Laman

new post

zzz

Selasa, 14 Maret 2017

tt2 a5b “KERJA DAN CARILAH KARUNIA ALLAH” QS. Al-Jumu’ah, 62: 10

PRINSIP ETOS KERJA
“KERJA DAN CARILAH KARUNIA ALLAH” QS. Al-Jumu’ah, 62: 10
Dewi Lu’luil Illatif (2021115121)
Kelas A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN (IAIN) PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR

Segalapujihanyamilik Allah SWT. Dia-lah yangtelahmenganugerahkanakal sehat sehingga kita menjadi makhluk yang memiliki derajat yang mulia dibanding makhluk yang lain dan semoga kita senantiasa menjadi muslim yang bisa menebarkanrahmat li al-alamin (rahmatbagisegenapalam) sesuaidengan slogan kampustercintayakniIAIN PEKALONGAN. SholawatsertasalamsemogatercurahkankepadaNabi Muhammad SAW besertautusannya.
Denganpertolongandanhidayah-Nya penyusundapatmenyelesaikanmakalahini. Adapunmakalah yang disusuniniberjudul PRINSIP ETOS KERJA “KERJA DAN CARILAH KARUNIA ALLAH.MakalahinidisusununtukmemenuhitugasTafsir TarbawijurusanTarbiyah program studiPendidikan Agama Islam tahun 2017 sebagaibahanmatakuliahdandiskusiperkuliahan.
Penyusunucapkanbanyakterimakasihkepadasemuapihak yang telahmembantudalammenyelesaikanmakalah ini dan juga penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Ghufron Dimyati selaku dosen pengampu. Penyusunberharapmakalahinidapatbermanfaatkepada para pembacanyasekaligusmohonkritikdansarannya agar nantilebihbaiklagikedepannya. Mohonmaafjikadalampenyusunanmakalahinijikamasihadakesalahandankekurangan.
Akhir kata penyususnmengucapkanTerimakasih .


Pekalongan, 15Maret 2017
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Allah telah menurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk hidup manusia di dunia begitupun hadits nabi sebagai petunjuk manusia agar kehidupan manusia selamat baik dunia maupun akhirat. Dalam Al-qur’an tidak hanya membahas tentang urusan akhirat saja ataupun urusan beribadah namun dalam Al-qur’an juga terdapat ayat yang menerangkan tentang bekerja. Akhir-akhir ini banyak terjadi ketimpangan antara bekerja menjadi kebhagian duniawi namun mereka lupa akan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah.
Di era globalisasi ini manusi dituntut memiliki etos kerja yang rajin, gigih, ulet, dan bertanggung jawab, akan tetapi harus senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak mlenceng dari batasan-batasan yang ditentukan oleh Al-qur’an dan As-sunnah. Islam adalah agama yang universal dimana Islam tidak hanya mengatur kehidupan akhirat Islam juga mengatur tenteng segala aspek yang mengatur penghidupan manusia di dunia.
Islam sungguh agama yang memebnci pengangguran Islam menganjurkan kita untuk mencari pekerjaan agar kita dapat menggunakan harta kita membantu di jalan Allah yaitu dengan bersedekah ataupun berinfaq. Selain itu seorang muslim juga membutuhkan harta untuk menghidupi keluarganya.
B.    Judul Makalah
Sesuai dengan yang ditugaskan oleh Bapak Muhammad Hufron, MSI selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II memebrikan judul “Prinsip Etos kerja”. Adapun kajian yang dibahas dalam makalah tersebut adalah mengenai “Kerja dan Carilah Karunia Allah”. sebagaimana yang tercantum di dalam QS. Al-Jumu’ah. 62:10.
C.     Nash dan Terjemahan
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(10)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilahkarunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

D.    Arti Penting Untuk Dikaji
Ayat ini penting untuk dikaji karena dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita sebagai ,manusia harus rajin bekerja agar kehidupan di dunia ini terus berjalan. Namun kita tidak boleh melalaikan kewajiban kita sebagai umat Islam yaitu beribadah, selain itu ayat ini juga menjelaskan agar kita mendapatkan harta dengan cara yang halal sesuai dengan perintah Allah agar kita menadapat keridaan dan karunia Allah.

































BAB II
PEMBAHASAN


A.    Teori Kerja dan Karunia Allah
Kerja atau amal dalam Islam dapat diartikan dengan makana yang umum dan makna yang khusus. Amal dengan makan yang umum adalah melakukan atau meninggalkan apa juga yang disuruh atau dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan baik atau jahat. Adapun kerja dalam makna khusus ialah melkukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titi tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya.
Adapun konsep kerja dalam Islam agar mendapat karunia Allah yaitu sebagai berikut:
1.     Selalu melakukan perhitungan dan perencanaan.
2.     Menghargai waktu.
3.     Selalu ingin yang terbaik.
4.     Fastabiqul khairat.
5.     Bersikap mandiri dan tawakal kepada Allah.
6.     Senantiasa istiqomah dalam beribadah kepada Allah dan memperbanyak sedekah sebagai ungkapan rasa syukur.
7.     Jangan berlebih-lebihan dan berbuat kerusakan.[1]

B.    Tafsir dari Buku
1.     Tafsir Al-Lubab
“Apabila kamu telah menunaikan shalat, jika kamu mau, maka bertebaranlah di muka bumi untuk tujuan apapun yang dibenarkan Allah SWT. Dan carilah dengan berseungguh-sungguh  sebagaian dari karunia-Nya, karena karunia Allah sangat banyak dan tidak mungkin kamu dapat mengambil seluruhnya. Ingatlah Allah SWT banyak-banyak, jangan sampai kesungguhan kamu mencari karunia-Nya melengakan mu. Berdzikirlah dari saat ke saat dan disetiap tempat dengan hati atau bersama lidah kamu supaya kamu beruntung memperoleh apa yang kamu dambakan. [2]
2.     Tafsir ibnu katsir
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah. Ketika Allah mereka berjual beli ketika terdengar kumandang azan dan memerintahkan mereka untuk berkumpul, maka Allah mengizinkan kepada mereka, bila kewajiban Jumat telah usai, untuk bertebaran kembali di muka bumu dan mencari karunia Allah.
Allah berfirman, “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “Yaitu, di kala membeli dan menjual, dikala mengambil dan memberi, hendaklah kamu berdikir kepada Allah sebanyak-banyaknya dan janganlah kesibukan dunia melalaikan kamu dari sesuatu yang mendatangkan manfaat kepadamu di hari akhir.[3]
3.     Tafsir Al-Maraghi
Apabila kamu telah menunaikan shalat jumat, maka bertebaranlah untuk mengurus kepentingan-kepentingan duniawi setelah kamu menyelesaikan apa yang bermanfaat bagimu untuk akhiratmu. Carilah pahala dari Tuhanmu ingatlah Allah dan sadari muraqabah (pengawasan-Nya) dalam segala urusanmu, karena Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan bisikan tidak ada sedikitpun yang tersembunyi bagi-Nya dari segala urusanmu mudah-0mufdahan kamu mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhiratmu.
Di sini terdapat isyarat bagi dua hal:
a.      Muraqabah Allah dalam segala perbuatan duniawi, sehingga mereka tidak dikuasai oleh kecintaan untuk mengumpulkan harta  kekayaan duniawi dengan mengguanakan segala sarana, baik yang halal maupun yang haram.
b.     Muroqabah Allah dalam keberuntungan dan keberhasilan dunia dan akhirat. Keberhasilan di dunia, karen orang yang merasakan muroqabah-Nya itu tidak akan berbohong dalam timbangan dan takaran, tidak akan mrngubah barang dagangan dengan barang dagangan lain, tidak berdusta dalam penawaran, tidak bersumpah palsu dan tidak ingkar janji. Bila demikian halnya orang itu, maka ia akan terkenal dengan kebaikan mu’amalahnya, orang-orang akan mencintainya dan ia akan menjadi pembicaraan yang baik. Sehingga Allah akan melipat gandakan rezeki baginya. Keberhasilan di akhirat karena orang tersebut mendapat keridhaan Tuhannya. [4]
4.     Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kita sebagai manusia dituntut untuk bekerja dengan rajin, ulet, gigih, dan setia dimasa era globalisasi ini, namun kita jangan lupa harus memperhatikan jalan yang kita ambil untuk mencari rezeki agar sesuai dengan Islam. Dengan mencari rezeki yang halal baik yang diperoleh maupun cara untuk memperolehnya agar kita mendapat ridha dan karunia Allah dalam hal mengejar duniawi sehingga dapat bermanfaat bagi kita diakhirat kelak.
5.     Aspek Tarbawi
1.     Kita harus giat dalam bekerja sehingga agar menjadi umat Islam yang bermanfaat bagi yang lain.
2.     Tidak melupakan kewajiban kita kepada Allah dalam mencari kebahagiaan dunia.
3.     Bekerja dengan cara yang halal.
4.     Menjaga keseimbangan dalam bekerja dan beribadah sehingga mendapat keridhaan dan karunia Allah.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kerja atau amal dalam Islam dapat diartikan dengan makana yang umum dan makna yang khusus. Amal dengan makan yang umum adalah melakukan atau meninggalkan apa juga yang disuruh atau dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan baik atau jahat. Adapun kerja dalam makna khusus ialah melkukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titi tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya.
Kita sebagai manusia dituntut untuk bekerja dengan rajin, ulet, gigih, dan setia dimasa era globalisasi ini, namun kita jangan lupa harus memperhatikan jalan yang kita ambil untuk mencari rezeki agar sesuai dengan Islam.
B.    Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah pengetahuan kita.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Hj. Awang.Konsep Bekerja Menurut Pandangan Islam.

AL-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1986.Tafsir AL-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2000. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir
            jilid 4. Jakarta: GEMA INSANI.

Shihab, M. Quraish Shihab. 2012. AL-Lubab .Tangerang: Lentera Hati.


















PROFIL PENULIS

Nama                          : Dewi Lu’lu’i Illatif
Tempat Tanggal lahir : Pekalongan, 15 Desember 1997
Alamat                                    : Jl. Kh Akrom Khasani No.
                              15 Jenggot Gang 4
Asal sekolah               :  MIS JENGGOT 01 
MTs. S JENGGOT          MAS SIMBANG KULON



[1]Ahmad bin Hj. Awang, Konsep Bekerja Menurut Pandangan Islam,http://ujid.tripod.com/islam/kerja8806.html, pada tanggal 17 Maret 2017 pukul 10.10 WIB
[2]M. Quraish Shihab, AL-Lubab (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 268.
[3]Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4 (Jakarta: GEMA INSANI, 2000), hlm. 704.
[4]Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Tafsir AL-Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1986), hlm. 162-163.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar