QS AL-BAQARAH AYAT 201
M. NurulAnam (2021115119)
Kelas D
JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Sang Maha Pencipta dan pengatur alam
semesta, berkat Ridho-Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Kebaikan Dunia dan Akhirat” QS. Al-Baqarah ayat 201. Sholawat
dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Rosulullah saw. Yang
telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang
ini.
Dalam menyusun makalah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang
terdekat sehingga penulis mampu menyelesaikannya, oleh karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1.
Ayah
dan Ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini.
2.
Bapak
Muhammad Hufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
3.
Teman-teman
kelas Tafsir Tarbawi I D yang selalu mensuport dan menghibur penulisselama penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
baik.
Semoga makalah yang berjudul “Kebaikan Dunia dan Akhirat” QS.
Al-Baqarah ayat 201 dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Pekalongan,
27 September 2016
M.
Nurul Anam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehidupan
dunia bersifat fana’ dan semu. Kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah
mati, namun banyak manusia yang lupa atau melupakan diri. Mereka mengabaikan
tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.
Di
era perkembangan zaman yang semakin maju, terjadi kemerosotan dalam
pemeliharaan keimanan. Seperti perekonomian yang berkembang justru memalingkan
perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan sampai lupa waktu hingga
mendewakannya. Di lain sisi terdapat sebagian kaum muslim yang terjebak pada
ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara duniawi. Sepanjang
hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan diri dari
masyarakat dan berbagai cara lainnya.
Dunia
merupakan ladang akhirat. Siapa yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan
pula. Namun, Allah SWT juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan
duniawi seperti makan, minum, bekerja dan member nafkah keluarga. Maka dari itu
kami akan membahas ayat alqur’an tentang
kebaikan dunia dan akhirat, khususnya dalam QS Al-Baqarah ayat 201.
B.
Judul
“Kebaikan Dunia dan Akhirat”
C. Nash
sOßg÷YÏBur`¨BãAqà)t!$oY/u$oYÏ?#uäÎû$u÷R9$#ZpuZ|¡ymÎûurÍotÅzFy$#ZpuZ|¡ym$oYÏ%urz>#xtãÍ$¨Z9$#ÇËÉÊÈ
D. Arti
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka".
E. Arti penting dikaji
(Dan di antara
mereka ada pula yang berdoa, "Ya Tuhan kami! Berilah kami di dunia
kebaikan), artinya nikmat, (di akhirat kebaikan) yakni surga, (dan peliharalah
kami dari siksa neraka.") yakni dengan tidak memasukinya. Ini merupakan
lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-orang beriman,
yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua macam kebaikan dunia dan akhirat,
sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh pahala dengan firman-Nya. Dan
tentunya untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan kebahagiaan di akhirat harus
dengan ilmu.Untuk itu kebahagiaan didunia dan kebahagiaan diakhirat sangatlah
penting kita kaji.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
مَنْ
اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَا دالْا خِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواهالبخاري)
Artinya:
Barang siapa menghendaki dunia maka hendaknya dia berilmu, barang
siapa menghendaki akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan barang siapa
menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu pula. (HR. Bukhori)[1]
Berdasarkan hadis diatas bahwasanya
kebaikan dunia dan akhirat itu harus dengan ilmu. Betapapun normatifnya
kebahagiaan itu, setiap manusia pasti mendambakannya, baik untuk kehidupan
jangka pendek, menengah dan jangka panjang tetap berujung kematian dunia maupun
untuk kehidupan jangka panjang yang abadi (akhirat). Dalam setiap agama
diajarkan tentang keimanan terhadap hari akhir, hari kebangkitan, dan hari
pembalasan. Hal ini menunjukan bahwa setiap agama akan adanya kehidupan setelah
mati dan setiap manusia yang mengalaminya akan merasakan kebahagiaan atau
kesengsaraan.[2]
Karena ilmu menjadi
sarana bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaan didunia maupun akhirat maka
mencarinya wajib baginya .sesuai hadits nabi yang artinya dari annas r.a
berkata : Rosullah bersabda :mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim (H.R
Thabrani ). Dalam riwayat lain dikatakan : mencari ilmu itu wajib bagi
muslimin, dan sesungguhnya pencari ilmu itu dimintakan ampunan oleh setiap
sesuatu, sampai kepada ikan dilautan.
Bila ada istilah yang mengatakan
bahwa buku adalah jendela dunia, maka ilmu bisa dikatakan sebagai penerang
dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah
kegelapan yang tanpa ujung. Oleh karena itu penting bagi penting bagi kita
untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa menikmati
kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Kebaikan
dunia meliputi kebahagiaan-kebahagiaan yang kita rasakan didunia seperti
kesehatan, kesuksesan, istri solekha dll. Dan kebahagiaan diakhirat kelak yaitu
surga.
B.
Tafsir Ayat
1. Tafsir Jalalain
وَمِنْهُمْ
مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ....(Dan diantara mereka ada pula yang berdoa : “
Ya Tuhan kami, berilah kami didunia kebaikan) artinya nikmat, وَفِى الْا خِرَةِ حَسَنَةً..(diakhirat kebaikan) yakni surga, وَقِنَاعَذَا بَ النَّارِ.... (dan peliharalah kami dari siksa neraka) yakni dengan tidak
memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan
keadaan orang-orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua macam
kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh pahala
dengan firman-Nya.[3]
2.
Tafsir Al-Misbah
Dan diantara
mereka yakni manusia yang telah melaksanakan Haji atau semua manusia yang
sudah, belum, atau tidak melaksanakan haji ada juga yang menjadikan ibadah haji
atau seluruh aktivitasnya mengarah kepada Allah dan selalu mengingat-Nya,
sehingga ia berdoa, “ Tuhan kami! Demi kasih sayang dan bimbingan-Mu,
anugrahilah kami hasanah didunia dan hasanah diakhirat.”
Anda baca, yang
mereka mohonkan bukan segala kesenangan dunia, tetapi yang sifatnya hasanah,
yaitu yang baik, bahkan bukan hanya didunia tetapi juga memohon hasanah di
akhirat. Dan karena perolehan hasanah belum termasuk keterhindaran dari
keburukan, atau karena bisa jadi khasanah itu diperoleh setelah mengalami
siksa, maka mereka menambahkan permohonan mereka dengan berkata, “dan
periharalah pula kami dari siksa neraka”.
Bermacam-macam
penafsiran ulama tentang makna hasanah didunia dan hasanah diakhirat. Adalah
bijaksana memahaminya secara umum, bukan hanya dalam arti iman yang kukuh,
kesehatan, afiat, dan rezeki yang memuaskan, pasangan yang ideal, dan anak-anak
yang shaleh , tetapi segala yang menyenangkan didunia dan berakibat
menyenangkan dihari kemudian. Serta bukan pula hanya keterbatasan dari rasa
takut diakhirat, hisab (perhitungan) yang mudah, masuk kesurga dan mendapat
ridho-Nya, tetapi lebih dari itu, karena anugrah Allah tidak terbatas.[4]
3. Tafsir Al-Ahzar
Mereka ini bersama-sama naik haji,
bersama wukuf, mabit dan bersama berhenti di mina dengan golongan pertama yang
tadi. Mereka sama-sama mengenakan pakaian ihram. Tetapi yang pertama hanya
menuntut kebaikan didunia saja. Minta perkembangan harta benda, binatang ternak
dan kekayaan. Minta hujan banyak turun supaya tanah lading mereka subur dan
memberikan hasil yang berganda. Tetapi golongan yang kedua bukan hanya saja
meminta kebaikan didunia, melainkan memohon pula kebaikan ukhrowi, hari
akhirat. Dan kebaikan akhirat itu hendaknya dibangunkan dari sekarang. Mereka
pun memohon hujan turun, supaya sawah lading subur. Dan kalau hasil setahun
keluar berlipat ganda, mereka pun akan dapat berkah lebih besar dari tahun yang
lalu. Kalau mereka dapat berzakat, mendapat bahagialah mereka diakhirat dengan
memakai kebaikan yang adadi dunia. Maka kebaikan didunia itu ialah harta
kekayaan, kedudukan yang tinggi, badan yang sehat dan sebagainnya. Lantaran
keinsyafan mereka beragama, maka kesehatan badan, kekayaan, dan kesuburanakan
dapat mereka jadikan untuk amal bekal dihari akhirat kelak. Tetapi kalau mereka
hanya mencari kebahagiaan didunia saja, harta itu akan habis percuma untuk
perkara yang kurang berfaidah. Kesehatan badan akan hilang didalam sendau-gurau
yang tidak menentu. Penyakit baghil akan menimpa jiwa. Kalau tidak dapat
mempertanggung jwabkan diakhirat kelak, sudah terang segala kebaikan dunia itu
akan menjadi bencana dan azab jika diakhirat. Itulah sebabnya diujung
permohonan mereka kepada Allah SWT, mereka memohon agar terhindar kiranya dari
pada azab api neraka di akhirat.
Doa yang kedua inilah yang baik.
Niat mengerjakan haji dengan sikap jiwa yang kedua inilah yang akan diterima
Allah SWT. Sebab itu, walaupun sampai kepada zaman kita sekarang ini, masihlah
akan didapati kedua golongan itu didalam masyarakat kita.[5]
4.
Tafsir
Al-maragi
Menghendaki kehidupan yang baik adalah dengan cara meniti sebab
musabab yang telah dibuktikan oleh pengalaman akan kemanfaatannya dalam hal
berusaha dan mengatur tatanan kehidupan, pergaulan dengan masyarakat, menghiasi
diri dengan akhlaq yang luhur dan memegang teguh syariat agama serta berpegang
kepada sifat-sifat keutamaan yang diakui dalam hidup bermasyarakat. Sedang
menghendaki kehidupan akhirat yang baik adalah melalui iman yang ikhlas.
Beramal saleh serta menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia dan budi luhur.
Peliharalah kami dari doronganhawa
nafsu dan perbuatan dosa yang bisa memasukan kami ke neraka. Adapun caranya
adalah dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat , menjauhi perbuatan
yang rendah dan kotor serta menjauhi kemauan syahwat yang diharamkan dengan melaksanakan
semua kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya.[6]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
Kebaikan (hasanah)
dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik
berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan
lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya
pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak
akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan
cita-cita itu sendiri. Untuk itu kita dituntut untuk senantiasa mencari ilmu
guna mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Senantiasa melukan
kebaikan-kebaikan agar kita terhindar dari kejamnya siksa
neraka.Kebaikan-kebaikan ini juga harus didasari dengan ilmu, karena kebaikan
tanpa didasari dengan ilmu itu tidak disebut dengan kebaikan.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Selalu
semangat dalam mencari ilmu, karena apa, kebaikan dunia dan akhirat hanya bisa kita
dapatkan dengan ilmu.
2.
Menyeimbangkan
urusan dunia dan urusan akhirat.
3.
Kita
disuruh untuk senantiasa menyiapkan bekal buat kehidupan akhirat kelak.
4.
Mencari
ilmu harus dengan hati ikhlas dan tulus, semata-mata karena Allah, karena apa
ilmu yang kita cari itu dasarnya dari Allah.
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Kebaikan (hasanah) dalam bentuk apapun tanpa didasari
ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa
kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan
di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena
segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha
dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam
Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010. Terjemahan TafsirJalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad
Mustofa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra Semarang.
Gojali, Nanang.
2013.tafsir hadits tentang pendidikan.bandung:pustaka setia
Hamka. 1982. Tafsir
Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Juariyah.2010.Hadits
Tarbawi.Yogyakarta:Teras
Shihab, M. Quraish.
2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
BIODATA PENULIS
NAMA :
M NURUL ANAM
TTL :
PEKALONGAN, 01 FEBRUARI 1996
ALAMAT : PEKUNCEN
RT:03 RW:O6 WIRADESA PEKALONGAN
CITA-CITA : GURU BESAR
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1.
TK
TUNAS HARAPAN PEKUNCEN
2.
SDN
02 PEKUNCEN
3.
SMPN
01 WIRADESA
4.
SMK
FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK
[1]Juariyah,Hadits Tarbawi,(Yogyakarta:Teras,2010),
hlm 140
[2]Nanang Gojali,Tafsir Hadits
Tentang Pendidikan,(Bandung:Pustaka Setia,2013), hlm 176
[3] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan
Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain…(Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010) hlm.160-161.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 180
[5] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II,
(Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982) hlm. 186-187
[6] Ahamad Mustafa Al-Maragi, Tafsir
Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm.183
Tidak ada komentar:
Posting Komentar