Laman

new post

zzz

Selasa, 14 Maret 2017

tt2 a5c ‘’Siang Hari untuk Mencari Karunia Allah SWT‘’ (QS ar-Rum ayat 23)

PRINSIP ETOS KERJA
‘’Siang Hari untuk Mencari Karunia Allah SWT‘’
(QS ar-Rum ayat 23)

Nama: M. Miftah Farid NIM: 2021115123
 Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya kepada kita semua sehingga masih merasakan nikmat dari–Nya.
Salawat serta salam, semoga selalu tercurah kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua dan yang telah menyelamatkan kita dari zaman yang gelap menuju zaman yang terang-benderang. Semoga syafaat beliau sampai pada kita. InsyaAllah.
Alhamdulillah, penulisan makalah Tafsir Tarbawi II mengenai tema: Prinsip Etos Kerja dengan subtema “Siang Hari untuk Mencari Karunia Allah Swt.” yang bersumber dari penafsiran QS ar-Rum ayat 23. Hal ini sangat membantu untuk mengingat, menambah pengetahuan, dan wawasan kita, khususnya bagi penulis sendiri. Dengan tulisan dan uraian topik yang sederhana sesuai format yang telah ditentukan telah selesai.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama Bapak Muhammad Hufron, M.S.I., selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II dan untuk orang tua yang telah memberi semangat dan dorongan dalam menyelesaikan tugas ini, tak lupa juga semua dosen dan sivitas akademika di IAIN Pekalongan, serta teman-teman yang telah mendukung dan memberikan semangat yang lebih, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan datang. Semoga Allah SWT selalu me-rida-i segala usaha kita. Amin.

Pekalongan,  20 Maret 2017

        Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku baik. Usaha yang dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak boleh setengah-setengah karena hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga diwajibkan untuk berikhtiar dan tidak hanya pasrah. Allah Swt. akan memberikan karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan dan juga disertai dengan doa.
Rasulullah SAW bersabda: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah Swt. menyukai mukmin yang kuat bekerja.”Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Dalam zaman yang modern ini, kita dituntut untuk selalu berusaha, tidak hanya rajin, tapi lebih dari itu, asalkan tidak melanggar dan melampaui batas –batas dalam Islam.
Untuk itu, di sini penulis akan memaparkan mengenai etos kerja secara lebih rinci.

B.     Tema dan Subtema Makalah
Sesuai dengan yang ditugaskan oleh Bapak Muhammad Hufron, M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II memberikan tema “Prinsip Etos Kerja”. Adapun kajian yang dibahas dalam makalah saya ini adalah mengenai sub-tema Siang Hari untuk Mencari Karunia Allah Swt.”, sebagaimana yang tercantum di dalam QS ar-Rum (30) ayat 23.
C.    Nash dan Terjemahan
Di dalam QS ar-Rum ayat 23, Allah Swt. berfirman:
وَمِنْ آيتِه مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُ كُمْ مِنْ فَضْلِهِ قلي اِنَّ فِيْ ذلِكَ لَايتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ (الرّوم : 23)
Terjemahan ayat
     “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS ar-Rum ayat 23)

D.    Arti Penting untuk Dikaji
Dalam penafsiran QS Ar-Rum ayat 23 ini merupakan ayat yang penting untuk dikaji karena di dalam ayat ini mengandug makna dan pembelajaran serta semangat (spirit) yang sangat luar biasa. Betapa murah dan besarnya karunia Allah yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Karunia berupa ilmu, rezeki, kekuatan, daya pikir, karier, kesehatan, pengharapan, dan sebagainya. Kita semua sebagai manusia pasti memerlukan karunia dari Allah tersebut tanpa terkecuali. Karena dengan karunia tersebutlah kita bisa hidup dan berpenghidupan di dunia demi kemaslahatan dunia-akhirat kita.
Pun karunia dalam bentuk dimensi waktu di malam hari. Allah SWT telah menciptakan semua itu untuk manusia agar mereka semua dapat maksimal dalam menjalani penghidupannya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
Siang hari adalah waktu yang sangat tepat bagi manusia untuk berusaha sekuat tenaga dan sepenuh hati mencari karunia Allah Swt. yang terbentang di alam raya ini. Dalam pengaplikasinnya, hal ini dapat menyangkut mengenai beberapa macam kegiatan/aktivitas keseharian, seperti belajar, bekerja, beramal, beribadah, dan sebagainya. Manusia dianugerahi oleh Allah SWT berupa daya atau kekuatan pokok, yaitu a) daya fisik yang menghasilkan kegiatan fisik dan keterampilan; b) daya pikir yang mendorong pemiliknya berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan; c) daya kalbu yang menjadikan manusia mampu berkhayal, mengekspresikan keindahan, beriman, dan merasa berhubungan dengan Allah Swt.; serta d) daya hidup yang menghasilkan semangat juang, kemampuan menghadapi tantangan, dan menanggulangi kesulitan. Menggunakan dan memanfaatkan keempat daya tersebut secara optimum akan melahirkan kerja yang salih sebagaimana yang diharapkan di siang harinya.
Setelah kita mencari karunia Allah selama seharian, tentulah kita merasakan apa yang dinamakan lelah. Ya, hal ini terasa umum bagi kita, karena setelah seharian kita berlapang-lapang mencari karunia Allah Swt. (dengan bekerja, belajar, maupun beramal/beribadah) maka kita akan merasakannya. Dan, waktu yang tepat untuk melepas penat dan lelah itu adalah pada malam hari yang memang menjadi saat yang tepat untuk beristirahat (tidur) guna menyambung, mengembalikan, dan menambah tenaga lagi untuk aktivitas/kegiatan pada keesokan harinya. Pada malam hari pun kita bisa memanfaatkannya dengan menonton hiburan di televisi, berkumpul bersama keluarga, bersantai, ataupun salat malam yang sangat besar pahalanya.[1]

B.   Tafsir QS ar-Rum ayat 23
1. Tafsir Al-Mishbah
    Penciptaan langit dan bumi itu dengan sistem yang diterapkan-Nya melahirkan malam dan siang. Dan, di antara tanda-tanda kekasaan-Nya yang berkaitan dengan malam dan siang adalah tidur kamu di waktu malam dan siang tanpa mampu melawan bila gejala tidur mengunjungimu serta tidak pula dapat mengundangnya walaupun engkau sangat menginginkan tidur jika ia–atas kehendak Kami–enggan mengunjungimu. Dan, di antara tanda-tanda-Nya yang lain adalah usaha kamu, baik malam maupun siang, mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikiian itu benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan.[2]
            Ayat di atas yang berbicara tentang kegiatan mencari rezeki dan tidur, ditutup dengan firman-Nya (لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ) = bagi kaum yang mendengarkan. “Tidur dan usaha adalah diam dan gerak”. Keduanya dapat dijangkau melalui pendengaran. Dengan demikian, sangat serasi penutup ayat ini dengan bukti-bukti yang terhampar di alam raya yang dibicarakannya dengan gaya al-Quran. Demikian Sayyid Quthub. Thahir Ibn Asyur mengemukakan analisis lain. Menurutnya, ayat yang bicara tentang tidur dan upaya mencari rezeki ini diakhiri dengan penutup bagi kaum yang mendengar disebabkan oleh dua hal. Yakni:
·         pertama, kedua hal tersebut telah merupakan kebiasaan manusia sehingga mereka tidak lagi memerhatikan bukti-bukti yang dikandungnya yang menunjuk kehebatan ciptaan Allah itu.
·         kedua, menurut Ibnu Asyur, adalah karena apa yang didengar orang lain menyangkut keadaan sewaktu tidur – dari segi keagungan pengaturan–Allah justru lebih banyak daripada apa yang dirasakan oleh yang tidur menyangkut dirinya. Singkatnya, sarana untuk mengetahui keadaan orang-orang tidur dan perbedaan-perbedaannya adalah pendengaran.[3]

2. Tafsir Al-Lubab
Pada ayat ke-23 Allah Swt. menyebut tanda kebesaran-Nya, yaitu tidur, yang pada umumnya terjadi di waktu malam tanpa ada yang mampu melawan bila gejala tidur mengunjungi serta tidak pula dapat mengundangnya walau sangat menginginkannya, jika tidur-atas kehendak Allah Swt.-enggan mengunjungi.
Termasuk juga di antara tanda-tanda-Nya, lanjut di ayat ini, usaha manusia-pada umumnya-di siang hari mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh pada yang demikian itu, tutup ayat ini, benar-benar terdapat bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan.[4]

3. Tafsir Al-Azhar
          Apabila matahari telah terbenam udara yang panas berubah jadi sejuk. Kesejukan udara dan bumi yang diliputi gelap menyebabkan keadaan yang demikianjadi sesuai untuk beristirahat, maka mata pun meluyu tidur.
       “Dan usaha kamu mencari sebagian dari karunia-Nya.”. Yaitu semenjak matahari terbit, terbukalah waktu lapang untuk berusaha mencari sebagian dari karunia Tuhan untuk hidup, mencari makan dan minum, untuk mencari nafkah, membangun rumah tangga sederhana, kendaraan yang jadi sebagian keperluan berusaha dan menghubungi tetangga dan masyarakat, sehingga setiap hari siang yang kita lalui, penuhlah dengan amal bakti yang salih dan timbul dari keimanan.
  Itu pun sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah Swt.. Berbagai ayat tersua di dalam al-Quran menyuruh kita untuk berusaha, mencari makan dan minum, asalkan jangan berlebih-lebihan hingga terpukau oleh itu saja, dan lupa kepada Tuhan yang memberikan kesempatan itu.[5]

4. Tafsir Al-Maraghi
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidur kalian di malam hari dan istirahat kalian padanya sehingga terhenti semua aktivitas dan perasaaan kalian di saat itu. Dan usaha kalian dalam rangka mencari rezeki pada siang hari yaitu dengan mengerjakan hal-hal yang dapat menghidupi kalian.
Sesungguhnya di dalam apa yang telah diciptakan oleh Allah Swt. itu terkandung pelajaran dan bukti-bukti bagi orang-orang yang mau mendengarkan nasihat-nasihatnya. Lalu mereka mengamalkannya dan mereka memahami hujjah-hujjahnya yang ditujukan kepada mereka, yaitu bahwasannya yang menciptakan kesemuanya itu mampu untuk menghidupkan kembali semua makhluk dan mengembalikan mereka, hal ini amat mudah bagi-Nya.[6]

C.  Aplikasi dalam Kehidupan
            Ayat di atas dapat dipahami bahwa perintah dan kewajiban untuk mencari karunia Allah Swt. pada siang hari dapat dilaksanakan dengan baik, kalau umat Islam rajin melakukan aktivitas siang harinya dengan mengharap karunia-Nya niscaya dia akan mendapatkan keberkahan dalam dirinya. Dengan kerja keras, belajar, dan beramal baik dengan penuh rasa percaya diri, optimis, giat, dan dengan diiringi niat yang tulus, maka pastilah Allah Swt. akan memberikan berbagai kemudahan kepada kita. Sehingga, dengan hasil yang akan kita dapat itulah yang akan menjadikan kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya.
            Dengan demikian, Allah Swt. dapat melihat prestasi ibadah kita berkat hasil dari kerja keras itu. Begitu juga rasulullah Saw., kelak akan menyaksikan umatnya bisa melaksanakan risalahnya dengan baik. Dan orang-orang yang beriman akan melihat dan merasakan hasil dan prestasi kita. 
            Pada malam hari pun hendaknya kita gunakan waktu itu sebaik mungkin untuk beristirahat, mengembalikan segenap tenaga kita setelah seharian dipakai. Jangan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri kita dan orang lain.

D.  Aspek Tarbawi
              i.            Menghargai waktu. Waktu merupakan sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan kalimat kerja dan buah prestasi yang membanggakan.
            ii.            Ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan tekanan.
          iii.            Ketika siang hari mencari karunia Allah, hendaknya kita harus berorientasi kepada produktivitas. Artinya, keluaran yang dihasilkan berbanding dengan masukan dalam bentuk waktu dan enerji.
          iv.            Allah Swt. memberikan (menciptakan) waktu malam hari untuk kita beristirahat (tidur) setelah seharian beraktivitas.
            v.            Berwawasan makro-universal. Dengan demikian akan menjadikan manusia itu bijaksana dan realistis dalam membuat perencanaan dan tindakan.




BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari uraian penafsiran QS ar-Rum ayat 23 di atas, kita dapat mengambil simpulan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia harus ini dan wajib berusaha mencari karunia dari Allah baik di dunia dan untuk akhirat dengan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya yang terhampar di alam raya ini, jangan sampai malas untuk merealisasikannya. Karena di balik itu semua tersimpan hikmah yang sangat besar. Misalkan saja dalam hal menuntut ilmu, bekerja, dan atau berniaga yang termasuk di dalamnya. Jadi, kita pun harus semaksimal mungkin (totalitas) dalam menjalankannya, jangan secara parsial (setengah-setengah). 
Pun dalam usaha kita merealisasikannya, jika kita tubuh kita merasa lelah Karena seharian beraktivitas, kita boleh beristirahat dalam kaidah (konteks) waktu tertentu. Allah SWT telah menciptakan dimensi waktu yang bernama malam untuk kita beristirahat/tidur. Hal ini agar dimanfaatkan oleh setiap manusia untuk mengisi kembali energi (stamina) untuk hari esok yang harus dipersiapkan agar berjalan baik.
Saran
Dengan terselesainya makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi II ini diharapkan kepada semua pembaca agar pelajari dan pahamilah ilmu-ilmu yang Anda baca dan pelajari itu. Agar dapat menambah pengetahuan yang nantinya bisa menjadi ilmu pelengkap dalam menginfestasikan aplikasi kehidupan dalam pengaplikasian di dunia sosial kemasyarakatan maupun yang bersifat transcendental (theologi).



Daftar Pustaka

Al-Maraghi, Mustofa, 1992. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Hamka, 2002. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT Pustaka Panjimas.
Malik, M. Lutfi, 2013. Etos Kerja, Pasar, dan Masjid. Jakarta: LP3ES.
Shihab, Quraish, 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.















Profile of Writter
Name                                   : M. Miftah Farid
Nationality                          : Indonesia
Place and date of birth        : Pekalongan, June 12th 1996
Address                               : Jl. Jlamprang, Krapyak Kidul gang 1, Kecamatan      Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
Telephone Number              : 0823032359/08972011438
Hobbies                                : writing, take a walk, listen the music, etc
Email                                    : mmiftahf5@gmail.com
Education Experiences 
1.     MSXI Nurul Islam, Krapyak           (2003 till 2009),
2.     SMP N 3 Pekalongan                         (2009 till 2012),
3.     SMA N 2 Pekalongan                        (2012 till 2015),
4.     IAIN Pekalongan                               (2015 till -now).







[1] M. Lutfi Malik, Etos Kerja, Pasar, dan Masjid, (Jakarta: LP3ES, 2013), hlm. 11-12
[2] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 191-192
[3] Ibid., hlm. 193
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), hlm. 141
[5] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 2002), hlm. 69
[6] Mustofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar