Tafsir Tarbawi
”PENDIDIKAN MENTAL RELIGIUS”
(Bertuturkata lembut jangan teriak kasar)
Awal Septa Rosiawan
(2021114188)
KELAS H
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
Kata Pengantar
Assalamualaikum.Wr.Wb
Alhamdulilah hirobil alamin segala puja dan puji syukur kami panjatkat kehadirat Allah SWT karena tanpa seizin dan ridhonya makalah Tafsir Tarbawi II ini takmungkin bisa terselesaikan, Salawat beserta salam senantiasa kami panjatkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad.Saw yang mudah-mudahan siapa saja yang membaca makalah kami ini senantiasa akan mendapat syafaatnya kelak di yaumil akhir nanti Aamiin.
Pertama-tama kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Gufron Dimyati M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang sudah membimbing kami di dalam pembuatan makalah, dan tidak lupa pula kami jaga mengucapkan banyak trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami di dalam penyusunan Makalah ini baiak dari petugas perpustakaan maupun pihak-pihak lain yang sudah membantu kami.
Yang kedua kami mohon maaf yang sebesr-besarnya apabila didalam makalah kami masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun penulisanya, dan kami harapkan kritik dan saranya dari pembaca semata-mata itu untuk membangun dan memberi pengetahuan kepada kami Trima Kasih.
Wasalamualaikum. Wr. Wb.
Pekalongan, 11 Maret 2016
Penulis
Daftar isi
Contents
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Surat pendukung 2
B. Penjelasan ayat 2
C. Tafsir surat Lukman ayat 19 2
D. Ayat Pendukung 4
E. Aspek Tarbawi..........................................................................................................5
BAB III PENUTUP 6
KESIMPULAN 6
DAFTAR PUSTAKA 7
Profil Penulis........................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Klemah lembutan adalah akhlak yang mulia. Ia berada diantara dua akhlak yang rendah dan jejak, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikiranya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak di Ridoi Allah SWTdan Rosulnya.
Orang yang memiliki tuturkata yang lemah lembut insaya Allah akan membuat orang di sekitarnya mereasa tentram dan tidak akan menyalakn api kemarahan pada orang-orang di sekitarnya.
Di dalam makalah ini akan membahas sebuah ayat yang merujuk kepada sikap seseorang dari mulai cara berjalanya dan cara bertuturkata yang lemah lembut kepada orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Bertutur lembut jangan teriak kasar.
A. Surat pendukung
Surat Al-Lukman Ayat 19
وَاقْصِدْفِيْ مَثْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ اِنَّ اَنْكَرَالْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ
Artinya :
Dan sederhanalah kamu didalam berjalan dan lunakanlah suaramu , sesungguhnya seburuk-buruknya ialah suara Keledai.
B. Penjelasan ayat
وَاقْصِدْفِيْ مَثْيِكَ (Dan sederhanalah kamu di dalam berjalan) ambilah sikap pertengahan di dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat, kamu harus tenang dan anggun_ وَاغْضُضْ (Dan lunakanlah) Rendahkanlah
مِنْ صَوْتِكَ اِنَّ اَنْكَرَالْاَصْوَاتِ (Suaramu, Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara ) suara yang paling jelek itu _ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ (Ialah suara keledai) Yakni, pada permulaannya adalah ringkikan kemudian di susul oleh lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak di dengar.
Nasehat lukman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun interaksi dengan sesama manusia. materi pelajaran diselinggi denga akhlak dan bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan suatu materi tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan.
C. Tafsir surat Lukman ayat 19
Kata ( تصعر) tushair terambil dari kata ( الصعر ) ash-sha’ar yaitu penyakit yang menimpa unta dan menjadikan leherny keseleo, sehingga ia memaksakan dia berusaha keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yanag membangkitkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat diatas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk angkuh dan menghina orang lain. Memang sering kali penghinaan tercermin pada kekenggangan melihat sikap yang dihina.
Kata ( فى الارض) fil ardi di sebutoleh ayat diatas, untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadin manusia dari tanah, sehingga ia hendaknya tidak menyombongkan diri dan melangkah angkih ditempat itu. Demikian kesan al-Biqa’i. Sedangkan Ibn Asyur memperoleh kesan bhwa bumi adalah tempat berjalan semua orang semua orang yang kuat dan yang lemah , yang kaya dan yang miskin, penguasa dan rakyat jelata. Mereka semu sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi oranglain.
Kata ( مختا لا) muhtalan terambil dari akar kata yang sama dengan ( ختال) khayal . karena kata ini pada mulanya artinya orang yang tingkahlakunya diarahkan oleh khayalanya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian keangkuhanya tampak sangay nyata dalam keseharianya. Kuda dinamai khair karena cara jalanya mengesankan keangkuhan. Seseorang yang mukhtal membanggakan apa yang dimilikinya, bahkan tidaak jarng membanggakan apa yang pada hakikatnya tidak ia miliki. Dan inilah yang di tunjukan oleh kata ( فخؤرا) fakhuron, yakni seringkali membanggakan diri. Memang kedua kata ini yakni mukhtal dan fakhur mengandung kata kesombongan, kata yang pertama bermakna yang terlihat dalam tingkah laku , sedangkan yang kedua yang terdengar dari ucapan-ucapan. Disisi lain, perlu dicatat bahwa penggabunga kedua kedua hal itu bukan berarti bahwa ketidak senangan Allah baru lahir bila keduanya tergambung bersama-sama dalam diri seseorang. Tidak ! jika salah satu dari sifat itu disandang manusia maka hal itu telah mengundang murkanya. Penggabungan keduanya pada ayat ini atau ayat-ayat yang lain hanya bermaksud menggambarkan bahwa salah satu dari keduanya seringkali berbarengan dengan yang lain.
Kata (اغضض) ughdudh terambil dari kata (غضّ) ghadhdh dalam kata lain “pengunaan sesuatu tidak dalam potensinya yang sempurna” Mata dapat memandang ke kiri dan ke kanan secara bebas. Perintah ghadhah jika di tujukan kepada mata kemampuan itu hendaknya di batasai dan tidak digunakan secara maksimal . Demikian juga suara. Dengan perintah di atas, seorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuanya, tetapi dengan suara perlahan namun tidak harus berbisik.
Demikian Lukman Al Hakim mengakiri nasihat tentang pokok-pokok tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariat dan akhlak, tiga unsur ajaran Al-Quran. Disana ada akhlak terhadap Allah. Terhadap pihak lain dan terhadap diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam kebajikan, serta perintah bersabar, yang merupakan syarat meraih sukses, duniawi dan ukhriwi. Demikian Lukman al-Hakim mendidik anaknya bahkan memberi tuntunan kepada siapapun yang ingin menelusuri jalan kebajikan.
“Dan sederhanalah dalam berjalan “ jangan cepat mendorong-dorong. Takut kalu-kalu lekas payah. Jangan lambat tertegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan; bersikaplah sederhana. “Dan lunakanlah suara” jangan bersuara keras tidak sepadandengan yang hadir. Apalagi jika bergaul dengan orang yang ramai di tempatumum. Orang yang tidak tau sopan santun lupa bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua dengan temanya itu saja yang duduk . lalu dia dersuara keras sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.
Mujahd berkata; “memang suara keledai itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras menghardik-hadik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suara jadi terbalik, menyerupai suara keledai , tidak enak di dengar. Dan dia pun tidak disukai oleh Allah. “
Sebab itu tidak ada salahnya jika orang bercakap yang lemah lembut, dikeraskan jika akan di pakai hendakmengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan besar. Atau seumpama seorang komandan peperangan ketika mengerahkan prajuritnya untuk tampil di medan perang.
D. Ayat Pendukung
Q.S Al Hujerot ayat 2
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ ٢
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus pahala amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”
penjelasan :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu) bila kalian berbicara_ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ (melebihi suara Nabi,) bila ia berbicara_ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ (dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras) bila kalian berbicara denganya_ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ (sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain) tetapi rendahkanlah suara kalian dibawah suaranya demi menghormati dan mengagungkanya_ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ (supaya tidak hapus pahala amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.) maksudnya takutlah kalian akan hal tersebut disebabkan suara kalian yang tinggi dan keras di hadapanya itu akan mengurangi pahala kalian.
Ayat berikkut di turunkan berkenaan orang yang merendahkan suaranya di hadapan Nabi. saw seperti Abu Bakar, Umar dan para Sahabat lainya.
E. Aspek Tarbawi
a. Lemah lembutlah di dalam berbicara sehingga orang yang mendengarnya merasa tentram.
b. Antar sesama manusia hendaknya berbicara dengan sopan dan santun.
c. Bersikap baik lah di dalam berjalan (Sederhana lah di dalam berjalan)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
“Dan sederhanalah dalam berjalan “ jangan cepat mendorong-dorong. Takut kalu-kalu lekas payah. Jangan lambat tertegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan; bersikaplah sederhana. “Dan lunakanlah suara” jangan bersuara keras tidak sepadandengan yang hadir. Apalagi jika bergaul dengan orang yang ramai di tempatumum. Orang yang tidak tau sopan santun lupa bahwa di tempat itu bukanlah dia berdua dengan temanya itu saja yang duduk . lalu dia dersuara keras sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.
Sebab itu tidak ada salahnya jika orang bercakap yang lemah lembut, dikeraskan jika akan di pakai hendakmengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan besar. Atau seumpama seorang komandan peperangan ketika mengerahkan prajuritnya untuk tampil di medan perang.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, Imam, 1749.Terjemah tafsir jalalain berikut asbabunnuzul.(Bandung; SINAR BARU)
Shihab, Quraish. 2004, Tafsir Al Misbah. (Jakarta; Lentera Hati)
Hamka. 1982, Tafsir Al Azhar juzXXI. (Jakarta; Pustaka Panjimas)
Jalaludin al mahalli, Imam.1987, Tafsir jalalain. (jakarta, Sinar baru Algensindo)
Profil Penulis
Nama : Awal Septa Rosiawan
Nim : 2021114188
Kelas : H
TTL : Pemalang, 8 september 1996
Alamat : Jl. Serayu Gg. Rukun No. 53 Kebondalem Pemalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar