METODE PENDIDIKAN “KHUSUS”
METODE AMTSAL
(QS. Ibrahim ayat 24-25)
M. SYAFIQUR RAHMAN (202 111 5357)
Kelas : A
TARBIYAH/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT., atas nikmat dan rihdon-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugasnya dalam pembuatan makalah tentang “Metode Amtsal”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, para sahabatnya, beserta para pengikutnya yang tetap setia dalam keimanan hingga akhir zaman yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya dapat tersususun bukan hanya dari usaha keras penulis semata, melainkan berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain :
1. Kepada Bapak dan Ibu yang telah mendidik sejak kecil sampai sekarang.
2. Kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
3. Kepada teman-teman Tafsir Tarbawi I kelas A, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mengarahkan penulis dalam menjalani studi.
Tiada gading yang tak retak, karena bukan gading kalau tak retak. Itulah peribahasa yang dapat mewakili berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Hal ini karena penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, mengingat keterbatasan kemampuan penulis sebagai seorang makhluk, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu diharapkan dengan adanya kritik dan saran dapat menjadi bahan evaluasi bagi kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah yang berjudul Metode Pendidikan “Khusus”; “Metode Amtsal” dapat memberi manfaat, baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.
Pekalongan, 11 November 2016
M. Syafiqur Rahman
(2021115357)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Judul Makalah 1
C. Nash dan Terjemahan 2
D. Arti Penting Pengkajian Makalah 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori 4
B. Tafsir QS. Ibrahim Ayat 24 – 25 5
C. Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari 8
D. Aspek Tarbawi 8
BAB III PENUTUP
Simpulan 10
Kritik 10
DAFTAR PUSTAKA 11
PROFIL PENULIS 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
dan Hadits merupakan sumber ajaran Islam,
dimana sesuatu mengenai hidup dan kehidupan telah diatur didalamnya.Didalam
menyampaikan ajaran-Nya Al-Qur’an menggunakan berbagai metode, karena metode mempunyai
kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan, dan metode
dapat
menjelaskan berbagai inti yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, agar dapat
dipahami oleh manusia. Salah satu metode yang di gunakan adalah Metode Amtsal
atau perumpamaan.Dari sekian banyak perumpamaan yang Allah buat di antaranya
terdapat pada QS. Ibrahim ayat 24-25, tentang perumpamaan pohon.Penelitian ini
mencoba mengungkapkan perumpamaan sifat pohon dalam pembentukan akhlak mukmin
yang sesuai dengan QS.Ibrahim ayat 24-25.
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dikategorikan
kedalam kelompok kisah yang bersifat kesusastraan murni, sebab perumpamaan
merupakan salah satu cara yang baik untuk menyatakan suatu pikiran dalam bentuk
kesusastraan Arab. Oleh karenanya, dalam
pengungkapan suatu pikiran, baik dalam bentuk berita, perintah, dan
larangan maupun dalam bentuk nasehat-nasehat, Al-Qur’an menempuh berbagai cara
dalam mengantar manusia kepada
kesempurnaan kemanusiaannya. Antara lain dengan mengemukakan
perumpamaan-perumpamaan.
Perumpamaan merupakan contoh-contoh hikmah bagi yang
tidak terjangkau oleh pendengaran dan penglihatan untuk memberikan hidayah pada
jiwa-jiwa dengan apa yang diketahuinya.
B.
Judul
Makalah
Dalam
kesempatan kali ini penulis
akan membahas tentang “Metode Amtsal” yang termaktub dalam Qur’an surat Ibrahim
ayat 25-26. Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima.
C. Nash Dan Terjemah
1.
Nash QS. Ibrahim ayat 24-25
أَلَم
تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ
أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ
۞
تُؤتى أُكُلَها
كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم
يَتَذَكَّرونَ
۞
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.(Pohon) itu menghasilkan
buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu
untuk manusia agar mereka selalu ingat.”(Ibrahim:24-25)
2.
Arti
Mufrodat
أَلَم تَر = ( tidakkah KamuPerhatikan)memperhatikan
كَيفَ ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا = (bagaimana Allah telah membuat perumpamaan)
كَلِمَةً
طَيِّبَةً = (kalimat yang baik)yakni kalimat Laa Ilaaha Illallaah
كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَة = (seperti pohon yang baik) yaitu pohon kurma
أَصلُها ثابِتٌ = (akarnya teguh)
menancap dalam di bumi
وَفَرعُها = (dan cabangnya)
ranting-rantingnya
فِى السَّماءِ = (menjulang ke langit)
تُؤتى = (pohon itu memberikan)
membuahkan
أُكُلَها = (buahnya) buah-buahannya
كُلَّ حينٍ
بِإِذنِ رَبِّها = (pada setiap musim dengan seizing Rabb-nya) dengan
kehendak-Nya demikian pula kalimat iman tertanam di dalam kalbu orang mukmin,
sedangkan amalnya naik ke langit, kemudian memperoleh berkah dan pahala
amalannya itu setiap saat.
وَيَضرِبُ = (dibuatkan)
dijelaskan
اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم
يَتَذَكَّرونَ = (oleh Allah perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat) mau mengambil pelajaran dari padanya kemudian mereka
mau beriman karenanya.[1]
D. Arti Penting
Penggunaan
metode amtsal pada ayat ini tidak hanya mengajarkan manusia agar paham tentang
kalimat baik dan kalimat buruk yang diumpamakan dengan pohon, tetapi yang
paling penting adalah menarik jiwa peserta didik agar mencintai hal-hal yang
baik dan mencontoh sifat-sifat yang ada pada pohon yang diperumpamakan pada
ayat tersebut, serta menjauhi hal-hal yang buruk dan mempelopori untuk berbuat
kebaikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
a.
Pengertian Metode Amtsal
Amstal
jamak dari matsal. Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah dan sifat yang
menarik perhatian, menakjubkan, seperti firman Allah swt dalam surat Ar-ra’du
ayat 35 yang artinya: “Yakni kisah surga
dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa”
Di
dalam ilmu Adab (sastra), matsal diartikan dengan suatu perkataan yang
dihikayatkan dan sudah berkembang yang dimaksudkan dari menyerupakan keadaan
orang yang dihikayatkan padanya dengan keadaan orang yang matsal itu
dibicarakan.[2]
Dengan
Amtsal,
Allah mengumpamakan perkara maknawi dengan perkara indrawi, agar kesannya lebih
menyentuh jiwa dan lebih sempurna bagi orang yang berakal. Bagi orang-orang
Arab, kata Amtsal atau perumpamaan adalah gaya pengungkapan perasaan yang biasa
digunakan untuk memperjelas makna-makna yang dikehendaki terpaku kokoh didalam hati
para pendengar. Demikian Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiah, menggunakan kata-kata tersebut.
Sering masalah-masalah penting disusul dengan perumpamaannya, agar kesannya
menyentuh jiwa.[3]
b.
Macam-macam amsal (perumpamaan)
dalam al-qur’an :
1.
Amtsal yang tegas (Musyarrahah)
Amtsal yang tegas ialah amtsal yang ditegaskan
didalam lafadz masal yang menunjukkan kepada tasbih. Diantara perumpamaan
yang Allah berikan terhadap orang-orang munafik dalam surat Al-Baqarah.
Pertama, perumpamaan yang berhubungan dengan api. Dan yang kedua perumpamaan
yang berhubungan dengan air. Dan Allah membuat dua perumpamaan pula,
perumpamaan yang berhubungan dengan air dan perumpamaan yang berhubungan dengan api dalam surat
Ar-Ra’du.
2.
Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
Amtsal yang tersembunyi ialah amtsal yang tidak ditegaskan
lafadz tamsil. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa makna yang mempunyai tekanan
apabia ia dipindahkan kepada yang menyerupainya.
3.
Amtsal yang terlepas(mursalah)
Amtsal yang terlepas ialah kalimat-kalimat yang disebut
secara terlepas tanpa ditegaskan lafadz tasbih. Tetapi dapat
dipergunakan untuk tasbih.[4]
B.
Tafsir QS. Ibrahim Ayat 24-25
1.
Tafsir Al-Maraghi
Allah
mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah, indah
dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang karenanya tidak mudah
tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara. Keadaan ini
menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya pohon dari
benda-benda busuk yang ada di dalam tanah serta kotoran bangunan. Maka pohon itu
mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan berbuah pada setiap
musim dengan perintah serta izin penciptanya. Jika seluruh sifat tersebut
dimiliki oleh pohon ini, maka akan banyak manusia yang menyukainya.
Allah
mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah
pohon yang akarnya tetap kokoh di dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang
tinggi ke udara, sedang pohon itu berbuah pada setiap musim. Hal ini
disebabkan apabila hidayah telah bersemayam didalam qalbu, seakan sebuah pohon
yang berbuah pada setiap musim, karena buahnya tidak pernah terputus. Setiap qalbu menerima dari qalbu serupa dan
mengambil dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api pada kayu bakar yang
kering.
Orang-orang
yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang yang memiliki
kalimat yang baik,
ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat mereka didunia. Ilmu
mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang cabang-cabangnya menjalar ke
alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa memberikan buahnya
kepada putra-putra bangsa mereka atau
putra bangsa lain. Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan.
Sungguh perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang
cabang-cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia
memakannya dimusim panas atau musin dingin.[5]
2.
Tafsir Al-Mishbah
Ayat
ini mengajak siapa pun yang dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan,
dengan masyarakat: tidakkah kamu melihat,
yakni memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik?. Kalimat itu seperti pohon yang baik,
akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat di robohkan oleh
angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu,
yakni musim dengan seizin Tuhannya
sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan
hasilnya yang memuaskan. Demikian Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan perumpamaan untuk manusia supaya dengan demikian
makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.
Sementara
ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan kalimat yang baik
itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma. Berdasarkan satu riwayat
yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami
berada di sekeliling Rasul SAW. Lalu
beliau bersabda:
”Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan orang muslim!” Putra
Umar berkata: “Terlintas
dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar
dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.” Dan seketika Rasul SAW. Tidak mendengar jawaban
dari hadirin, beliau bersabda: ”Pohon itu adalah pohon kurma.” Setelah selesai
pertemuan dengan Rasul SAW.
Itu aku
berkata kepada (ayahku) Umar: “ Wahai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku
bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.” Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak
menyampaikannya?” Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka
aku pun segan berbicara.” Umar ra. berkata: “Seandainya engkau menyampaikannya
maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu” (HR. Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi dan lain-lain).
Ulama
juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat
Tauhid, atau iman, bahkan ada memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang
mukmin. Iman terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon,
cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-amalnya di terima oleh Allah, buahnya,
yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap saat. Thahit Ibn Asyur memahaminya
dalam arti Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuknya. Thaba thaba’i memahaminya
dalam arti kepercayaan yang haq. Makna-makna di atas
semuanya dapat bertemu. Agaknya secara sigkat kita dapat menyatakan bahwa ia
adalah Kalimat Tauhid.
Kalimat
Tauhid adalah pusat yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang tidak
boleh di lepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya yang
berkeliling di sekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain, kesatuan
alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supra natural,
kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi, kesatuan kamanusiaan,
kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia dan lain-lain.[6]
3.
Tafsir Ibnu Katsier
Ali
bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat
yang baik ialah ucapan “Lailaha Illallah”. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan
sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore,
atau malam bahkan pada tiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas. Diriwayatkan
oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada suatu ketika
bertanya kepada kita yang berada disekelilingnya “Beritahulah aku tentang
sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim, yang
tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan memberikan
(menghasilkan) buahnya tiap waktu seizin tuhannya”. “itulah
pohon kurma”, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.[7]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
Metode
perumpamaan dapat di terapkan sebagai metode dalam kependidikan. Objek-objek
perumpamaan yang nyata dipergunakan untuk memudahkan memahami konsep
berdasarkan perhatian yang diberikan. Dalam surat Al-Ankabut : 41, orang yang
menyekutukan Allah (syirik) itu di umpamakan seperti sarang laba-laba, yang demikian
lemah dan tidak berdaya. Perumpamaan tersebut dipergunakan untuk memperlihatkan
ayat-ayat Allah dan meniadakan sesembahan kepada makhluk lain selain Allah yang
pantas disembah. Fungsi kedua digunakannya perumpamaan ini adalah agar
orang-orang mukmin melakukan perbuatan-perbuatan baik, sementara orang-orang
kafir senantiasa melakukan perbuaatn-perbuatan
keji dan menjijikan.
Penjelasan
konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit di atas memberi gambaran
adanya hubungan akrab dengan konsepsi qur’ani tentang persepsi manusia, dimana
indera-indera manusia itu diberi
peran yang menonjol. Fakta ini mempunyai aplikasi yang langsung dikelas dalam
proses belajar mengajar. Apapun yang ada di lingkungan sekitar akan membantu
pemahaman, konsep-konsep berdasarkan penelitian dan observasi yang amat berguna
bagi proses mengetahui manusia. Abstraksi itu hanya dimungkinkan setelah
pelajaran tersedia dengan data nyata yang dapat dikonseptualisasikan.[8]
D.
Aspek Tarbawi
·
Allah akan meneguhkan iman
orang-orang yang beriman pada masa hidupnya. Kemudian Allah jugaakan meneguhkan
iman mereka sesudah mati, yaitu didalam kubur yang merupakan tempat persinggahan
pertama di akhirat.
·
Mendekatkan makna pada pemahaman.
·
Merangsang kesan dan pesan yang
berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut, yang menggugah
dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan.
·
Mendidik akal supaya berpikir
logis dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis dan sehat.
·
Perumpamaan merupakan motif yang
menggerakkan perasaan menghidupkan naluri, yang selanjutnya menggugah kehendak
dan mendorong seseorang untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala
kemungkaran.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Al-Quran
sebagai kitab suci dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi menggunakan
Amtsal untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak secara konkret, agar yang
abstrak itu mudah dipahami dan berpengaruh bagi jiwa manusia. Dalam
makalah ini dijelaskan bahwa metode Amtsal adalah suatu metode yang dengan cara
menggunakan perumpamaan-perumpamaan dari sesuatu hal. Disini juga pengajar bisa
menggunakan metode ini dalam penyampaian materi pembelajarannya.
B.
Kritik dan
Saran
Dalam makalah ini tentunya penulis masih banyak
kekurangan, untuk itu diharapkan dengan adanya kritik dan saran dapat menjadi
bahan evaluasi bagi kebaikan penulis kedepannya agar bisa menjadikan makalah
ini mendekati sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Abdurraman saleh. 1994. Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Mahalliy, Imam
Jalalud-din dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi. 1990. Terjemahan TafsirJalalain
Berikut Asbaabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru.
Al-Maraghi,Ahmad Musthafa.Tafsir Al-Maraghi
juz14.Semarang: Toha Putra.
Ash-Shiddieqy,
Teungku M. Hasby. 2010.Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Ulum Al-Qur’an),Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra.
Bahreisy, H. Salim
dan H. Said Bahreisy. 1988. Terjmahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 4.
Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.
Gunawan, Heri. 2014.
Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan
Pemikiran Tokoh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Shihab, M. Quraish.
2002. Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an,Jakarta:
Lentera Hati.
PROFIL
PENULIS
NAMA : Muhammad Syafiqur Rahman
NAMA ORANG TUA
-BAPAK : Alwi
-IBU : Zuhrotun Nisak
Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 11 November 1997
ALAMAT : Masin Gg.2 Rt.4 Rw.2 Warungasem Batang
RIWAYAT PENDIDIKAN
-TK : RA Tholabuddin Masin
-SD : MI Tholabuddin Masin 01
-SMP : MTs Tholabuddin Masin
-SMA : MA Tholabuddin Masin
[1]Imam
Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti,Terjemahan
TafsirJalalain Berikut Asbabun Nuzul,(Bandung: Sinar Baru, 1990),
hlm.,1031.
[2]M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Quran (Ulum Al-Quran) cet. Ke3,
(Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2010), hal.165.
[3]Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz 13, (Semarang:
CV. Thoha Putra, 1994), hlm.277.
[4]M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Op.Cit.,
hlm.167-168.
[5] Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Op.Cit.,hlm.278-281.
[6]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah
pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
hlm.,51-53.
[7]Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), hlm.486-487.
[8]Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan
Al-Qur’an cet. Ke2, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), hlm.218-219.
[9]Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.264-265.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar