PEMBELAJAR, GIZAG DAN USWAH
Khoirul Hidayat
Tantri Ega Dewanti
Hidayah Inayati
Nofi Agustin
Kelas G
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji
dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para umatnya.
Makalah ini membahas tentang pembelajar gizag dan uswah
salah satu Strategi dalam belajar mengajar yang baik dan makalah ini guna
memenuhi tugas Strategi Belajar Mengajar.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan Terima kasih
yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Ghufron, selaku dosen pembimbing, saya menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat kami butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang
akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.
Pekalongan, 08 September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hakikat guru
dalam menghadapi bentuk peluang dan tantangan pendidikan masa kini, hakikat
guru tidak hanya menjadi seorang diri,akan tetapi menyatu dalam semua
keragaman. Dalam dunia pendidikan guru seringkali dikatakan sebagai ujung
tombak kemajuan peradaban suatu bangsa yang dinamis.Pendidikan didalamnya
terdapat subjek yang dituju seperti subjek yang memberi dan menerima.Subjek
yang memberi disebut pendidik sedangkan subjek yang menerima disebut peserta
didik (pembelajar). Guru yang baik disamping melakukan transfer of knowledge
(Pengajaran) juga melakukan transfer of value (pendidikan) yang dapat mengubah
pola pikir masyarakat.Dan juga seorang pendidik memiki Gizag (kewibawaan) dan
uswah (keteladanan) bagi peserta didik atau pembelajar.
Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman tentang peran guru sebagai tauladan
dan menjaga kewibiwaannya. harapannyadengan mempelajari makalah ini kita dapat
menjadi lebih paham.Makalah ini ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah
dimengerti oleh pembaca. Meskipun penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna.Namun demikian penulis berharap risalah ini dapat
bermanfaat.Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan pada
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
TEORI
A.
Pembelajar
1.
Definisi Pembelajar
Pembelajar adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pendidikan.[1]
Segala proses yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar, perubahan sebagai suatu proses hasil belajar dapat berbagai bentuk
seperti kecakapan,kebiasaan,sikap dan lainnya meliputi
dirinya,pengetahuan dan perbuatannya.[2]Menjadikan
kegiatan belajar (proses mengubah tingkah laku menuju kondisi yang lebih baik)
sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya. Manusia pembelajar
belajar dari banyak hal, misalnya dari pengalaman keberhasilan atau kegagalan
orang lain, pengalaman diri sendiri yang bersifat sukses atau yang bersifat
gagal dari buku-buku, jurnal, majalah, koran, hasil-hasil penelitian, hasil
observasi, hingga yang bersifat spontan.
2.
Ciri- ciri utama Pembelajar
Ada beberapa ciri utama yang mutlak ada untuk menjadi manusia
pembelajar antara lain sebagai berikut :
1.
Rasa
ingin tahu. Ini merupakan awal seseorang menjadi manusia berpengetahuan.
Manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi adalah pembelajar sejati.
2.
Optimisme.
Inilah modal dasar bagi seseorang untuk tidak mudah menyerah dengan aneka
situasi. Adakalanya ketika orang pesimis tiba- tiba orang menghentikan usaha
atau perjuangannya ketika sesungguhnya keberhasilan itu sudah amat dekat untuk
dicapai.
3.
Keikhlasan.
Orang orang yang ikhlas nyaris tidak mengenal lelah. Dia selal bergairah dalam
setiap keadaan. Banyak siasat, srategi atau akal baru yang dihasilkannya ketika
ia berpikir dan memutuskan untuk berbuat.
4.
Konsistensi.
Begitu banyak orang yang bekerja dalam format “keras kerak, yang tersiram air
sedikit saja menjadi lembek”, “tergoda dengan hal baru lalu meninggalkan
keputusan yang telah dibuat dan telah dicoba dijalankan”, dan sebagainya.
Disinilah pentingnya sikap konsistensi.
5.
Pandangan visioner.
Pandangan jauh kedepan, melebihi batas-batas pemikiran orang kebanyakan.
Mereka yang termasuk kelompok ini jarang sekali tergoda untuk melakukan apa
saja untuk hasil yang instan, mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan
kepentingan jangka panjang.[3]
Menurut Sutari Imam Bernadib,
pembelajar sangat tergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang
memiliki kewibawaan dan kedewasaan.
B.
Gizag
1.
Definisi Gizag
Gizag atau kewibawaan adalah sikap atau pembawaan yang dapat
mempengaruhi dan menguasai orang lain atau memimpin yang penuh kemampuan dan
daya tarik[4]
Menurut
Abu Ahmadi, kewibawaan adalah suatu daya yang memengaruhi yang terdapat pada seseorang
sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan sukarela
menjadi tunduk dan patuh kepadanya, jadi sesorang yang memiliki kewibawaan akan
dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa/ diharuskan
dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, dan menuruti
semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
Kewibawaan
juga disebut gezag, berasal berasal dari kata zeggen yang berarti berkata.
Siapa yang perkataanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
dia mempuyai kewibawaan. Kewibawaan tersebut ada pada orang dewasa, terutama
pada orang tua. Kewibawaan yang ada pada orangtua adalah natural dan orisinil,
hal ini disebabkan orang tua langsung
diperintahkan oleh Allah untuk mendidik anak-anaknya.
Adapun
kewibawaan orang tua sebagai pendidik memiliki sifat sebagai berikut.
a) Kewibawaan Pendidikan
Ini
berarti bahwa kewibawaan orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anak
agar mereka dapat hidup mandiri dan sehat jasmani serta ruhaninya.Perbawa
pendidikan ini berakhir jika anak sudah dewasa.
b) Kewibawaan Keluarga
Orang tua
merupakan kepala suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh
terhadap peraturan-peraturan di keluarga yang sesuai denagn norma-norma di
masyarakat dan norma agama. Kewibawaan keluarga ini bertujuan pemeliharaan dan
keselamatan keluarga.
Berbeda
dengan orang tua, kewibawaan guru berasal dari jabatannya sebagai seorang guru.
Kewibawaan guru memiliki dua sifat, yaitu :
a)Kewibawaan
Pendidikan
Guru
sebagai pendidik telah diserahi sebagian dari tugas orangtua untuk mendidik
anak-anaknya. Kewibawaan yang dimiliki oleh guru terbatas oleh banyaknya
anak-anak yang diserahkan kepadanya.
b)Kewibawaan
Memerintah
Dengan
jabatannya sebagai seorang pendidik, guru mempunyai kekeuasaan untuk memimpin
anak-anak dalam proses pendidikan[5]
2.
Macam-macam Gizag (Kewibawaan)
Ditinjau dari
mana daya yang mempengaruhi yang ada pada seseorang ini ditimbulkan maka
kewibawaan dapat dibedakan menjadi berikut.
a.
Kewibawaan
lahir
Kewibawaan
lahir merupakan kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahir
seseorang.Misalnya, benruk tubuh yang tinggi besar, pakaian yang lengkap dan
rapi, tulisan yang bagus, suara lenting, dan lain-lain.
b.
Kewibawaan
batin
Kewibawaan
batin ini ditimbulkan oleh :
a)
Adanya
kelebihan batin adalah Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya bia berlaku adil dan objektif dan bijaksana. Sikap-sikap
tersebut dapat menimbulkan kewibawaan pada dirinya.
b)
Adanya
ketaatan kepada norma adalah Kewibawaan ini timbul karena tingkah laku seorang
guru selalu mematuhi norma-norma yang berlaku.
C.
Uswah
1.
Definisi Uswah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan,
bahwa keteladanan dasar katanya ”teladan” yaitu: ”(perbuatan atau barang dsb,)
yang patut ditiru dan dicontoh. Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan
dengan kata ”uswah” dan ”qudwah”.
Pengertian yang diberikan oleh Al-Asfahani, bahwa ”al-uswah” berarti suatu
keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan,
kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan.
Keteladanan yang dikembangkan di
sekolah adalah keteladanan secara total, tidak hanya dalam hal yang bersifat
normatif saja seperti ketekunan dalam beribadah, kerapian, kedisiplinan,
kesopanan, kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang melekat pada
tugas pokok atau tugas utamanya.
Membangun keteladanan tidak ubahnya
seperti membangun kultur (budaya), watak dan kepribadian. Pada awalnya terasa
sulit dan perlu perjuangan atau lebih tepatnya disebut jihad. Tetapi, setelah
terbentuk dan dirasakan manfaatnya, justru menjadi sebuah kebutuhan.[6]Guru
yang dapat diteladani hakikatnya adalah guru anak didiknya sepanjang hayat
mereka bahkan lebih dari itu, yaitu sepanjang masa karena keteladanannya mereka
teruskan kepada generasi sesudah mereka dan seterusnya.
Keteladanan adalah kunci
keberhasilan, termasuk keberhasilan seorang guru dalam mendidik anak
didiknya.Syair Arab mengatakan,“Qawul ul-hal afshah min lisani ‘l-maqal
(keteladanan lebih fasihdaripada perkatann)”. Dengan keteladanan guru, siswa
akan menghormatinya, memperhatikan pelajarannya. Inilah implementasi etika
religius dalam proses pembelajaran yang sungguh mampu menggerakkan pikiran,
emosi dan nurani siswa meraih keberhasilan. Implementasi etika religius itu
harus dimulai dari yang paling atas, yaitu kepala sekolah.[7]
2.
Landasan teori metode uswah
Sebagai
pendidikan yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, metode
keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam Al-Qur’an
“keteladanan” diistilahkan dengan kata “uswah”, kata ini diantaranya terdapat
dalam Al-Qur’an (Q.S. al-ahzab [33]: 21).
Artinya: “Dan
sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan yang baik bagi orang yang
mengharapkan (bertemu dengan) Allah dan hari kemudian dan yang mengingat Allah
sebanyak-banyaknya”. (Q.S al-ahzab [33]: 21).
Dari
ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad SAW ke permukaan
bumi ini adalah sebagai contoh atau tauladan yang baik bagi umatnya.Beliau
selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah
sebelum menyampaikannya kepada umat, sehingga tidak ada celah bagi orang-orang
yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah hanya pandai
berbicara dan tidak pandai mengamalkan.
Oleh
karena itu Rasulullah merupakan tauladan terbesar buat umat manusia di dalam
sejarah manusia. Beliau adalah seorang pendidik, seorang yang memberi petunjuk
kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dulu sebelum dengan
kata-kata yang baik[8]
3.
Urgensi Uswah dalam Pelaksanaan Pendidikan
Metode
keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan
pendidikan dengan membwa contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka
dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan
benar.Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan
ibadah, akhlak, kesenian dll.
Sebagai
seorang guru, seharusnya tidak cukup hanya memberikan prinsip saja, karena yang
lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam
menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak apapun prinsip yang diberikan
tanpa disertai contoh tauladan, ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tidak
bermakna.
Sungguh tercela seorang guru yang mengajarkan
suatu kebaikan kepada siswanya sedangkan ia sendiri tidak menerapkannya
sehari-hari.[9]
II. APLIKASI
Dalam
proses belajar mengajar seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat
peserta didiknya yang merupakan subjek yang otonom, memiliki motivasi, hasrat,
ambisi, cita-cita dan sebagainya. Diharapkan
seorang pendidik itu harus menjalankan perannya yaitu sebagai pembelajar dengan
sebaik mungkin, dalam menjalankan perannya tersebut seorang pendidik itu juga
harus memiliki kewibawaan yang baik pula, sehinggaia akan dipatuhi secara sadar oleh peserta didiknya dengan tidak terpaksa,dan menuruti semua yang
dikehendaki oleh pendidik tersebut.
Selain itu seorang pendidik juga dijadikan suri teladan
bagi peserta didiknya. Karena pada
dasarnya fitrah manusia adalah meneladani. Fitrah tersebut berupa hasrat yang
mendorong anak untuk meniru perilaku orang lain yang dilihatnya tatkala ia
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya.
Beberapa
unsur yang menyebabkan anak meneladani orang lain, yaitu:
Pertama,
pada setiap anak ada dorongan dalam dirinya berupa keinginan halus yang tidak
dirasakannya untuk meneladani orang yang dikagumi, baik dalam pembicaraan, cara
gerak dan sebagian besar adat tingkah laku, yang semuanya itu tanpa disengaja.
Peniruan ini tidak hanya terarah pada tingkah laku yang baik saja akan tetapi
kepada yang lainnya.
Kedua,
pada usia tertentu anak mempunyai kesiapan untuk meniru perilaku orang yang
dijadikan idola dalam hidupnya.
Ketiga,
dalam melakukan peniruan pada diri anak ada suatu tujuan yang bersifat
naluriah. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang kadang diketahui anak dan
kadang tidak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajar
adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut
fitrahnya masing-masing. Di mana ia sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju kearah optimal kemampuannya.
Gizag adalah
sikap atau pembawaan yang dapat mempengaruhi dan menguasai orang lain atau
memimpin yang penuh kemampuan dan daya tarik.
Uswah dalam bahasa indonesia adalah keteladanan yang berarti
perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Keteladan
memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karena secara psikologi
anak didik banyak meniru sosok figurnya termasuk di antaranya adalah para
pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu
dan Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta: Ciputat Pers.
Barizi, Ahmad. 2013. Menjadi Guru
Unggul. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Danim, Sudarman. 2007. Menjadi
Komunitas Pembelajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Quthb, Muhammad. 1993. Sistem
Pendidkan Islam. Bandung : PT. Al-Ma’arif.
Wiyani, Novan Ardy & Barnawi.
2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.
Rohman, Arif. 2009. Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Mediatama.
Soehardi. 2010. Kamus Populer
Kepolisian. Semarang: Koperasi Wira Raharja.
Mustakim,Zaenal.2015.Strategi dan
Metode Pembelajaran..Pekalongan:STAIN Pekalongan.
Nama: Khairul Hidayat
Nim: 2021114036
Alamat: Ds. Subah Kec. Subah
Kab. Batang
Ttl: Batang, 19 Mei 1996
Nama : Tantri Ega Dewanti
Nim : 2021114044
Alamat : Ds Langensari kec.Kesesi kab.Pekalongan
Ttl : Bekasi, 15 Agustus 1996
Nama: Hidayah Inayati
Nim: 2021114046
Ttl: 14 April 1996
Alamat: Ds. Pedagung Kec. Bantarbolang Kab.
Pemalang
Nama: Nofi Agustin
Nim: 20211403
Ttl: Pemalang, 10 Agustus
1996
Alamat: JL. Bandeng RT 02/RW 04 No. 169, Sugihwaras Pemalang.
[1] Arif Rohman,Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan.(Jakarta:Mediatama,2009),hlm. 105.
[2] Zaenal
Mustakim,Strategi dan Metode Pembelajaran.(Pekalongan:STAIN Pekalongan
,2015),hlm.48.
[3] Sudarman
Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar, cet ke-2 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007),
hlm. 6-7.
[4]Soehardi, kamus populer kepolisian
(Semarang: Koperasi Wira Raharja, 2010), hlm. 93.
[5] Novan Ardy
Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2012),
hlm. 115-118.
[9] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 116-117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar