Laman

new post

zzz

Rabu, 05 Oktober 2016

TT1 D 5b “KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT” QS AL-BAQARAH AYAT 201

  “KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT”
QS AL-BAQARAH AYAT 201

M. NurulAnam (2021115119)
 Kelas D

JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Sang Maha Pencipta dan pengatur alam semesta, berkat Ridho-Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebaikan Dunia dan Akhirat” QS. Al-Baqarah ayat 201. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Rosulullah saw. Yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam menyusun makalah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat sehingga penulis mampu menyelesaikannya, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1.     Ayah dan Ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini.
2.     Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
3.     Teman-teman kelas Tafsir Tarbawi I D yang selalu mensuport dan menghibur  penulisselama penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.
Semoga makalah yang berjudul “Kebaikan Dunia dan Akhirat” QS. Al-Baqarah ayat 201 dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.



Pekalongan, 27 September 2016


M. Nurul Anam
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan dunia bersifat fana’ dan semu. Kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah mati, namun banyak manusia yang lupa atau melupakan diri. Mereka mengabaikan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.
Di era perkembangan zaman yang semakin maju, terjadi kemerosotan dalam pemeliharaan keimanan. Seperti perekonomian yang berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan sampai lupa waktu hingga mendewakannya. Di lain sisi terdapat sebagian kaum muslim yang terjebak pada ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara duniawi. Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan diri dari masyarakat dan berbagai cara lainnya.
Dunia merupakan ladang akhirat. Siapa yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan pula. Namun, Allah SWT juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi seperti makan, minum, bekerja dan member nafkah keluarga. Maka dari itu kami akan membahas  ayat alqur’an tentang kebaikan dunia dan akhirat, khususnya dalam QS Al-Baqarah ayat 201.

B.    Judul
“Kebaikan Dunia dan Akhirat”

C.    Nash
sOßg÷YÏBur`¨BãAqà)tƒ!$oY­/u$oYÏ?#uäÎû$u÷R9$#ZpuZ|¡ymÎûurÍotÅzFy$#ZpuZ|¡ym$oYÏ%urz>#xtãÍ$¨Z9$#ÇËÉÊÈ
D.    Arti
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".



E.    Arti penting dikaji
(Dan di antara mereka ada pula yang berdoa, "Ya Tuhan kami! Berilah kami di dunia kebaikan), artinya nikmat, (di akhirat kebaikan) yakni surga, (dan peliharalah kami dari siksa neraka.") yakni dengan tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua macam kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh pahala dengan firman-Nya. Dan tentunya untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan kebahagiaan di akhirat harus dengan ilmu.Untuk itu kebahagiaan didunia dan kebahagiaan diakhirat sangatlah penting kita kaji.















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teori
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَا دالْا خِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواهالبخاري)
Artinya:
Barang siapa menghendaki dunia maka hendaknya dia berilmu, barang siapa menghendaki akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu pula. (HR. Bukhori)[1]
       Berdasarkan hadis diatas bahwasanya kebaikan dunia dan akhirat itu harus dengan ilmu. Betapapun normatifnya kebahagiaan itu, setiap manusia pasti mendambakannya, baik untuk kehidupan jangka pendek, menengah dan jangka panjang tetap berujung kematian dunia maupun untuk kehidupan jangka panjang yang abadi (akhirat). Dalam setiap agama diajarkan tentang keimanan terhadap hari akhir, hari kebangkitan, dan hari pembalasan. Hal ini menunjukan bahwa setiap agama akan adanya kehidupan setelah mati dan setiap manusia yang mengalaminya akan merasakan kebahagiaan atau kesengsaraan.[2]
       Karena ilmu menjadi sarana bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaan didunia maupun akhirat maka mencarinya wajib baginya .sesuai hadits nabi yang artinya dari annas r.a berkata : Rosullah bersabda :mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim (H.R Thabrani ). Dalam riwayat lain dikatakan : mencari ilmu itu wajib bagi muslimin, dan sesungguhnya pencari ilmu itu dimintakan ampunan oleh setiap sesuatu, sampai kepada ikan dilautan.
            Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia, maka ilmu bisa dikatakan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa ujung. Oleh karena itu penting bagi penting bagi kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa menikmati kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Kebaikan dunia meliputi kebahagiaan-kebahagiaan yang kita rasakan didunia seperti kesehatan, kesuksesan, istri solekha dll. Dan kebahagiaan diakhirat kelak yaitu surga.

B.  Tafsir Ayat
1. Tafsir Jalalain
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ....(Dan diantara mereka ada pula yang berdoa : “ Ya Tuhan kami, berilah kami didunia kebaikan) artinya nikmat,  وَفِى الْا خِرَةِ حَسَنَةً..(diakhirat kebaikan) yakni surga, وَقِنَاعَذَا بَ النَّارِ.... (dan peliharalah kami dari siksa neraka) yakni dengan tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua macam kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh pahala dengan firman-Nya.[3]
2. Tafsir Al-Misbah
Dan diantara mereka yakni manusia yang telah melaksanakan Haji atau semua manusia yang sudah, belum, atau tidak melaksanakan haji ada juga yang menjadikan ibadah haji atau seluruh aktivitasnya mengarah kepada Allah dan selalu mengingat-Nya, sehingga ia berdoa, “ Tuhan kami! Demi kasih sayang dan bimbingan-Mu, anugrahilah kami hasanah didunia dan hasanah diakhirat.”
Anda baca, yang mereka mohonkan bukan segala kesenangan dunia, tetapi yang sifatnya hasanah, yaitu yang baik, bahkan bukan hanya didunia tetapi juga memohon hasanah di akhirat. Dan karena perolehan hasanah belum termasuk keterhindaran dari keburukan, atau karena bisa jadi khasanah itu diperoleh setelah mengalami siksa, maka mereka menambahkan permohonan mereka dengan berkata, “dan periharalah pula kami dari siksa neraka”.
Bermacam-macam penafsiran ulama tentang makna hasanah didunia dan hasanah diakhirat. Adalah bijaksana memahaminya secara umum, bukan hanya dalam arti iman yang kukuh, kesehatan, afiat, dan rezeki yang memuaskan, pasangan yang ideal, dan anak-anak yang shaleh , tetapi segala yang menyenangkan didunia dan berakibat menyenangkan dihari kemudian. Serta bukan pula hanya keterbatasan dari rasa takut diakhirat, hisab (perhitungan) yang mudah, masuk kesurga dan mendapat ridho-Nya, tetapi lebih dari itu, karena anugrah Allah tidak terbatas.[4]
3. Tafsir  Al-Ahzar
Mereka ini bersama-sama naik haji, bersama wukuf, mabit dan bersama berhenti di mina dengan golongan pertama yang tadi. Mereka sama-sama mengenakan pakaian ihram. Tetapi yang pertama hanya menuntut kebaikan didunia saja. Minta perkembangan harta benda, binatang ternak dan kekayaan. Minta hujan banyak turun supaya tanah lading mereka subur dan memberikan hasil yang berganda. Tetapi golongan yang kedua bukan hanya saja meminta kebaikan didunia, melainkan memohon pula kebaikan ukhrowi, hari akhirat. Dan kebaikan akhirat itu hendaknya dibangunkan dari sekarang. Mereka pun memohon hujan turun, supaya sawah lading subur. Dan kalau hasil setahun keluar berlipat ganda, mereka pun akan dapat berkah lebih besar dari tahun yang lalu. Kalau mereka dapat berzakat, mendapat bahagialah mereka diakhirat dengan memakai kebaikan yang adadi dunia. Maka kebaikan didunia itu ialah harta kekayaan, kedudukan yang tinggi, badan yang sehat dan sebagainnya. Lantaran keinsyafan mereka beragama, maka kesehatan badan, kekayaan, dan kesuburanakan dapat mereka jadikan untuk amal bekal dihari akhirat kelak. Tetapi kalau mereka hanya mencari kebahagiaan didunia saja, harta itu akan habis percuma untuk perkara yang kurang berfaidah. Kesehatan badan akan hilang didalam sendau-gurau yang tidak menentu. Penyakit baghil akan menimpa jiwa. Kalau tidak dapat mempertanggung jwabkan diakhirat kelak, sudah terang segala kebaikan dunia itu akan menjadi bencana dan azab jika diakhirat. Itulah sebabnya diujung permohonan mereka kepada Allah SWT, mereka memohon agar terhindar kiranya dari pada azab api neraka di akhirat.
Doa yang kedua inilah yang baik. Niat mengerjakan haji dengan sikap jiwa yang kedua inilah yang akan diterima Allah SWT. Sebab itu, walaupun sampai kepada zaman kita sekarang ini, masihlah akan didapati kedua golongan itu didalam masyarakat kita.[5]

4.   Tafsir Al-maragi
            Menghendaki kehidupan yang baik adalah dengan cara meniti sebab musabab yang telah dibuktikan oleh pengalaman akan kemanfaatannya dalam hal berusaha dan mengatur tatanan kehidupan, pergaulan dengan masyarakat, menghiasi diri dengan akhlaq yang luhur dan memegang teguh syariat agama serta berpegang kepada sifat-sifat keutamaan yang diakui dalam hidup bermasyarakat. Sedang menghendaki kehidupan akhirat yang baik adalah melalui iman yang ikhlas. Beramal saleh serta menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia dan budi luhur.
Peliharalah kami dari doronganhawa nafsu dan perbuatan dosa yang bisa memasukan kami ke neraka. Adapun caranya adalah dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat , menjauhi perbuatan yang rendah dan kotor serta menjauhi kemauan syahwat yang diharamkan dengan melaksanakan semua kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya.[6]

C.  Aplikasi Dalam Kehidupan
Kebaikan (hasanah) dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri. Untuk itu kita dituntut untuk senantiasa mencari ilmu guna mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Senantiasa melukan kebaikan-kebaikan agar kita terhindar dari kejamnya siksa neraka.Kebaikan-kebaikan ini juga harus didasari dengan ilmu, karena kebaikan tanpa didasari dengan ilmu itu tidak disebut dengan kebaikan.
D.  Aspek Tarbawi
1.     Selalu semangat dalam mencari ilmu, karena apa, kebaikan dunia dan akhirat hanya bisa kita dapatkan dengan ilmu.
2.     Menyeimbangkan urusan dunia dan urusan akhirat.
3.     Kita disuruh untuk senantiasa menyiapkan bekal buat kehidupan akhirat kelak.
4.     Mencari ilmu harus dengan hati ikhlas dan tulus, semata-mata karena Allah, karena apa ilmu yang kita cari itu dasarnya dari Allah.

BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Kebaikan (hasanah) dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri.










DAFTAR PUSTAKA
                                                                               
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010. Terjemahan TafsirJalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra Semarang.
Gojali, Nanang. 2013.tafsir hadits tentang pendidikan.bandung:pustaka setia
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Juariyah.2010.Hadits Tarbawi.Yogyakarta:Teras
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.





BIODATA PENULIS

 NAMA                       :  M NURUL ANAM
TTL                             : PEKALONGAN, 01 FEBRUARI     1996
ALAMAT                   : PEKUNCEN RT:03 RW:O6 WIRADESA PEKALONGAN
CITA-CITA                 : GURU BESAR
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1.     TK TUNAS HARAPAN PEKUNCEN
2.     SDN 02 PEKUNCEN
3.     SMPN 01 WIRADESA
4.     SMK FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK



[1]Juariyah,Hadits Tarbawi,(Yogyakarta:Teras,2010), hlm 140
[2]Nanang Gojali,Tafsir Hadits Tentang Pendidikan,(Bandung:Pustaka Setia,2013), hlm 176
[3] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain…(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm.160-161.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 180
[5] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982) hlm. 186-187
[6] Ahamad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm.183

Tidak ada komentar:

Posting Komentar