempurna hanya milik Allah SWT.
Ketiga: Firman Allah SWT, ( أِنَّ ذَ لِكَ مِنْ اْلأُ مُورِ ) “yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” Ibnu Abbas RA berkata, “Di antara hakikat keimanan adalah bersabar atas segala yang tidak diinginkan.”
Ada yang berpendapat bahwa mendirikan shalat, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Demikian pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Juraij. Bisa juga maksudnya adalah termasuk akhlak mulia dan hal-hal yang mesti dilakukan oleh orang-orang yang menjalani lorong keselamatan. Namun perkataan Ibnu Juraij lebih tepat.
 “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”[2]
Luqrnan as. melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: Wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya. Dan di samping engkau memperhatikan dirimu dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapa pun yang mampu engkau ajak mengerjakan yang ma'ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran. Memang, engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah, karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu.
Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh
tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat, amr. ma'ruf dan nahi munkar atau dan kesabaran termasuk hal-hal yang dipermtah Allah agar diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.
Nasihat Luqrnan di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebaaikan yang tecermin dalam amr mar’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma'ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma'ruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini membuat dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepeduhan sosial.[3]
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan sholat yang terdapat dalam ayat ketujuh belas surah Luqman mencakup ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahi munkar berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap  perbuatan buruk. Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahi munkar. Karena menurut beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan kesabaran. Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr ma’ruf nahi munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya, maka itu dinamakan amr ma’ruf nahi munkar.
Ma'ruf adalah “Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas”, selama sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu nilai-nilal ilahi. Mungkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Karena itu, QS. Al-Imran : 104 menekankan: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam ayat 17 ini Luqman menyuruh anaknya untuk menegakan shalat. Karena shalat merupakan tiang agama dan sebagai penolak keburukan dan kemungkaran. Kemudian menyuruh pula agar anaknya selalu menyeru dan mengajak kepada kebaikan, juga menolak semua bentuk kemungkaran. Karena mengajak pada kebaikan dan menolak keburukan itu adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan selayaknya orang-orang pun melakukan hal demikian karena hal itu adalah bentuk perilaku sangat mulia dan terhormat. 
Redaksi meneruskan kisah Luqman kepada anaknya. Ia menelusuri bersama anaknya langkah-  langkah akidah setelah kestabilannya dalam nurani. Setelah beriman kepada Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, yakin terhadap kehidupan akhirat yang tiada keraguan di dalamnya, dan percaya kepada keadilan balasan dari Allah yang tidak akan luput walaupun seberat satu biji sawi pun, maka langkah selanjutnya adalah menghadap Allah dengan mendirikan shalat dan mengarahkan kepada manusia untuk berdakwah kepada Allah, juga bersabar atas beban-beban dakwah dan konsekuensi yang pasti ditemui.
Pada ayat ini ada suatu pesan bahwa salah satu tugas orang tua kepada anaknya ialah mendidiknya untuk menegakkan shalat. Karena shalat merupakan langkah kedua setelah keimanan sehingga Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadisnya bahwa shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah ikrar keimanan dilakukan (syahadatain) dan Rasulullah memerintahkan agar orang tua menyuruh anaknya shalat semenjak usia dini, yakni usia tujuh tahun., sebagaimana sabdanya:
“Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun., dan pukullah mereka jika meninggalkannya bila mereka telah berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Dengan menegakkan shalat berarti kita melakukan perbaikan spiritual. Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azharnya disebutkan bahwa : ia untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima, dirikanlah shalat. Dengan shalat kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota badan untuk selalu ingat kepada Tuhan.
Selain itu, jika kita bahas salah satu rahasia shalat, misalkan ketika melakukan sujud, anggota badan yang terletak di posisi paling tinggi yaitu kepala,kita rendahkan hingga kening kita menyentuh tanah, sedikitnya sebanyak 34 kali dalam 17 rakaat shalat wajib, karena itu shalat senantiasa mengajari manusia untuk tidak takabbur, sebaliknya mendidik kita untuk tawadhu di hadapan Allah SWT.
Nasihat Luqman pada ayat 17 ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya,. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.
Menurut Mohsen Qaraati, Kita berkewajiban untuk membina anak-anak kita menjadi individu-individu yang bertanggungjawab dan memiliki kepekaan social melalui pendidikan keberimanan, kebertuhanan, menegakkan shalat dan melalui pendidikan amar makruf nahi mungkar.Karena amar makruf adalah bukti cinta seseorang kepada ajaran yang diyakininya, bukti kecintaan seseorang kepada umat, bukti dari keinginan yang kuat untuk menuju keselamatan secara massal. Amar makruf adalah semangat keagamaan dan jalinan persahabatan antar umat.
Inilah jalan akidah yang telah dirumuskan Allah. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian melalui ayat 17 ini beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menghadapi peperangan melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal ibadah dan menghadap kepada-Nya serta bersabar atas segala yang menimpa da’i di jalan Allah.[4]
D.      Aspek Tarbawi
1)        Selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita.
2)        Allah akan menambahkan nikmat kepada orang-orang yang bersyukur kepada-Nya
3)        Selalu bersabar dan tabah terhadap segala cobaan.
4)        Selalu mendirikan salat dengan sebaik-baiknya
5)        Sebelum kita menyuruh orang lain berbuat kebaikan, kita harus berbuat baik terlebih dahulu dan apabila melarangnya berbuat keburukan maka kita harus mencegah diri sendiri dari perbuatan buruk.
6)        Tidak sombong dan angkuh atau memandang rendah orang lain.
7)        Hendaknya berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam berbicara sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tentram hatinya.
8)        Mematuhi nasihat orang tua selama nasihat itu mengarah pada kebaikan.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Al-qur’an surat Luqman ayat 17 menerangkan mengenai  kewajian mengerjakan shalat karena shalat merupakan hal yang utama serta di wajibkan untuk mengerjakan yang baik serta mencegah dari perbuatan yang mungkar dan diserukan untuk bersabar ketika menghadapi sesuatau yang menimpa dirinya (anak Luqman)  dan dari ketika tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya itu adalah wajib untuk dilaksanakan.






















DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, Jakarta Selatan. 2009.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta. 2003.



[1] Ahmad Mustafa.Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi.
2 Al-Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, (Jakarta Selatan. 2009).

[3] Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta. 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar