Laman

new post

zzz

Kamis, 17 November 2016

tt1 B 11e “METODE FILOSOFIS” QS. AL-MULK AYAT 1-2




METODE PENDIDIKAN “UMUM”
“METODE FILOSOFIS”
QS. AL-MULK AYAT 1-2


Aris Erwanto ( 2021115382 )
Kelas : B

Fakultas Tarbiyah
Pendidikan Agama Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PEKALONGAN
2016

 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat Al Muluk adalah salah satu surat di dalam Al Quran yang terletak pada awal juz 29. Surat ini dinamakan dengan Al Muluk yang berarti kerajaan, Nama lain dari surat Al Mulk ini ialah surat At Tabarak atau Maha Suci, diambil dari ayat pertama dalam surat ini.
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang sudah ada saat ajali.
Proses pendidikan yang berlangsung di dalam interaksi yang pruralistis (antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh aspek manusianya. Sebab kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat, bahkan didalam alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).
Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan.
B. Judul Makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang “Metode Filosofis” yang termaktub dalam Qur’an surat Al- Mulk ayat 1-2. Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima.
C. Nash dan Arti

Artinya : “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” {QS. Al-Mulk : 1-2}
D. Arti Penting
Dengan mengkaji QS. Al Mulk ayat 1 dan 2 ini diharapkan kita dapat mengetahui kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa. Dari itu diharapkan kita sebagai orang mukmin dapat menyadari bahwa mengejar kekuasaan duniawi adalah sebuah kesalahan dan segera mendekatkan diri kepada Allah SWT.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori
Secara etimologi, metode berasal dari dua kata yaitu “meto” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. 
Kata filosof berasal dari kata filsafat dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Menurutnya, filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat  mengenai segala sesuatu yang ada.
Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang demikian sebenarnya sudah banyak digunakan oleh para ahli. Misalnya dalam hikmah al-tasyri’ wa falsafatuhu oleh Muhammad Al-Jurjawi, di dalam buku tersebut ia berusaha mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran agama dalam mengajarkan agar shalat berjamaah.
Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya agar seseorang dapat merasakan lapar dan menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan, dan berbagai contoh lainnya.
Dalam Islam ada dua inti dari segala sesuatu yakni sesuatu yang bersifat Ke-Tuhanan (Ilahi), yang bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan berbagai Kitab Allah SWT. Ia bersifat muthlak. Dan yang kedua adalah yang bersifat kemanusiaan (insani), berbentuk fiqh atau pemahaman manusia, kesan di otak manusia yang muncul dari berbagai teks yang dia baca dan alami (pengalaman) atau latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, psikologi dan lain sebagainya. Bahkan Ibnu Khaldun menambahkan satu aspek yakni iklim, kemudian inilah yang dinamakan Historisitas Keagamaan. Ia lalu menjadi tafsir atau perspektif (setiap individu beragama).
Filsafat sebagai salah satu bentuk metodologi pendekatan keilmuan, sama halnya dengan cabang keilmuan yang lain. Cara berpikir dan pendekatan kefilsafatan yang pertama, yakni yang bersifat keilmuan, open-ended, terbuka, dinamis dan inklusif yang tepat dan cocok untuk diapreasiasi dan diangkat kembali ke permukaan kajian keilmuan.
Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara lain dengan tiga ciri, yaitu sebagai berikut :
1.      Kajian
Telaah dan penelitian filsafat selalu terarah kepada pencarian atau perumusan ide-ide dasar atau gagasan yang bersifat mendasar-fundamental (fundamental ideas) terhadap objek persoalan yang dikaji. Ide atau pemikiran fundamental biasanya diterjemahkan dengan istilah teknis kefilsafatan sebagai al-falsafatu al-ula, substansi, hakekat atau esensi. Pemikiran fundamental biasanya bersifat umum (general), mendasar dan abstrak.
2.      Pengenalan
Pendalaman persoalan-persoalan dan isu-isu fundamental dapat membentuk cara berpikir kritis (critical thought).
3.      Kajian dan pendekatan falsafati
Kajian dan pendekatan falsafati yang bersifat seperti dua hal diatas, akan dapat membentuk mentalitas, cara berpikir dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan intelektual (intellectual freedom), sekaligus mempunyai sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan yang berbeda serta terbebas dari dogmatisme dan fanatisme.
Mengkaji Islam secara filosofis, akan menjadikan segala sesuatu disandarkan kepada konteks baik itu berupa kebaiksan sosial, local wisdom, social impact, rasionalitas dan lain-lain (تكيف). Ia juga akan bersandar pada analisa rasio manusia, yang akan bersifat relatif.


Filsafat dalam segala usaha nya untuk mengetahui berbagai hakikat dari segala sesuatu, begitu pula ketika ia dipakai dalam mengkaji Islam, tidak selalu mencapai hasil yang maksimal, yang terpenting adalah upaya (memanfaatkan hasil usaha), yang akan membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi atau kemajuan. Manfaat yang bisa didapat ketika seseorang menggunakan pendekatan filosofis dalam kajian nya adalah sebagai berikut:[13]
1.      Agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
2.      Setiap individu dapat memberi makna terhadap segala sesuatu yang dijumpainya dan mengambil hikmah sehingga ketika melakukan ibadah atau apa pun, ia tidak mengalami degradasi spriritualitas yang menimbulkan kebosanan.
3.      Membentuk pribadi yang selalu berpikir kritis (critical thought).
4.      Adanya kebebasan intelektual (intellectual freedom).
5.      Membentuk pribadi yang selalu toleran.

B. Tafsir QS. Al Mulk Ayat 1-2
1. Tafsir Khuluqun ‘azhim
Pada ayat pertama Allah SWT, menggambarkan tentang kekuasaan dan kerajaannya. Kekuasaan dan kerajaan adalah dua hal yang di perebutkan oleh umat manusia di dunia. Bahkan ada sebagian umat manusia yang menjadikan kekuasaan dan kerajaan itu menjadi tumpuan dan tujuan hidupnya. Sejalan dengan itu Allah memperingatkan bahwa aktifitas di dunia  ini yang melambangkan mati dan hidup, hanyalah untuk menguji manusia.
Bila dihubungkan ayat 1 di atas, maka ungkapan mati dan hidup adalah dua titik fundamental perjalanan manusia sebagai makhluk yang di muliakan oleh Allah swt. Manusia berada di rentangan dua titik yaitu titik mati dan titik hidup. Di tengah rentangan titik itulah manusia melakukan aktifitas kehidupannya, menjadi raja, presiden, dokter, pengajar, pelajar, dan mahasiswa. Ayat ini menyebutkan mati terlebih dahulu baru kemudian menyebutkan  “hayat” padahal yang di alami manusia adalah hidup terlebih dahulu baru kemudian mati.


2. Tafsir Al-Mishbah
Kata (تَبَـٰرَكَ) tabaaraka terambil dari (ترك) taraka yang antara lain berarti mantap, langgeng,. Itu juga berati kebajikan yang banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut lahir kata berkat. Sementara ulama’ mengartikan maha suci. Ini menjadikan serupa dari kagta subhana padahal sebenarnya ia berbeda. Al biqai dalam penjelasannya menggabungkan kedua makna di atas, sehingga menjelaskan kata tersebut dalam arti maha besar, maha suci, maha tinggi, maha agung, mantap dan kemantapan kelangsunganlimpahan karunianya.
Kata (بِيَدِهِ) biyadihi terambil dari kata (يد) yad yang berati tangan yang bila di nisbahkan kepada Allah, maka ia bermakna kekuasaan atau nikmat. Kata ini di gunakan disini untuk menggambarkan cakupan kuasanya sekaligus pengendaliannya atas segala sesuatu, karena “tangan’’ dalam penggunaan manusia digunakan untuk mengelola dan mengendalikan sesuatu yang di genggaman.
Firman penutup ayat pertama denagan (وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ) wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir yang artinya dia atas segala sesuatu  maha kuasa. Mempertegas pernyataan sebelumnya sekaligus memasukan apa yang boleh jadi diduga belum termasuk didalamnya . misalnya yang belum wujud selama wujudnya belum termasuk di dalamnya..
Kata (ٱلۡمَوۡتَ) al maut/mati biasa diperhadapkan dengan (ٱلۡحَيَوٰة) al hayah. Bahkan dalam alqu’an jumlah kata al-maut dan yang seakar dengannya sebanyak dengan kata al-hayah dan yang seakar dengannya yakni 145 kali. Hidup diartikan oleh sementara ulama’ sebagai sesuatau yang menjadikan wujud merasa, atau tahu dan bergerak syeikh mutawalli asy-sya’rawi memahami kata hidup dalam Alqur’an sebagai sesuatu yang mengantar kepada berfungsinya sesuatu dengan fungsi yang ditentukan baginya. Manusia seharusnya berfungsi sebagai kalifah dan hamba Allah. Jika dia merusak dan durhaka,maka ia tidak hidup, tetapi ia  mati. Demikian seterusnya.
Firman pada ayat ke dua (أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ) ayyukum asanu ‘amal(an) siapa yang lebih baik amalnya ,karena tidak dapat di ketahui siapa yang terbaik, bila tidak mengetahui secara menyeluruh semua yang baik, dan tidk dapat di ketahui siapa yang buruk jika tidak di ketahui siapa yang buruk amalnya. Bahwa ayat di atas tidak menyebut siapa yang terburuk, untuk mengisyaratkan bahwa sebenarnya berlomba dalam kebaikan itulah yang seharusnya menjadi perhatian manusia. Perebutan sifat (ٱلۡعَزِيزُ) al-aziz/maha perkasa terkesan di tunjukan kepada para pembangkang yang wajar di jatuhi hukuman, dan (ٱلۡغَفُورُ) al_ghofur/maha pengampun, kepada yang menyadari kesalahannya dan melangkah mendekatkan diri kepada Allah.
3. Tafsir Al-Azhar
Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar mereka insaf akan mati di samping dia terpesona oleh hidup. Banyak manusia yang lupa akan mati itu, bahkan takut menghadapi maut karena hatinya yang terkait pada dunia. Dengan menyebut maut terlebih dahulu kesadaran manusia di gugah agar tidak terpesona oleh kehidupan duniawi.
Penegasan  bahwa Allah maha pengampun adalah bagian dari kemaha sempurnaan Allah dalam zat, sifat, dan perbuatannnya. Penyebutan asma Allah maha pengampun memberikan nuansa betapa luasnya ampunan Allah terhadap orang-orang yang mau bertaubat. Yakni orang orang yang menyadari kesalahan langkah yang sudah di tempuhnya selama ini dan dengan kesadaran yang tinggi kembali mengambil posisi yang dekat dengan Allah. Menyesali dengan sungguh sungguh perbuatan salah dan buruk serta perbuatan yang dibenci oleh Allahyang pernah di lakukan, kemudian kembali ke jalan yang lurus yang di ridhai oleh Allah swt.

C. Aplikasi Dalam Kehidupan
Secara tegas ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar mereka insaf akan mati di samping dia terpesona oleh hidup. Dan alam semesta merupakan khalifah yang harus dijaga dan dipelihara, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dan hendaknya manusia tidak menjadikan kekuasaan dan kerajaan itu menjadi tumpuan dan tujuan hidupnya.

D. Aspek tarbawi
1) Hidup dan mati bukanlah sesuatu yang sembarangan tanpa ujian, malah ia merupakan ujian untuk memperlihatkan rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam ilmu Allah, kelakuan dan tindak-tanduk manusia dan kewajaran mereka menerima balasan dan ganjaran.
2) Allah itu Maha Perkasa dan Maha Gagah, tetapi Ia Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.
3) Hendaknya manusia berlomba dalam kabaikan, bukan hanya mengutamakan kekuasaan duniawi.













BAB III
PENUTUP

Simpulan
 Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

M. Munir. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
M. Yunan Yusuf. 2013 Tafsir Khuluqun ‘Azhim. Jakarta: Lentera Hati.
shihab, M. Quraish. 2006. tafsir al misbah cet ke-4. jakarta: lentera hati.
Hamka. 1988. tafsir al azhar juz 29. jakarta: pustaka panjimas.


















PROFIL PENULIS


NAMA : ARIS ERWANTO
TTL : PEKALONGAN, 7 AGUSTUS 1994
ALAMAT : Ds. Dadirejo rt 03/rw 05. Kec. Tirto, Kab Pekalongan
AKTIFIS : - Kwaran  Tirto
: -  KOPAMANDA
: - IPNU




Tidak ada komentar:

Posting Komentar