TUJUAN PENDIDIKAN "KHUSUS"
“Fungsi Al-Qur’an” Qs. Ali-Imran, 3
:138
I’anatul Akhba (2021115095)
KELAS C
FAKULTAS TARBIYAH (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah bahwa berkat rahmat dan anugerahNya
makalah yang berjudul Tujuan Pendidikan Khusus ini dapat terselesaikan sesuai
dengan yang di tugaskan oleh bapak dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Yang mana mata kuliah Tafsir Tarbawi ini disajikan untuk mahasiswa
semester tiga, dan penulis menyusun makalah ini merupakan suatu kewajiban dan
bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun dosen yang bersangkutan.
Sehubungan dengan ditugasinya penulis untuk menyusun makalah ini, tampaknya
perluasan materi mengenai Fungsi Qs. Ali-Imran:138, masih kurang. Sehingga
makalah ini di buat untuk membantu memberikan referensi lebih banyak lagi untuk
bisa di kaji.
Perasaan syukur secara khusus ditujukan hanya kepada Allah swt.
Yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan berfikir dalam proses penyusunan
makalah ini. Penulis sangat sadar bahwa hanya berkat hidayah, inayah, serta
ridha-Nya, perjalanan makalah ini terasa ringan. adapun dalam pembuatan makalah
ini banyak orang-orang yang terlibat di dalamnya yang membantu proses
penyusunan makalah ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu terselesaikannya tulisan ini, Bpk. Muhammad
Hufron M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi ini, berkat
arahan beliau sehingga saya mampu merancang makalah ini, yang insyaALLAH sesuai
yang di harapankan. Terimakasih pula yang tiada terhingga untuk Ibu Bapak ku
tercinta yang keduanya tak lelah mendoakan dan
memberikan dorongan moral dan spiritual. Untuk Teman-temanku yang
senantiasa mendukung ku. Tak lupa pula untuk lembaga IAIN ini yang sudah
memberikan naungan untuk berkarya dan berkreativitas, juga memberikan
sumber-sumber yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan dalam makalah ini, penulis sajikan secara sederhana, dan
insyaALLAH mudah di pahami. Dengan disajikan Nash dan arti Qs. Ali Imran : 138
sesuai dengan yang di tugaskan. Juga terdapat Nash lain yang bersangkutan.
Sementara untuk penelusuran yang lebih rinci, pembaca dapat mengadakan kajian
pada referensi-referensi yang telah disajikan dalam makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap kekurangan dalam penulisan makalah ini, sangat diharapkan. Semua kritik
penulis tampung sebagai bahan perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi amal baik bagi penulisnya, dan
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina
Muhammad.
Pekalongan, 9
Oktober 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR
ISI......................................................................................................ii
BAB I ..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A.
Latar belakang..........................................................................................1
B.
Judul Makalah..........................................................................................2
C.
Nash dan Arti Qs Ali Imran:138..............................................................2
D.
Arti Penting dikaji....................................................................................2
BAB
II.................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................3
A.
Pengertian dan Fungsi Al-Qur’an............................................................3
B.
Tafsir Qs. Ali-Imran:138..........................................................................4
1.
Tafsir Al-Maragi.................................................................................4
2.
Tafsir Al-Mishbah..............................................................................6
3.
Tafsir Al-Azhar..................................................................................7
4.
Tafsir Ibnu Katsir...............................................................................8
C.
Aplikasi dalam Kehidupan.......................................................................9
D.
Aspek
Tarbawi..........................................................................................9
BAB
III...............................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................10
A.
Kesimpulan..............................................................................................10
B.
Daftar Pustaka.........................................................................................11
C.
Lampiran .................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Adanya
peristiwa peperangan yang terjadi pada zaman kenabian antara kaum muslimin dan
musyrikin mengakibatkan kaum muslimin di timpa luka, terbunuh, dan mengalami
kekalahan. Mereka mengalami penderitaan jiwa dan fisik. Disini, Al-Qur’an
mengembalikan kaum muslimin kepada sunnah Allah atas alam semesta,
mengembalikan mereka kepada prinsip-prinsip yang berlaku pada semua urusan.
Dewasa ini,
manusia masih banyak yang salah bahkan tidak dapat memahami kutipan-kutipan
peristiwa masa lalu zaman kenabian. Melainkan Al-Qur’an lah yang membawa
penerangan sebagai petunjuknya terhadap kutipan peristiwa yang telah jauh
berlalu tersebut. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang
mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran padanya, mendapatkan
manfaatnya, dan menggapai petunjuknya mereka itulah golongan “muttaqin”
‘orang-orang yang bertakwa’.
Kita meyakini
bahwa Al-Qur’an benar-benar mengandung pengetahuan dan petunjuk yang akan
mengarahkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
Keyakinan tersebut tentu tidak akan ada hasilnya jika kita tidak mempelajari
dan mengamalkan pengetahuan serta petunjuk yang terdapat di dalamnya. Oleh
karena itudi dalam makalah ini akan dibahas mengenai Fungsi Al-Qur’an sesuai
yang terdapat dalam Qs. Ali Imran:138. Dengan demikian kita akan dapat mencapai
sebagian dari tujuan mempelajari Al-Qur’an, yaitu mengetahui, mengakui,
membenarkan, mengamalkan, dan berperilaku sesuai ajaran Al-Qur’an, serta mampu
mengamalkan pengetahuan dan petunjuk mengenai kisah-kisah terdahulu.
B.
Judul Makalah
Sesuai dengan
yang sudah di tugaskan oleh bapak dosen Muhammad Hufron, selaku pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi. Memberikan Judul “Tujuan Pendidikan Khusus,” adapun
kajian yang di bahas dalam makalah mengenai “Fungsi Al-Qur’an,” sebagaimana
tercantum dalam Qs. Ali Imran ayat 138.
C.
Nash dan terjamahan Qs. Ali Imran ayat 138
Artinya : “(Al-Qur’an)
ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.”
D.
Arti penting pengkajian
Begitu
pentingnya Al-qur’an dalam kehidupan kita, sehingga dalam Qs. Ali Imran:138
menerangkan tentang fungsi Al-Qur’an bagi umat manusia. Hal ini menjadi sangat
penting di kaji karena Al-Qur’an Ini adalah penerangan bagi manusia secara
keseluruhan. Disebutkan nashnya dalam Al-Qur’an bahwa di dalam kitab ini
terdapat kebenaran, petunjuk, cahaya, nasihat, dan pelajaran. Semua itu hanya
untuk orang-orang yang beriman dan bertakwa. Iman dan takwa itulah yang
melapangkan hati untuk menerima petunjuk, cahaya, nasihat, dan pelajaran. Dan
yang menghiasi hati sehingga merasa indah untuk memilih petunjuk dan cahaya
itu, serta memanfaatkan nasihat dan pelajarannya. Juga untuk bersabar dan tabah
menanggung beban derita dalam menempuh jalannya. Setelah penjelasan ini,
diarahkanlah kaum muslimim agar teguh, tenang, dan mantap hatinya.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an
Sebagai Kitab Petunjuk .
Al-Qur’an
adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan yang di
sampaikan kepada kita secara mutawatir (resmi), serta mengandung ajaran-ajaran
seperti akidah, akhlak, dan syari’at.[2]
Al-Qur’an
adalah petunjuk Sang Pencipta bagi kemaslahatan hamba-Nya dan merupakan syariat
langit yang diturunkan bagi penghuni bumi yang berlaku umum dan kekal yang
menjamin semua kebutuhan manusia, baik masalah agama, keduniaan, akidah,
akhlak, ibadah, maupun muamalah kenegaraan, hukum, ekonomi, politik,
perdamaian, peperangan, perjanjian-perjanjian, dan hubungan antarnegara.
Berkeneaan dengan semua itu, Al-Qur’an memberikan petunjuk secara benar dan
bijaksana, tidak ada cacat, perbedaan, pertentangan, keraguan, dan benturan.
Dialah Al-Qur’an, sumber segala sumber yang tidak pilih kasih dan
kitab yang paling benar.
Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan seandainya kebahagiaan yang sebenarnya hanyalah
dapat diperoleh dari petunjuk Al-Qur’an dan melaksanakan segala sesuatu yang
dibawa olehnya. Begitu pula penyakit jiwa dan penyakit-penyakit kemasyarakatan
hanya dapat disembuhkan melalui petunjuk Al-Qur’an. Dengan petunjuknyalah, hati
yang telah tersesat dapat memperoleh petunjuk. Dengan petunjuknyaah, mata yang
telah mengalami kebutaan dapat melihat kembali. Begitu pula, dengan
petunjuknyalah, akal yang telah mengalami kebodohan akan bersinar kembali,
sebagaimana halnya juga dunia yang telah mengalami kegelapan pun akan
memeperoleh cahaya kembali.[3]
Adapun Fungsi
Al-Qur’an sesuai dengan kajian Qs. Ali Imran:138 ini, ialah membawa petunjuk.
Yakni petunjuk yang diperlukan dan menjelaskan kebenaran dari kebatilan yang
terdapat dalam hal-hal yang tidak menentu yang terjadi dalam kalangan umat
manusia sebelum turunnya, terutama yang berkenaan dengan Allah, manusia, dan
alam semesta.[4]
B.
Tafsir Qs. Ali Imran :138
1.
Tafsir Al-Maragi
Penuturan yang
telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia,
sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang-orang yang bertakwa dari
kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan
merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang yang bertakwa
atau fasik.
Dalam hal ini
juga merupakan bantahan terhadap perkataan kaum musyrikin dan munafik yang
melancarkan tuduhan kepada Nabi saw. Mereka mengatakan bahwa jika Muhammad
memang benar-benar seorang utusan, maka pasti mereka tidak akan bisa dikalahkan
dalam perang uhud. Hal itu juga mengandung petunjuk dan penjelasan bahwa
sunnatullah juga berlaku bagi para nabi dan rasul, sebagaimanan berlaku bagi
semua makhluk-Nya.
Sedang
penjelasan ini adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang
yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan
kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran
dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk
ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, menjauh dari
hal-hal yang mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni
membahayakan diri mereka. Orang mukmin sejati ialah orang yang mau mengambil
hidayah dari Al-Kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatnya,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya :
“ kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah, 2:2).
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk
kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran menghadapi musuh,
sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan
mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan kewaspadaan dalam
membela hak.
Dengan demikian, kita berjalan di
atas sunnatullah dalam meraih nya dan memelihara kelestariannya. Hendaknya kita
mengetahui kondisi musuh kita untuk dijadikan pertimbangan antara kekuatan kita
dan kekuatan mereka. Apabila kita tidak menempuh jalan-jalan tersebut berarti
kita tidak memakai jalan hidayah, dan kita termasuk orang-orang yang tidak mau
mengambil pelajaran dari pengalaman.[5]
2.
