MODEL PEMBELAJARAN
"PERBANDINGAN TEACHER CENTER DAN STUDENT CENTER"
Imam Sofyan
(2023114032)
PGMI (B)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa halangan apapun.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stategi Belajar Mengajar serta guna menambah pengetahuan dalam bidang tersebut. Dalam makalah ini saya membahas tenteng Model Pembelajaran dengan Sub Tema Perbandingan teacher center dan student center
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan demi menambah motivasi penulis. Akhir kata terimakasih atas segenap perhatiannya. Serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan.
Wassalamu’alikum. Wr. Wb.
Pekalongan, September 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tema : Model Pembelajaran
Sub Tema : Perbandingan Teacher Center dan Student Center
Mengapa penting dikaji?
Jawab : Karena Strategi pembelajaran secara garis besar terbagi menjadi dua macam, pertama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) atau disebut dengan TCL. Strategi TCL merupakan pembelajaran yang sepenuhnya dikendalikan oleh guru pelajaran. Kedua adalah pembelajaran yang berpusat pada murid (Student Centered Learning) atau disebut dengan SCL. Strategi SCL merupakan strategi yang berusaha mengexplore kemampuan siswa untuk aktif mencari, menggali, dan merumuskan materi pelajaran. Kedua strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. TCL secara teori memiliki kelebihan yaitu materi dapat disampaikan oleh guru.
secara gamblang dan mendetail sesuai dengan kemampuan guru, kondisi kelas tenang karena dipegang penuh oleh guru. Namun kekurangan dari TCL adalah siswa sering merasa bosan dan ilmu yang didapat tidak berkembang, sehingga seolah-olah menjadi ilmu “turun-temurun”. Sedangkan untuk SCL secara teori memiliki kelebihan yaitu siswa dapat aktif menggali ilmu, bereksplorasi, dan merumuskan materi yang didapat. Namun kekurangan SCL adalah siswa menjadi sangat aktif, sehingga kelas menjadi gaduh dan menuntut guru lebih ekstra mengendalikan kondisi kelas. Sehingga guru dapat memili model yang tepat dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbandingan Teacher Center dan Student Center
1. Teacher Center
Pada pembelajaran model Teacher Centered Learning, guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing), siswa sebatas memahami sambil membuat catatan, bagi yang merasa memerlukannya. Guru menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model ini berarti memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan.
Pendekatan teacher center learning ini proses pembelajaran lebih berpusat pada guru hanya akan membuat guru semakin cerdas tetapi siswa hanya memiliki pengalaman mendengar paparan saja. Output yang dihasilkan oleh pendekatan belajar seperti ini tidak lebih hanya menghasilkan siswa yang kurang mampu mengapresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba yang akhirnya cenderung menjadi pelajaran yang pasif dan miskin kreativitas.
Pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajar-kannya secara langsung kepada seluruh kelas. Artinya guru memegang kendali penuh terhadap proses pembelajaran di kelas. Teori tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Paulo Freire, penganut sosialisme (dari Brasilia), model pengajaran ini merupakan aktivitas pengajaran gaya bank, atau model deposito. Model ini disebut pengajaran “gaya komando”
Namun saat ini belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, tidak harus dalam kondisi formal di dalam kelas, tetapi dapat secara informal, non-formal dan atau dari peristiwa sosial sehari-hari. Oleh karena itu, sesuai dengan kenyataan faktual yang dialami siswa dalam proses pendewasaan diri serta proses memperoleh keluasan dan kemantapan kompetensi yang dimilikinya, pada hakikatnya belajar bertujuan untuk memperoleh suatu hikmah belajar, lesson learned. Siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru (konstruktivisme)
Menurut Smith dalam Sanjaya yang dikutip ulang oleh Parwati bahwa Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Parwati menegaskan Cara pandang ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
a. Memakai pendekatan berpusat pada guru, yakni gurulah yang harus menjadi pusat dalam pembelajaran.
b. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
c. Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar.
Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru
2. Student Center
Pada pembelajaran ini, yang berpusat pada siswa diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk belajar. Aktifitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun pemahaman (construcivism approach).
Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Menurut Harsono, Student Centered Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential Learning (pengalaman belajar). Model pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan:
a) Peserta didik dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
b) Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
c) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga terjadi dialog
dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa.
d) Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan belum diketahui sebelumnya oleh guru. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajran SCL tersebut akan mampu mendukung upaya ke arah pembelajaran yang efektif dan efisien.
Untuk selalu mengambangkan dan menyesuaikan materi pembelajarannya dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dengan demikian guru bukan lagi sebagai sumber belajar utama, melainkan sebagai “mitra belajar”
SCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar siswa, bukan hanya pada aktivitas guru mengajar. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang terprogram. Situasi pembelajaran dalam SCL diantaranya memiliki ciri-ciri:
a) Siswa belajar baik secara individu maupun berkelom-pok untuk membangun pengetahuan.
b) Guru lebih berperan sebagai guides on the sides daripada sebagai mentor in the centered.
c) Siswa tidak sekedar kompeten dalam bidang ilmu, akan tetapi kompeten dalam belajar.
d) Belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh guru, yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada siswa.
e) Belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (lifelong learning),
suatu keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
f) Belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia.
Selanjtunya Hadi mengatakan bahwa Sebuah sekolah yang menerapkan metode pembelajaran dengan model SCL mempunyai beberapa karakteristik yang dapat dijumpai, antara lain: (a) Adanya berbagai aktivitas dan tempat belajar, (b) Display hasil karya siswa, (c) Tersedia banyak materi dan fasilitas belajar, (d) Tersedia banyak tempat yang nyaman untuk berdiskusi, (e) Terjadi kelompok-kelompok dan interaksi multiangkatan atau kelas, (f) Ada keterlibatan masyarakat, (g) 10 Jam buka perpustakaan fleksibel.
Menurut Ramdhani yang dikutip oleh Kurdi, dalam proses pembelajaran model SCL guru memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan model ini yang meliputi bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, mengkaji kompetensi mata pelajaran yang perlu dikuasai oleh siswa di akhir pembelajaran, dan lain lain
.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran secara garis besar terbagi menjadi dua macam, pertama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) atau disebut dengan TCL. Strategi TCL merupakan pembelajaran yang sepenuhnya dikendalikan oleh guru pelajaran. Kedua adalah pembelajaran yang berpusat pada murid (Student Centered Learning) atau disebut dengan SCL. Strategi SCL merupakan strategi yang berusaha mengexplore kemampuan siswa untuk aktif mencari, menggali, dan merumuskan materi pelajaran. Kedua strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. TCL secara teori memiliki kelebihan yaitu materi dapat disampaikan oleh guru
DAFTAR PUSTAKA
Muijs, Daniel, dkk. 2008. Effevtive Teaching (Teori & Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT Indeks
Alma, Buchari, dkk. 2009. Guru Profesional : Menguasai Metode dan Terampil Mengajar.Bandung: Alfabeta
Jacoben, David A dkk. 2009. Methods for Teaching : Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Hadi, R. 2007. Dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. (Insania, Vol.12, No. 3
PROFIL
Imam Sofyan, lahir di Pekalongan, pada 23 Oktober 1994. Riwayat pendidikannya di TK Al Bukhori Sokorejo, lalu melanjutkan di SDN Sokorejo, ketika lulus SD tahun 2008 ia melanjutkan di SMPN 5 Pekalongan dan tahun 2011 lulus SMP ia melanjutkan ke MA Salafiyah Pekalongan. Dan dengan berkat Ridho dan rahmat Allah ia lulus MA tahun 2011 ia melanjutkan ke perguruan tinggi negri di STAIN Pekalongan yang sekarang sudah menjadi Institut Agama Islam Negri (IAIN) Pekalongan. Mengambil di prodi PGMI dan ia sedang berusaha untuk mengejar gelar S-1 Pendidikan agar menjadi guru dan kebanggaan bagi kedua orangtuanya, bangsa dan Negara..
COVER PUSTAKA
Daniel Muijs dkk, Effevtive Teaching (Teori & Aplikasi) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 41
2 Paul Ginnis, Trik & Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 10
3 Buchari Alma, Guru Profesional : Menguasai Metode dan Terampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 81
4 David A Jacoben dkk. Methods for Teaching : Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.281
5 Op.Cit. hlm. 83
6 Hadi, R. Dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. (Insania, Vol.12, No. 3, 2007) hlm. 408-419.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar