(METODE PENDIDIKAN “UMUM”)
METODE TABLIGH
QS. AL-MA’IDAH [5] ayat 67
Ayu Mustaghfirotussolikhah
(2021115290)
Kelas : D
FAKULTAS TARBIYAH/ PAI
INSTITUT AGAMA ISLAN NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “
Metode Tabligh” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarga, dan sekalian
umatnya hingga akhir zama.
Tidak lupa
penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Ghufron, M.SI selaku
dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini
serta membantu memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusun makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. oleh sebab itu,
penyusun berharap adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. semoga makalah ini
bermanfaat. Aamiin.
Pekalongan, 22 November 2016
Ayu Mustaghfirotussolikha
(202111529)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Metode
pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis
besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar.
Salah satu dari metode pendidikan secara umum ialah metode tabligh. Maka
urgen bagi kita mengetahui metode tabligh.
B.
Judul
Makalah ini berjudul: METODE TABLIGH : METODE PENDIDIKAN
“UMUM” (QS. Al-Maidah (5) ayat 67.
C.
Nash dan Artinya
Qur’an Surah Al-Maidah (5)
ayat 67[سورة
المائدة,٦٧]
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ
بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا
بَلَّغۡتَرِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَٱلۡكَٰفِرِينَ٦٧
Artinya : “ Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.
D.
Arti penting untuk dikaji
Surat Al-Maidah ayat 67 ini penting untuk
dikaji,sebab dilihat dari aspek makna yang terkandung di dalamnya bahwa
menyampaikan risalah nabi SAW. (kebenaran) adalah perintah dari Allah dan tugas
nabi yang diwariskan kepada kita (para pengemban ilmu), sehingga tabligh
pun menjadi tugas kita. Kita wajib menyampaikannya kepada siapa pun dengan cara
jujur, tegas, bijaksana, sempurna, menyeluruh dan bahasa yang baik serta mudah
dipahami khalayak. Melalui ayat ini pula kita
tahu bahwa rosul SAW. tidak menyembunyikan wahyu sedikit pun karena beliau
dijaga atau dipelihara oleh Allah swt.
disebutkan bahwa tugas para nabi adalah tabligh dengan
bahasa yang jelas (al-balagh al-mubin). Dengan demikian target utama tabligh
adalah ranah kognitif (pemahaman dan pemikiran), bukan ranah afektif
(sikap) maupun behavioral (perilaku) mitra dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Metode Tabligh
Tabligh, dalam Al-Qur’an kata ini dikemukakan sebanyak 77 kali. Arti asal tabligh
adalah menyampaikan. Dalam aktivitas dakwah Tabligh berarti menyampaikan
ajaran Islam kepada orang lain.Tabligh lebih bersifat pengenalan dasar
tentang Islam. Pelakunya disebut mubaligh, yaitu orang yang melakukan tabligh.
Sebagai tahapan awal, tabligh sangat strategis. Tabligh merupakan
bagian dari sistem dakwah Islam. Tabligh adalah usaha menyampaikan dan
menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh individu maupun kelompok baik lisan
maupun tulisan.[1]
Seorang
mubaligh akan menghadapi orang-orang yang beraneka pemahamannya khususnya orang
yang awam tentang Islam. Karena awamnya ini, boleh jadi rintangan dan ancaman
terhadap mubaligh sangat besar. Dalam surat al-Maidah ayat 67 dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW. diperintahkan untuk tabligh (menyampaikan wahyu yang
diterima dari Allah SWT.) dan Allah SWT. Menjanjikan penjagaannya.
Dalam ayat lain
juga bahwa tugas para nabi dan pendakwah pada umumnya hanyalah tabligh
kepada umatnya. Apakah mereka mengikuti atau tidak, bukan urusan para nabi dan
pendakwah. Tabligh sebenarnya bisa disampaikan melalui lisan maupun
tulisan. Akan tetapi, istilah mubaligh sekarang cenderung diartikan secara
sempit oleh manyarakat umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam
melalui lisan, seperti penceramah agama, pembaca khotbah, dan sebagainya.[2]
Tabligh itu berorientasi tugas, bukan hasil. Sekalipun tugas
mubaligh hanya menyampaikan ajaran Islam, namun penyampaiannya dituntut untuk
benar-benar mendalam dan membuat mitra dakwah menjadi paham. Pesan dakwah yang
mudah dipahami dan mengesankan disebutbalighatau qaulan balighan(QS.
An-Nisa :63). Oleh karena itu dalam surat Yasin ayat 17
disebutkan
bahwa tugas para nabi adalah tabligh dengan bahasa yang jelas (al-balagh
al-mubin). Dengan demikian target utama tabligh adalah ranah
kognitif (pemahaman dan pemikiran), bukan ranah afektif (sikap) maupun
behavioral (perilaku) mitra dakwah.[3]
B.
Tafsir dari buku
1.
Tafsir Al- Maraghi
sabda Nabi melanjutkan ceritanya, “ maka, berdirilah aku disuatu
jalan mendaki(‘aqabah), lalu saya katakan, Ayyuhannas siapakah yang
,menolong saya untuk menyampaikan risalah-risalah(wahyu-wahyu) tuhanku, sedang
kamu bakal mendapat surga? Ayyuhan ‘n-Nas, katakanlah, tiada tuhan
melainkan Allah, dan hamba aku ini adalah Rasul yang diutus kepada kalian,
niscaya kamu akan bahagia dan selamat mendapatkan surga”.
Kata beliau “ Maka tidak tertinggal seorang pun, baik laki-laki,
perempuan atau anak-anak, kecuali mereka yang melempari kepadaku dengan tanah
dan batu-batu, sambil mengatakan, “ pendusta, penukar agama”, maka tiba-tiba
datanglah kepadaku seseorang yang datang. Diwaktu itulah Rasuluallah saw.
berdoa “ Ya Allah, tunjukilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak
mengetahui, dan tolonglah aku dalam menyeru mereka, sehingga mereka menerima
seruanku untuk taat kepadamu”. [4]
2.
Tafsir Al-misbah
“ Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada
engkau. karena kalau tidak engkau kerjakan, maka tidaklah
engkau menyampaikan perintanya. Dan Allah melindungi engkau dari pada manusia.
Sesungguhnya Allah tidaklah akan memberikan petunjuk kepada kaum orang kafir.”
Ayat 67 ini ialah akan menjelaskan tugas yang dikumpulkan Allah
kepada Rasulnya, Nabi Muhammad SAW. dan disamping diberi tugas, tuhan pun
memberikan jaminanya pula atas keselamatan diri beliau selama melakukan tugas.
Sebab itumaka ayat dimulai dengan ucapan : “ Wahai Rasul!” Dan panggilan Rasul
akan mengingatkan beliau akan tugas yang dipikulkan keatas pundaknya :
“Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada engkau. (dari tuhan engkau ).
ini adalah perintah tegas dari tuhan bahwasannya segala wahyu yang telah
diturunkan Tuhan kepadanya, hendaklah beliau sampaikan langsung kepada uamt,
tidak boleh ada yang disembunyikan, sebab samalah artinya dengan tidak
menyampaikan sama sekali. maka tiadalah
dapat diragukan lagi, bahwasanya perintah itu telah dijalankannya oleh rasul
dengan selengkapnya, tidak ada yang dikuranginya dan tidak ada yang
disembunyikannya, manisnya ataupun pahitnya. beliau telah melakukan tugas
dengan sebaik-baiknya. beliau telah tegak dengan teguhnya seketika gelombang
kesukaran datang lantaran melakukan tugas ini. Beliau telah sabar menderita
diwaktu berlimpa berbagai kesulitan, sampai dibenci, diperangi, diusir dan mau
dibunuh sekali-kali. seketika masih dimekkah 13 tahun, tidak berhenti-henti
siang dan malam beliau melakukan tugas itu, walaupun demikian dahsyatnya
tantangan dan fitnah dari kaum Quraisya. beliau tidak berpindah dari mekkah
sebelum ada perintah hijrahnya ke madinah, bukanlah karena lari dari tugas,
melaikan karena hendak menyusun kekuatan bagi menegakkan da’wah yang beliau
bawa. seluruh tenaga telah beliau tumpahkan, sejak dari masa sembunyi-sembunyi
mengadakan da’wah dirumah Arqam, sampai pindah-pindah sampai pelita Agama
bernyala dan musuh tunduk takluk dan msuk ke dalam islam berduyun-duyun.
Setelah beliau hampir selesai menjalankan tugas ini, setelah datang
ilham pada beliau bahwa sudah dekat masanya beliau meninggalkan ummat ini, maka
beliaupun pergilah mengerjakan haji, yaitu yang dikenal dengan Haji Wada,
Haji selamat tinggal, diwaktu itulah beliau menerima pengakuan ummat-ummat
bahwa memang risalah yang telah ditugakan kepada dirinya itu telah dipenuhinya.[5]
3.
Tafsir Al-Azhar
Thahir
Ibn ‘Asyur menilai penempatan ayat ini disini merupakan sesuatu yang musykil,
karena tulisan surah Al-Ma’idah merupakan salah satu surah terakhir yang turun,
sedangkan ketika itu Rasul SAW. telah menyampaikan seluruh ajaran agama yang
turun hingga ketika itu. seandainya ayat ini turun hingga ketika itu.
seandainya ayat ini turun pada awal masa kenabian, maka a[a yang diperintahkan
disini dapat dimengerti dan dipahami sebagai mengukuhkan Nabi SAW. dan
meringanakn beban mental beliau. tetapi karena surah ini merupakan salah satu
surah terakhir yang turun, dan beliau sendiri telah melaksanakan tugas penyampaian risalh, agama pun telah
disempurnakan, maka sebenarnya pada saat turunya tidak ada lagi yang
diperintahkan untuk disampaikan. karena itu, hanya ada dua kemungkinan yang
dapat dikemungkakan menyangkut penemapatan ayat ini dalam surah ini dan sesudah
uraian ayat-ayat sebelumnya.
Pertama, ayat ini turun untuk satu
sebab tertentu, yang mengundang adanya ayat yang mengukuhkan bekiau agar
menyampaikan sesuatu yang berat untuk beliau sampaiakan. Kedua , ayat
ini turun sebelum turunya surah ini. dan ini didukung oleh banyak riwayat.
Thahir Ibn Asyur menambahkan bahwa, ayat
ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada Ahl al-kitab tanpa
menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran yang ditanggung
oleh ayat-ayat lalu yang harus disampaikan Nabi SAW. itu, merupakan teguran
keras,, seperti, banyak diantara mereka yang fasiq dan firmanya : “
Apakah akan aku beritakan kepada kamu tentang yang lebih buruk dari itu
pembalasannya disisi allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah” dan lain-lain teguran tugas itu, pada
hakikatnya tidak sejalan dengan sifat NabiSAW. yang cenderung memilih sikap
lemah lembut, ber mujadalah dengan yang terbaik. tetapi disisi Allah
memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya
pada QS.An-Nisa’ [4]: 148
Sementara para ulama menjadikan ayat ini
sebagai salah satu mukjizat al-Qu’an dengan alasan keterbuktian kebenaran jaminan pemeliharaan itu, kendati
berbagai upaya telah dilakukan oleh kaum musyrikin mekah dan orang yahudi untuk
menumbuh Rasul SAW. Hemat penulis,
walaupun jaminan ini terbukti kebenarannya, dan sekaligus menunjukkan kebenaran
informasi al-Qur’an, namun hal itu belum dapat dinilai sebagai salah satu
mukjizat, antara lain karena unsur tantangan untuk melakukan hal serupa yang
harus menyertai sesuatu yang dinamai mukjizat, dan tidak ditemukan disini.
Apalagi keterbuktian tersebut baru terjadi setelah beliau wafat. [6]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
1. Mengikuti kajian kitab dan senang mendatangi majlis ilmu (ta’lim).
Seperti: Tabligh Akbar, Pengajian Umum, Khotbah, Ceramah Religi.
2. Mengajarkan ajaran akidah Islam (Kebenaran) kepada siapa
pun.
3. Menyampaikan risalah atau ajaran nabi dengan bijaksana dan
arif.
4. Bersabar dalam menyampaikan kebenaran. Karena tidak semua
orang dapat menerima kebenaran (ajaran
Islam) dengan baik.
5. Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
6. Bersyukur atas nikmat Iman dan Islam yang diberikan oleh
Allah SWT.
7. Berpegang teguh (kukuh) pada akidah kebenaran yang
diajarkan Rosulullah saw. tidak mudah tergoda dengan kepercayaan lain.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Tabligh itu menjadi kewajiban
yang tak bisa ditawar-tawar, dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib
disampaikan dalam keadaan apa pun.[7]
2.
Menyampaikan risalah
kebenaran (ajaran Islam) bukan hanya tugas nabi
SAW. dan para pendakwah saja, namun juga tugas kita sebagai muslim,
terlebih pengemban ilmu itu semua atas perintah Allah SWT.
3.
Menjadi sebuah kewajiban
bagi kita untuk mengajak orang lain dalam kebaikan.
4.
Meyakini bahwa orang yang
menyampaikan kebenaran akan dijaga oleh Allah. Artinya tidak khawatir atau
takut akan menyampaikan kebenaran.
5.
Tugas kita hanya
menyampaikan. Masalah orang ikut atau tidak bukan urusan kita, namun kita
kembalikan urusan tersebut kepada Allah swt.
6.
Pembelajaran dan pengajaran
dalam presfektif Al-Qur’an.
7.
Metode tabligh merupakan
metode pembelajaran dari Allah yang dicontohkan oleh Rasullnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembahasan mengenai tafsir QS. A-Maidah ayat 67 ini
dapat disimpulkan bahwa metode tabligh adalah salah satu metode
pembelajaran dan metode pengajaran dalam perspektif Al-Qur’an yang
diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam melalui
risalah yang dibawa Rosulullah saw. Ayat ini menjamin kepada Nabi dan para penyampai
syari’at (pengemban ilmu) untuk tidak khawatir akan akibat yang disampaikannya.
Masalah mereka ikut atau tidak menjadi urusan Allah SWT. Urusan kita adalah
menjalankan tugas dan perintah-Nya yaitu menyampaikan kepada umat tanpa ditutup
tutupi sedikit pun.
Melalui ayat ini pula kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi
Muhammad saw bersifat amanah sekaligus tabligh (sifat-sifat wajib
rosul). Serta terpelihara atau dijamin oleh Allah perlidungan dari gangguan
makhluk-Nya. Dapat dipastikan bahwa risalah atau syari’at nya benar, tidak ada
keraguan didalamnya.
Dalam menyampaikan risalahnya Nabi menggunakan metode tabligh
secara tegas, jujur, menyeluruh dan sempurna. Sehingga mengena dan sampai ke
hati yang mendengarkannya atas se-izin kehendak Allah ta’ala.
B. Saran
Apa yang ada
dalam makalah ini bukan semata pemikiran saya, akan tetapi saya ambil dari
berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada saya,
untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah, Edisi Revisi.
Jakarta: Kencana
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1993.Tafsir Al-Maragi.
Semarang: Toha Putra
Hamka, 1992.Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI. Jakarta: Pustaka
Panjimas
Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir
AL- Misbah. Tanggerang : Lentera Hati
PROFIL PENULIS
ama : Ayu
Mustaghfirotussolikhah
NIM : 2021115290
TTl : Pemalang 10
September 1997
Agama : Islam
Hobby : Membaca
Cita-cita : Menjadadi orang sukses
Alamat : Ds. Kendaldoyong, Kec.
Petarukan, Kab.Pemalang
Pendidikan : Tk. Pertiwi
SDN 06 Kendaldoyong
MTs Darul Amanah Sukorejo Kendal
MA Darul Amanah Sukorejo Kendal
IAIN Pekalongan
[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi 2004 (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 21
[4]Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi Jus 6,
[5]Haji Abdulmalik Abdulkarim Amruallah, Tafsir Al-Azhar, Jakarta, PT
PUSTAKA PANJIMAS. 1982
[6]M. Quraish Sihab, Tafsir Al- Misbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002.
[7]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: Toha Putra,
1993), hlm. 291
Tidak ada komentar:
Posting Komentar