Tafsir Al-Mishbah
Ayat 137-138
“Sesungguhnya
telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah; karena itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(pesan-pesan Allah). Ini adalah penerangan bagi seluruh umat manusia, dan
petunjuk serta peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ayat 137
perintah untuk memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang terdahulu dan
kesudahan mereka. Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah yakni
hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan. Sunnah
tersebut antara lain adalah “ yang melanggar perintah-Nya dan perintah
rasul-Nya akan binasa, dan yang mengikutinya berbahagia”, “ yang menegakkan
disiplin akan sukses”, “hari-hari kekalahan dan kemenangan silih berganti”, dan
lain-lain. Sunnah-sunnah itu ditetapkan Allah demi kemaslahatan manusia dan itu
semua dapat terlihat dengan jelas dalam sejarah dan peninggalan umat umat yang
lalu. Perhatikan dan camkanlah hal tersebut, kalau belum dapat memahami dan
hayati melalui bacaan atau pelajaran sejarah, maka berjalanlah kamu di muka
bumi untuk melihat bukti-buktinya dan perhatikanlah untuk mengambil
pelajaran bagaimana kesudahan buruk yang dialami orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul). Ini, yakni pesan-pesan yang dikandung oleh semua
ayat-ayat yang lalu, atau al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan
yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi seluruh
manusia, dan ia juga berfungsi sebagai petunjuk yang memberi
bimbingan masa kini dan datang menuju ke arah yang benar serta peringatan
yang halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar bagi orang-orang
yang bertakwa, yang antara lain mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari
sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat.
Demikian juga
terlihat bahwa kitab suci al-Qur’an adalah kitab pertama yang mengungkap adanya
hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat. Kitab suci itu berfungsi
mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang
benderang, dari kehidupan negatif menuju kehidupan positif. Al- Qur’an memang
penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang
yang bertakwa.
Pernyataan
Allah ini adalah penjelasan buat manusia, juga mengandung makna bahwa Allah
tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Dia tidak
menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah penjelasan, petunjuk jalan,
lagi peringatan.[6]
3.
Tafsir Al-Azhar
“ini adalah
penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang
bertakwa.” (ayat 138).
Mempelajari
sejarah ummat-ummat yang dahulu dan melihat bekasnya dengan melawat mengembara
dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk, dan pengajaran. Ilmu
kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia di dalam alam ini.
Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui dua tiga ilmu yang amat
penting. Pertama, sejarah; kedua ilmu bekas peninggalan kuno; ketiga ilmu
siasat perang; keempat ilmu siasat mengendalikan negara.
Maka ayat yang
tengah kita tafsirkan ini berlaku menjadi pedoman untuk selamanya di dalam
menilai kenaikan suatu ummat ataupun kejatuhannya bahwasanya kelobaan akan
harta dan kemewahan adalah pintu-pintu bagi kekalahan.
Dengan
memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi orang
yang bertakwa. Di sini kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti takwa.
Pokok arti, ialah memelihara(wiqayah). Maksud yang pertama, ialah takwa kepada
Allah, memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat
ini ada arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas dan waspada. Maka
dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah cukup sekedar dengan ibadat shalat,
berzakat, dan puasa saja. Tetapi termasuk lagi dalam rangka ketakwaan ialah
kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh.[7]
4.
Tafsir Ibnu Katsir I
“Sesungguhnya
telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu, berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(137). Ini adalah penerangan bagi seluruh umat manusia, dan petunjuk serta
peringatan bagi orang-orang yang bertakwa(138).”
Allah menghibur
hamba-hamba-Nya yang beriman, setelah mereka mendapat musibah dalam Perang
Uhud, yaitu terbunuhnya 70 orang muslim, dengan firman-Nya, “sesungguhnya
sunnah-sunnah itu telah berlalu sebelum kamu.” Yakni, sunnah seperti ini telah
berlaku pula atas para pengikut nabi sebelum kamu. Kemudian kesudahan yang baik
bagi kamu dan yang buruk bagi kaum kafir. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
berfirman, “maka berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. Ini merupakan penjelaan bagi
manusia. “yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita yang jelas ihwal orang-orang
terdahulu dalam menghadapi musih-musuh nya. “merupakan petunjuk dan
pelajaran.”Yakni, Al-Qur’an ini mengandung berita tentang peristiwa masa lalu,
mengandung petunjuk bagi hatimu, dan mengandung pelajaran, yakni mengandung
pencegahan dari berbagai perbuatan haram dan dosa. [8]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
Dengan adanya
pembahasan makalah ini, dapat di petik nilai-nilai yang baik yang harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah:
1.
Senantiasa membaca dan mengkajii makna-makna yang terkandung di
dalam Al-Qur’an
2.
Beriman dan bertakwa kepada Allah
3.
Mencegah kebatilan dan mengutarakan kebenaran
4.
Mengamalkan isi ajaran Al-Qur’an
5.
Teguh, tenang dan mantap hatinya
D.
Aspek Tarbawi
1.
Kebahagiaan yang sebenarnya hanyalah dapat diperoleh dari petunjuk
Al-Qur’an dan melaksanakan segala sesuatu yang dibawa olehnya.
2.
Penyakit Jiwa dan penyakit-penyakit kemasyarakatan hanya dapat
disembuhkan melalui petunjuk Al-Qur’an.
3.
Petujuk tidak dapat ditangkap dan di cerna kecuali oleh hati yang
beriman dan terbuka untuk menerima petunjuk. Hanya dapat di terima oleh hati
yang bertakwa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
makalah tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian Al-Qur’an sebagai
petunjuk. Hal ini selaras dengan yang terdapat dalam Qs. Ali Imran:138. “ini
adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang
bertakwa.” (ayat 138).
Adanya teori
yang mendukung tentang pembasan Qs. Ali-Imran mengenai fungsi Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah petunjuk
Sang Pencipta bagi kemaslahatan hamba-Nya dan merupakan syariat langit yang
diturunkan bagi penghuni bumi yang berlaku umum dan kekal yang menjamin semua
kebutuhan manusia. Berkeneaan dengan semua itu, Al-Qur’an memberikan petunjuk
secara benar dan bijaksana.
Adapun
penafsiran-penafsiran dari Qs. Ali-Imran :138 ini, dari beberapa kitab yang
dicantumkan dalam makalah ini. Yaitu ada Tafsir Al-Maragi, Al-Mishbah, Al-zhar,
dan Tafsir Ibnu Katsir. Terdapat pula di dalam makalah ini mengenai nilai-nilai
yang dapat di terapkan dalam kehidupan, dan aspek-aspek tarbawi yang di petik
dari Qs. Ali-Imran ayat 138 tersebut.
B.
Daftar Pustaka
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1.
Jakarta: Gema Insani Press.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar juzu’4. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Musa, M. Yusuf. 1998. Al-Qur’an dan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad
, Syeikh. 2002. Studi Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi,.
Semarang: Toha Putra.
Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta : Lentera
Hati.
Quthb, Sayyid. 2001.Fi
Zhilalil-Qur’an ( terjemahan oleh As’ad Yasin,dkk) . Jakarta: Gema
Insani Press.
.
.
LAMPIRAN
Profil Penulis
Nama : I’anatul Akhba
TTL :
Pekalongan, 27 Mei 1996
Alamat : Ds. Babalan Lor, Kec. Bojong, Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan:
1.
SDN 02 BABALAN LOR ( 2004-2010)
2.
SMP N 01 BOJONG (2010-2012)
3.
SMA N 01 BOJONG (2012-2014)
4.
SI -PAI di IAIN Pekalongan (2015-sekarang)
[1] Sayyid Quthb, Fi
Zhilalil-Qur’an ( terjemahanoleh As’ad Yasin,dkk) , (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm. 167
[2]Prof. Dr. M. Yusuf Musa, Al-Qur’an
dan Filsafat, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1998), hlm.1
[3]Prof. Dr. Syeikh
Muhammad, Studi Al-Qur’an Al-Karim, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.
19-21
[4]Prof. Dr. M. Yusuf Musa, Op.Cit.,
hlm. 3
[5] Ahmad Mustafa,
Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 132-133
[6]M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 210-212
[7]Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar juzu’4, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 95-97
[8]Muhammad Nasib ar-Rifa’i,
Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 587-588
Tidak ada komentar:
Posting Komentar