Laman

new post

zzz

Jumat, 23 September 2016

TT1 A 4d KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK Kekuatan Ilmu Pengetahuan dalam Qs. Ar-Rohmaan Ayat 33


KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
Kekuatan Ilmu Pengetahuan dalam Qs. Ar-Rohmaan Ayat 33
Elva Maulidia
2021115058
 KELAS A

PRODI PAI / JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016




KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul besar “Kewajiban Belajar SPESIFIK” dan judul kecil “Kekuatan Ilmu Pengetahuan dalam Qs. Ar-Rohmaan Ayat 33”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2016. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka, makalah ini tidak akan terwujud. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
  1. Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana,M.Ag selaku ketua IAIN Pekalongan
  2. Bapak Drs. M. Ghufron Dimyati, MSI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
  1. Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral, materiil serta motivasinya;
  2. Segenap Staf Perpustakaan IAIN Pekalongan yang telah memberikan bantuan referensi-referensi buku rujukan;
  3. Mahasiswa Prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya;
  4. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materiilnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.       
Pekalongan,  september  2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam era modern ini, wajarnya orang yang berperan dalam kemajuan IPTEK ialah orang yang berpendidik. Karena dalam suatu pendidikan terdapat ilmu pengetahuan, yang dijadikan sebuah pedoman. Bagi para ilmuan, mendalami ilmu dalam satu bidang wajib hukumnya guna memperkuat pengetahuannya. Pentingnya memperkuat ilmu ini karena selain menjalankan perintah Tuhan juga untuk kemaslahatan umat.
            Sebagai pedoman, ilmu pengetahuan memiliki kekuatan untuk mencapai sebuah tujuan, ilmu yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadis akan lebih mendapatkan kekuatan dari Allah. Dalam QS. Ar-Rohman ayat 33 menjelaskan Allah emberi kebebasan pada manusia dan jin untuk melintasi alam, hal ini maksudnya membebaskan untuk mengetahui alam ciptan Allah dengan segenap tenaga dan akalnya. Namun dalam kegiatan tersebut terdapat kekuasaan Allah dimana jika kekuasaan itu tidak ada maka akan terlantas ditengah.
            Adapun bacaan dari QS. Ar-Rohman ayat 33 sebagai berikut:
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ    
“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”
Kosa kata dari QS. Ar-Rohman ayat 33:
Arti
Lafadz
Arti
Lafadz
Penjuru
أقطار
Golongan
معشر
Dengan kekuatan
بسلطان
Kamu sekalian mampu
استطعتم
Kamu sekalian menembus
تنفذوا

فَانْفُذُوا
:
(maka lintasilah) Tembuslah ke penjuru langit dan bumi dan lepaskan dirimu, dikatakan tembusnya sesuatu  dari sesuatu yang lain, ketika sesuatu itu dilepaskan seperti melepaskan anak panah.
لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
:
(Dan kamu tidak mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan) mereka tidak mampu untuk menembusnya kecuali dengan kekuatan dan mereka tidak kuasa.

Mempelajari ilmu pengetahuan ini sangatlah penting karena ketika kita mempelajari alam secara tidak langsung juga mempelajari Tuhan dari hal yang diciptakan. Dengan ini mempelajari ilmu pengetahuan dapat meningkatkan keimanan terhadap Tuhan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan. Ilmu dari segi bahasa artinya kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas tantang sesuatu. Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya pengetahuan telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenalpengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk islam, ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi ada juga yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.[1]
Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik. 
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan: “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu”. Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan: “Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
B.     Tafsir  Al-Mishbah
QS. Ar-Rohman ayat 33 diatas menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghindar dari pertanggung jawaban serta akibat-akibatnya. Allah menantang mereka dengan menyatakan: hai kelompok  jin dan manusiayang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggung jawaban atau siksayang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi sekali-kali  kamu tidak dapt menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan!
Kata (معشر) ma’syar berarti jamaah/ kelomok yang banyak. Terambil dari kata (عشرة) ‘asyrah yang juga berarti 10 karena tidak dihitung satu persatu, tetapi sepuluh demi sepuluh.
Didahulukannya jin atas manusia disini karena jin memiliki kemampuan lebih besar dari pada manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawian, mereka pernah memiliki pengalaman, walau dalam bentuk terbatas (QS.al-jin:9). Ketika menantang untuk membuat semacam al-Quran yang didahulukan penyebutannya adalah manusia (QS. Al-Isra’:88). Itu karena dalam bahasa al-Quran manusia memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kemampuan jin, apabila yang secara tegas menolaknya adalah manusia.
Thahir Ibn Asyur menegaskan bahwa ayat diatas bukanlah merupakan ucapan yang diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini. Penulis menambahkan bahwa memang sementara ulama terdahulu menyatakan itu diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini, tapi maksudnya dalam arti perintah untuk menghindar dari maut, kalau mereka bisa.
Tim penulis tafsit al-muntakhab berkomentar bahwa: “ sampai saat ini terbuktibetapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menembus likup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan keluar angkasa selam ini masih merupakan waktu yang masih singkat jika dibandingkan dengan besarnya alam. Itupun memerlukan upaya yang luar biasa dalam bidang sains dengan segala cabangnya. Hal ini membuktikan bahwa upaya menembus langit dan bumi yang memiliki jarak jutan tahun cahaya,  mustahil dilakukan oleh manusia dan jin.[2]
C.     Tafsir Al-Azhar
“Wahai sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi, lintasilah!” Artinya bahwa diantara rahmad Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga, dengan segenap akal dan budi, karena mendalamnya pengetahuan. Namun diakhir ayat Tuhan memberikan peringatan bahwa kekuatan kita terbatas “namun, kamu tidaklah akan dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuasaan.”
Dalm suku kata yang pertama diberi kebebasan bagi manusia untuk melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam dimuka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai ilmu pengetahuan. Karena banyaknya rahasia dalam alam ini yang tersembunyi, dan sudah tabiat manusia memiliki rasa ingin tahu. Namun disuka kata yang kedua memberikan peringatan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan sangat bergantung pada kekuasaan yang disebut Sulthan. Jika kekuasaan tidak ada maka pekerjaan akan berhenti ditengah.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari dari pada kehendak Allah dan takdirNya. Bahwa takdir itulah yang selalu mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendaknya atas dirimu. Kemana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingimu, demikianlah kamu selalu mendapat kedudukan tertawan didalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis disekelilingmu, sehingga tidaklah kamu akan sanggup membebaskan diri daripadanya, kecuali dengan kekuasaan artinya dengan kehendak Tuhan.[3]
D.    Tafsir Al-Maraghi
( uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù  )
            Hai golongan manusia dan jin, jika kamu mampu keluar dari penjuru-penjuru langit dan bumi buat menghindari hukuman dari Allah dan melarikan diri azabNya maka lakukanlah. Maksudnya, bahwa kalian takkan mampu melakukann itu. Karena Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri dari padanya kemanapun kamu pergi, maka kamu akan tetap terkepung.
 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0  
            Sesungguhnya melariakan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun dari mana kamu memperoleh kekuatan dan kekuasaan itu. Dan dari siapakah kamu mendapatkan pahala kamu diwaktu itu tidak mempunyai daya maupun kekuatan.[4]
E.     Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan; kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah 6 kali melakukan pendaratan dan menyelidiki keadaan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi dengan waktu yang sangat cepat menggunakan pesawat yang dinamai “Apollo” dari tahun 1968 sampai 1977. Syukurlah hal ini dapat tercapai, tetapi tidak hanya sampe sini saja, para ilmuan hendak mengetahui keadaan yang ada di bintang venus.
F.      Aspek Tarbawi

Ø  Sumber ilmu pengetahuan adalah Al-Quran, dan yang menjadi aspek ilmu pengetahuan adalah alam ciptaan Allah.
Ø  Tembuslah penjuru langit dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)
Ø  Dalam mencari ilmu hendaknya dengan niat karena Allah dan hati yang bersungguh-sungguh  karena semuanya sangat bergantung pada kekuasaan yang disebut Sulthan. Jika kekuasaan tidak ada maka pekerjaan akan berhenti ditengah.
Ø  Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.



BAB II
PENUTUP
            Simpulan
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi) langit dan bumi tetapi mereka tidak mampu kecuali dengan kekuatan. Dalam ayat diatas Allah menantang golongan manusia dan jin, jika memang mampu menembus langit. Yang mana manusia dan jin tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).





DAFTAR ISI

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27. (Semarang:Toha Putra)
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar.(Jakarta: pustaka panjimas)
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah.(Jakarta:lentera)
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2011. Filsafat pendidikan Islam. (Jakarta:kalam mulia)





BIODATA PENULIS
Nama   : ELVA MAULIDIA
TTL     : Pekalongan, 7 september 1997
Alamat            : Jl. Ottista gg. 8 no. 38, Duwet, pekalongn selatan.
Agama : ISLAM
Gol.darah: AB
Hobby : membaca (novel), berkerja membantu orang tua.
Cita-cita          : Gurunya guru (Dosen), pengusaha.
Visi Misi          : Mencari dan menemukan Ridho Allah.
Motto              : Hidup untuk mencari ilmu dan mencari ilmu untuk bekal hidup.
Pesan               : Qonaah dan Istiqomah.
Alumnus          :
Ø  RA Masyitoh Duwet
Ø  MIS Duwet
Ø  MTs Wahid Hasyim Warungasem
Ø  MAN 3 pekalongan
Ø  IAIN Pekalongan (sampai sekarang)



[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Klam Mulia, 2010) hlm.75
[2] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba, (Jakarta:lentera, 2002). Hlm. 518-519
[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: pustaka panjimas, 2000) hlm. 197
[4] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang:Toha Putra, 1989) hlm. 206-207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar