( METODE PENDIDIKAN “UMUM” )
METODE TABLIGH
QS. AL-MAIDAH [5] ayat 67
Liya Bahriyatu Najiyah
NIM. 2021 115 260
Kelas C
JURUSAN
TARBIYAH/ PROGRAM STUDI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله
الذي جعل نعمة الايمان و الاسلام و أشكره شكر من عوفى من البلا و أستغفره لى
ولوالدى و لمن له حق على و للمسلمين من كل ذنب قولا و فعلا و أتوب اليه من كل
معصية توبة عبد لايملك لنفسه هدي ولايستطيع أن يدفع عنها ضلالا والصلاة والسلام
على خير خلقه محمد وعلى اله وصحبه أجمعين.أما بعد:
Saya ucapkan terimakasih kapada
pelabuhan hati Ayah dan Ibunda tercinta. Serta terima kasih sebanyak-banyaknya
saya haturkan kepada dosen pengampu kita, bapak Muhammad Hufron, M.S.I semoga
dirahmati Allah selalu, yang senantiasa membimbing dan mengawasi kita agar
bernalar dengan sebaik-baiknya dan bijaksana menggunakan nikmat dari Allah
berupa akal sehat. Terima kasih pula saya haturkan kepada para mahasiswa, yang
berkenan hadir untuk menyimak dan mengkritisi makalah juga presentasi saya
dalam mata kuliah “Tafsir Tarbawi I” ini semoga dapat memahami dan ilmunya
bermanfaat. Amiin.
Sebagai manusia biasa, saya mohon
maaf bilamana terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi makalah maupun
presentasinya. Makalah ini saya ajukan sebagai pemenuhan tugas tatap muka pada
“Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I” yang diampu oleh bapak Muhammad Hufron, M.S.I.
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya sebagai
pemateri. Amiiin.
Pekalongan,
2 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Judul Makalah.............................................................................................. 4
C. Nash Al-Qur’an dan Artinya....................................................................... 4
D. Arti Penting / Urgensi Kajian............................................................... ....... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A. Teori Metode Tabligh................................................................................... 5
B. Tafsir............................................................................................................ 6
1. Tafsir Ibnu Abbas.................................................................................. 6
2. Tafsir Jalalain......................................................................................... 6
3. Tafsir Al-Lubab...................................................................................... 7
4. Tafsir Imam Syafi’i................................................................................ 7
C. Aplikasi dalam Kehidupan........................................................................... 8
D. Aspek Tarbawi............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
A. Kesimpulan................................................................................................ 10
B. Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
PROFIL PENULIS............................................................................................. 12
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Metode pendidikan dalam Islam tidak
terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan
dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan
terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Salah satu dari
metode pendidikan secara umum ialah metode tabligh. Maka urgen bagi kita
mengetahui metode tabligh.
B. Judul Makalah
Makalah
ini penulis beri judul: METODE TABLIGH : METODE PENDIDIKAN “UMUM” (QS.
Al-Maidah (5) ayat 67.
C. Nash
Al-Qur’an dan Artinya.
Qur’an
Surah Al-Maidah (5) ayat 67[سورة المائدة,٦٧]
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ
فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ ٦٧
Artinya :“Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
D. Arti
Penting / Urgensi Kajian.
Surat Al-Maidah ayat
67 ini penting untuk dikaji,sebab dilihat dari aspek makna yang
terkandung di dalamnya bahwa menyampaikan risalah nabi SAW. (kebenaran) adalah
perintah dari Allah dan tugas nabi yang diwariskan kepada kita (para pengemban
ilmu), sehingga tabligh pun menjadi tugas kita. Kita wajib
menyampaikannya kepada siapa pun dengan cara jujur, tegas, bijaksana, sempurna,
menyeluruh dan bahasa yang baik serta mudah dipahami khalayak. Melalui ayat ini pula kita tahu bahwa
rosul SAW. tidak menyembunyikan wahyu sedikit pun karena beliau dijaga atau
dipelihara oleh Allah swt.
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori
Metode Tabligh
Tabligh,
dalam Al-Qur’an kata ini dikemukakan sebanyak 77 kali. Arti asal tabligh
adalah menyampaikan. Dalam aktivitas dakwah Tabligh berarti menyampaikan
ajaran Islam kepada orang lain.Tabligh lebih bersifat pengenalan dasar
tentang Islam. Pelakunya disebut mubaligh, yaitu orang yang melakukan tabligh.
Sebagai tahapan awal, tabligh sangat strategis. Tabligh merupakan
bagian dari sistem dakwah Islam. Tabligh adalah usaha menyampaikan dan
menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh individu maupun kelompok baik lisan
maupun tulisan.[1]
Seorang
mubaligh akan menghadapi orang-orang yang beraneka pemahamannya khususnya orang
yang awam tentang Islam. Karena awamnya ini, boleh jadi rintangan dan ancaman
terhadap mubaligh sangat besar. Dalam surat al-Maidah ayat 67 dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW. diperintahkan untuk tabligh (menyampaikan wahyu yang
diterima dari Allah SWT.) dan Allah SWT. Menjanjikan penjagaannya.
Dalam
ayat lain juga bahwa tugas para nabi dan pendakwah pada umumnya hanyalah tabligh
kepada umatnya. Apakah mereka mengikuti atau tidak, bukan urusan para nabi dan
pendakwah. Tabligh sebenarnya bisa disampaikan melalui lisan maupun
tulisan. Akan tetapi, istilah mubaligh sekarang cenderung diartikan secara
sempit oleh manyarakat umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam
melalui lisan, seperti penceramah agama, pembaca khotbah, dan sebagainya.[2]
Tabligh
itu berorientasi tugas, bukan hasil. Sekalipun tugas mubaligh hanya
menyampaikan ajaran Islam, namun penyampaiannya dituntut untuk benar-benar
mendalam dan membuat mitra dakwah menjadi paham. Pesan dakwah yang mudah
dipahami dan mengesankan disebutbalighatau qaulan balighan(QS.
An-Nisa :63). Oleh karena itu dalam surat Yasin ayat 17 disebutkan bahwa tugas
para nabi adalah tabligh dengan bahasa yang jelas (al-balagh al-mubin).
Dengan demikian target utama tabligh adalah ranah kognitif (pemahaman
dan pemikiran), bukan ranah afektif (sikap) maupun behavioral (perilaku) mitra
dakwah.[3]
B. Tafsir
1. Tafsir Ibnu Abbas.
Firman Allah Ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ
بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا
بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”
Dia
berkata, “maksudnya adalah apabila ada ayat yang diturunkan Tuhanmu kepadamu
yang kamu simpan, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Ku.”[4]
2. Tafsir Jalalain.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ( Hai Rasul, sampaikanlah )
semuaمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن
رَّبِّكَۖ(yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanm) dan
janganlahkan sembunyikan sesuatu pun darinya karena takut akan mendapatkan
hal-hal yang tidak diinginkan. وَإِن
لَّمۡ تَفۡعَلۡ(Dan jika tidak kamu lakukan) tidak kamu sampaikan semua
yang diturunkan padamu itu -فَمَا
بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ(berarti kamu tidak
menyampaikan risalah-Nya) “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan
sebagian berarti menyembunyikan semuanya. -وَٱللَّهُ
يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ(Dan Allah memelihara kamu dari
manusia) agar
tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW. itu dikawal sampai turun
ayat ini, lalu sabdanya : “Pergilah, karena sesungguhnya Allah memeliharaku!”
Riwayat Hakim. -إِنَّ
ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ(Sesungguhnya Allah tidak
memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir).[5]
3. Tafsir Al-Lubab
Qur’an
Surat Al-Maidah ayat 67 berpesan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa sampaikanlah
kepada siapa pun petunjuk Allah swt. Yang diturunkan kepadamu. Jika tidak walau
hanya meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka
itu berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Jangan khawatir sedikit pun
menyangkut akibat penyampaian ini. Allah swt memeliharamu dari gangguan yang
berarti dari manusia.[6]
4. Tafsir Imam Syafi’i
Imam
Syafi’i berkata, “Dalam riwayat disebutkan, Jibril datang menemui Rasulullah
atas perintah Allah, agar beliau menyampaikan wahyu yang telah diterimanya
kepada umat manusia, menyeru mereka agar beriman pada-Nya. Tugas ini begitu
berat bagi Nabi. Beliau khawatir umatnya mendustakan dan mencacinya. Lalu turunlah
firman Allah QS. Al-Maidah ayat 67. Jibril menjelaskan, ‘Allah akan
melindungimu dari upaya pembunuhan, ketika menyampaikan apa yang diperintahkan
kepadamu’.”
Imam
Syafi’i berkata, “Allah memberitahukan Rasulullah akan karunia yang telah
ditetapkan dalam ilmu-Nya, yaitu perlindungan Allah terhadap beliau dari
kejahatan makhluk-Nya.[7]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari.
1. Mengikuti kajian kitab dan senang
mendatangi majlis ilmu (ta’lim). Seperti: Tabligh Akbar, Pengajian Umum,
Khotbah, Ceramah Religi.
2. Mengajarkan ajaran akidah Islam
(Kebenaran) kepada siapa pun.
3. Menyampaikan risalah atau ajaran nabi
dengan bijaksana dan arif.
4. Bersabar dalam menyampaikan
kebenaran. Karena tidak semua orang dapat menerima kebenaran (ajaran Islam)
dengan baik.
5. Saling mengingatkan dalam kebenaran
dan kesabaran.
6. Bersyukur atas nikmat Iman dan Islam yang
diberikan oleh Allah SWT.
7. Berpegang teguh (kukuh) pada akidah
kebenaran yang diajarkan Rosulullah saw. tidak mudah tergoda dengan kepercayaan
lain.
D.
Aspek Tarbawi
1. Tabligh itu menjadi kewajiban yang tak bisa
ditawar-tawar, dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam
keadaan apa pun.[8]
2. Menyampaikan risalah kebenaran
(ajaran Islam) bukan hanya tugas nabi SAW. dan para pendakwah saja, namun juga tugas
kita sebagai muslim, terlebih pengemban ilmu itu semua atas perintah Allah SWT.
3. Menjadi sebuah kewajiban bagi kita
untuk mengajak orang lain dalam kebaikan.
4. Meyakini bahwa orang yang
menyampaikan kebenaran akan dijaga oleh Allah. Artinya tidak khawatir atau takut
akan menyampaikan kebenaran.
5. Tugas kita hanya menyampaikan.
Masalah orang ikut atau tidak bukan urusan kita, namun kita kembalikan urusan
tersebut kepada Allah swt.
6. Pembelajaran dan pengajaran dalam
presfektif Al-Qur’an.
7. Metode tabligh merupakan metode
pembelajaran dari Allah yang dicontohkan Rosul-Nya.
8. Kalimat kebenaran mengenai akidah
tidak perlu disembunyikan. Ia harus disampaikan secara lengkap dan jelas,
sempurna dan menyeluruh.[9]
9. Yang dituntut kepada pelaku tabligh
ialah jangan bersikap tidak tegas di dalam menjelaskan kalimat kebenaran secara
utuh mengenai masalah akidah, dan jangan berkompromi di tengah jalan mengenai
hakikat masalah. Karena hakikat akidah tidak dapat dikompromikan dengan
kepercayaan lain.[10]
10. Keyakinan Nabi Muhammad saw. pada
janji Allah swt. Sangat kukuh. Ini antara lain terbukti dengan apa yang
disampaikan oleh istri beliau, Aisyah ra., bahwa Rasul saw. selalu dijaga pada
malam hari hingga turunnya ayat 67 surah al-Maidah, tetapi setelah turunnya, beliau
tidak lagi berminat untuk dijaga. Beliau bersabda:“Allah telah memelihara
aku.”
11. Siapa pun yang tadinya dari
kelompok-kelompok non-Muslim, kemudian menganut ajaran yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad saw., maka mereka juga akan menerima ganjaran serupa dengan
ganjaran kaum Muslim.[11]
12. Pelajaran bagi Nabi SAW dan para
pengemban ilmu pengetahuan dari umatnya, yaitu agar mereka tidak menyembunyikan
syariah-Nya.[12]
13. Hendaklah kita umat Muhammad sendiri,
kalau mengaku percaya kepada Allah dan Rasul, hendaklah kita percaya dalam
keseluruhan, bukan percaya setengah-setengah, atau percaya mana yang enaknya
saja.[13]
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pembahasan mengenai tafsir QS.
A-Maidah ayat 67 ini dapat disimpulkan bahwa metode tabligh adalah salah
satu metode pembelajaran dan metode pengajaran dalam perspektif Al-Qur’an yang
diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam melalui
risalah yang dibawa Rosulullah saw. Ayat ini menjamin kepada Nabi dan para
penyampai syari’at (pengemban ilmu) untuk tidak khawatir akan akibat yang
disampaikannya. Masalah mereka ikut atau tidak menjadi urusan Allah SWT. Urusan
kita adalah menjalankan tugas dan perintah-Nya yaitu menyampaikan kepada umat
tanpa ditutup tutupi sedikit pun.
Melalui ayat ini pula kita dapat
menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw bersifat amanah sekaligus tabligh
(sifat-sifat wajib rosul). Serta terpelihara atau dijamin oleh Allah
perlidungan dari gangguan makhluk-Nya. Dapat dipastikan bahwa risalah atau
syari’at nya benar, tidak ada keraguan didalamnya.
Dalam menyampaikan risalahnya Nabi
menggunakan metode tabligh secara tegas, jujur, menyeluruh dan sempurna.
Sehingga mengena dan sampai ke hati yang mendengarkannya atas se-izin kehendak
Allah ta’ala.
B. SARAN
Apa
yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran saya, akan tetapi saya ambil
dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada saya,
untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Farran, Syaikh Ahmad Mushtafa, 2008. Tafsir Imam Syafi’i : Jilid 2.
Jakarta: Almahira
Al-Mahalli, Jalaludin dan Jalaluddin As-Suyuti, 2009. Tafsir Jalalain.
penj. Bahrun Abu Bakar Bandung: Sinar Baru Algensindo
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi. Semarang: Toha Putra,
1993
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, 2008. Tafsir Al-Qurtubi Jakarta: Pustaka
Azzam
Aziz, Moh. Ali, 2004. Ilmu Dakwah, Edisi Revisi. Jakarta: Kencana
Hamka, 1992.Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI. Jakarta: Pustaka Panjimas
Quthb, Sayyid, 2002. Tafsir fi Zhilalil Qur’an, penj. As’ad Yasin
Jakarta: Gema Insani Press
Shihab, M. Quraish, 2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati
Thalhah, Ali bin Abi, 2009. Tafsir Ibnu Abbas. penj. Muhyiddin Mas
Rida Jakarta: Pustaka Azzam
Nama : Liya Bahriyatu Najiyah
NIM :
202 111 5260
TTL : Pekalongan, 22 Juni 1998
Agama : Islam
Hoby : Berenang
Cita-Cita : Presiden
Alamat : Jalan Kesesi-Comal
Dusun Semangu Desa Sidomulyo RT/RW 02/01 No. 48,Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.
Pendidikan : TK Budi
Mulia, Sidomulyo
SD
N 01 Sidomulyo
MTs
N Kesesi
MAN
1 Pekalongan
IAIN
Pekalongan (sejak
2015-sekarang)
[1]
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi 2004 (Jakarta: Kencana, 2004),
hlm. 21
[2]Ibid.,
hlm 22
[3]Ibid.,
hlm. 23
[4]
Ali bin Abi Thalhah, Tafsir Ibnu Abbas, penj. Muhyiddin Mas Rida
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 257
[5]
Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain penj.
Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 460
[6] M.
Quraish Shihab, Al-Lubab (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 282
[7]
Syaikh Ahmad Mushtafa Al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i : Jilid 2 (Jakarta:
Almahira, 2008), hlm. 383-384
[8]Ahmad
Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm.
291
[9]
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, penj. As’ad Yasin (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), hlm. 282
[10]Ibid.,
hlm. 283
[11]
M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 284
[12]
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), hlm. 580
[13]
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hlm.
313
Terima kasih Pak Dosen Muhammad Hufron, M.S.I. yang sudah mengeposting makalah saya. Dan Teman-teman mahasiswa saya ucapkan terima kasih sudah mau membaca, semoga bermanfaat. ��
BalasHapus