GURU SEBAGAI MODEL ATAU TELADAN
Ade Siskiatul Hikmah
NIM (2317054)
KELAS D
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang melimpahkan segala nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Guru Sebagai Model atau Teladan” . Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Yang selalu kita
nantikan syafaatnya di hari akhir nanti,
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I.
selaku pengampu mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar, yang telah
membimbing kami selama ini. Demikian pula, kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua tentang Strategi
Belajar dan Mengajar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang
bisa membuat makalah ini menjadi lebih baik
Pekalongan,17 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................................4
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................5
C.
Tujuan Penulisan...................................................................................................5
D.
Metode Pemecahan Masalah................................................................................5
E.
Sistematika Penulisan...........................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Guru Teladan.....................................................................................6
B.
Guru Sebagai Model atau Teladan......................................................................7
C.
Kewajiban Seorang Guru Teladan......................................................................8
D.
Kriteria-kriteria keteladanan...............................................................................9
E.
Cara Menjadi Seorang Guru Teladan.................................................................10
F.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan Seorang Guru Teladan.................................13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................14
B.
Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA DIRI
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dan
mengingat keteladanan guru ini sangat berpengaruh dalam pembentukan dan
pembinaan akhlak, maka seorang pendidik hendaklah mempunyai akhlak dan
kepribadian yang baik, sehingga inti kewibawaan yang sangat penting dalam
pendidikan akan datang dengan sendirinya.
Keteladanan
akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan
larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan
hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Dan dengan
menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang begitu panjang. Pendidikan
itu tidak akan sukses, tanpa diiringi dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata. Metode keteladanan akhlak guru-pendidik ini diyakini menjadi metode
yang paling efektif yang harus dipraktikkan oleh guru, terutama dalam rangka
membentuk pribadi-pribadi yang memiliki karakter, memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Metode ini juga telah banyak digunakan
oleh generasi terdahulu. Akhlak yang mulia adalah perilaku yang didasarkan pada
ajaran-ajaran agama, norma-norma sosial dan tidak bertentangan dengan aday
istiadat masyarakat setempat. Dan oleh karena itu, akhlak mulia biasanya
bersifat universal, yakni dapat diterima oleh siapa pun dan dimana pun.
Dan
dari masalah keteladanan akhlak guru-pendidik ini menjadi faktor yang sangat
penting baik dalam bidang akidah, ibadah, muamalah dan akhlak. Guru sebagai
pendidik hendaklah dapat memberikan pengarahan dan nasehat semata, sementara.
Ia sendiri tidak mengamalkannya. Adapun kedudukan akhlak dalam kehidupan
manusia menempati posisi yang sangat penting sekali. Pentingnya akhlak ini
tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, akan tetapi ada
juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan juga dirasakan dalam
kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian guru teladan?
2.
Apa yang dimaksud dengan guru sebagai model atau teladan?
3.
Apa Kewajiban Seorang guru teladan?
4.
Apa saja Kriteria-kriteria keteladanan?
5.
Bagaimana cara menjadi seorang guru teladan?
6.
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru teladan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari guru teladan?
2.
Untuk mengetahui maksud dari guru sebagai model atau teladan?
3.
Untuk mengetahui kewajiban seorang guru teladan?
4.
Untuk mengetahui kriteria-kriteria
keteladanan?
5.
Untuk mengetahui cara menjadi seorang guru teladan?
6.
Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru teladan?
D.
Metode Pemecahan Masalah
Metode yang digunakan dalam
pemecahan masalah adalah dengan melalui studi literatur/ metode kajian pustaka,
yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau referensi lainnya yang
merujuk pada permasalahan yang dibahas. Dengan melakukan perumusan masalah,
melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran,
perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta
pengorganisasian jawaban permasalahan.
E.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga
bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah serta sistematika
penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang
terdiri dari simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Guru Teladan
1.
Pengertian Guru
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandagan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga
pendidikan formal tetapi bisa juga di masjid, surau/musholah, dirumah dan
sebagainya.[1]
Dari segi bahasa kata guru berasal
dari bahasa Indonesia yang berarti orangyang pekerjaannya mengajar. Dan menurut
ahli bahasa Belanda J.E.C. Gericke dan T. Roorda yang dikutip oleh
Poedjawijatna, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansakerta, yang
artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti
pengajar. Sedangkan dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan
artinya dengan guru, kata teacher berarti guru, pengajar. Kata educator berarti
pendidik, ahli mendidik. Dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang
mengajar dirumah.
2.
Pengertian Model atau Teladan
Teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk
dicontoh. Sedangkan dalam bahasa Arab adalah Ushwatun Hasanah,dilihat dari
kalimatnya ushwatun hasanah berasal dari dua kata yaitu ushwatun dan hasanah,
sama dengan qudwah yang berarti ikutan, mengikuti dl. Sedangkan hasanah berarti
sebagai perbuatan yang baik. Jadi uswatun hasanah adalah suatu perbuatan yang
baik untuk ditiru atau diikuti orang lain.[2]
Keteladanan ini merupakan prilaku seseorang yang disengaja ataupun
tidak sengaja dilakukan dan dijadikan contoh bagi seseorang yang mengetahui dan
melihatnya. Pada umumnya keteladanan ini merupakan contoh tentang sifat,sikap
dan perbuatan yang mengarah kepada perbuatan baik untuk ditiru atau di contoh.
Dengan demikian keteladan seorang guru adalah sesuatu perbuatan
atau tingkah laku yang patut untuk ditiru dan dicontoh oleh perserta didik,
yang dilakukan oleh seorang guru didalam tugasnya sebagai pendidik,baik tutur
kata atau perbuatan yang dapat diterapkan didalam kehidupan sehari-hari oleh
murid, baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.[3]
B.
Guru Sebagai Model atau Teladan
Pada awalnya, ide menjadi seorang panutan akan tercipta karena
kebiasaan. Kadang-kadang, Anda menjadi seorang panutan hanya karena usia Anda,
jenis kelamin, bidang pelajaran, atau latar belakang sosial budaya. Anda
mungkin menjadi satu-satunya guru pria yang bekerja di sekolah dasar Anda, atau
satu-satunya guru olahraga wanita di wilayah Anda. Namun, guru sebagai seorang
panutan lebih dari sekadar itu. Hal ini berkenaan dengan menunjukkan contoh
yang konsisten dari perilaku dan sikap yang sesuai, acap kali bagi mereka yang
kurang mendapatkan hal tersebut di luar lingkungan pendidikan. Beberapa dari
siswa kami yang sangat nakal biasanya menjadi orang dewasa yang berperilaku
agresif: diperlukan waktu bagi mereka untuk menyadari bahwa ada cara lain untuk
berinteraksi dengan dunia.
Anak-anak muda meniru apa yang mereka lihat, dan sangat penting
untuk mengingat hal tersebut dalam pikiran Anda ketika Anda merasa kesal oleh
perilaku dari beberapa siswa Anda (berapa pun usia mereka). Jika seorang anak
dibesarkan di sebuah rumah di mana sering kali terdengar kata makian, ia
mungkin akan membawa bahasa tersebut ke sekolah. Akan tetapi, jika mereka
menghormati Anda, siswa Anda mungkin berusaha meniru Anda. Mereka mungkin
meniru perilaku dan cara Anda berhubungan dengan orang; mereka mungkin
mempelaiari pelajaran yang Anda ajarkan dengan maksimal, karena Anda telah
menginspirasi mereka untuk menyukai pelajaran tersebut seperti Anda
menyukainya.
Salah satu cara kunci agar kita dapat memberikan contoh perilaku
yang baik kepada siswa kita adalah memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin
diperlakukan, contohnya, dengan sopan dan penuh hormat. Kita mungkin berpikir
bahwa bersikap sepan akan menjadi strategi yang relatif mudah untuk diterapkan
dan dipertahankan. Namun, ketika kita dihadapkan dengan tekanan yang disebabkan
oleh tindakan bermusuhaq atau kekasaran yang terjadi terus-menerus, kita akan dengan
sngat mudah melakukan tindakan yang serupa. Sebelum Anda menyadarinya, Anda pun
mengucapkan komentar kasar.[4]
C.
Kewajiban Seorang Guru Teladan
Setiap tenaga didik (guru dan
karyawan) di lembaga pendidikan harus memiliki tiga hal yaitu competency, personality;
dan religiosity. Competency menyangkut kemampuan dalam menjalankan tugas secara
profesional yang meliputi kompetensi materi (substansi), keterampilan, dan
metodologi. Personality menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasi,
sedangkan religiosity menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengamalan di
bidang kagamaan. Dengan ketiga hal tersebut, guru akan mampu menjadi model dan
mampu mengembangkan keteladanan di hadapan siswanya. Semua guru adalah guru
agama. Artinya, tugas untuk menanamkan nilai-nilai etis religius bukan hanya
tugas guru bidang studi keagamaan saja, melainkan tugas semua orang di lembaga
pendidikan ini, termasuk kepala sekolah dan karyawan adalah guru agama. Bahkan,
bukan hanya guru dan karyawan, Pak Tukang pun harus memberi contoh kepada
siswa. Semua pekerja bangunan diminta berpuasa pada bulan Ramadlan dan
menjalankan shalat fardu. Guru dianjurkan untuk tidak merokok, dan bagi yang
belum bisa meninggalkannya, disediakan tempat khusus yang aman dan tidak
terlihat oleh siswa. Sekolah seharusnya punya pedoman pemberian poin
penghargaan prestasi guru dan karyawan yang secara cermat mampu digunakan Untuk
pedoman pembinaan dan arah pengembangan.
Semua orang dalam komunitas sekolah
harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik. Bahkan, peserta didik yang
senior juga harus mampu menjadi teladan bagi adik-adiknya. Berbagai prestasi
(akademik dan non-akademik) siswa kelas tiga dan dua merupakan keteladanan yang
nyata dan memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi adik-adik kelasnya. Keteladanan
yang dikembangkan di sekolah adalah keteladanan secara total, tidak hanya dalam
hal yang bersifat normatif saja sepertiketekunan dalam beribadah, kerapian,
kedisiplinan, kesopanan kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang
melekat pada tugas pokok atau tugas utamanya.[5]
D.
Kriteria-kriteria Keteladanan
secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa criteria-kriteria keteladanan meliputi:
1.
Bersikap adil terhadap sesama murid
Seorang guru harus memperlakukan anak didik
dengan cara yang sama antara satu dngan yang lainnya, karena anak didik tajam
pandangnnya terhadap perlakuan yang tidak adil. Dalam hal ini guru harus
memperhatikan semua muridnya, tidak boleh bersifat pilih kasih, seperti guru lebih
memperhatikan murid-murid yang lebih pandai dari pada yang lainnya
2.
Berlaku sabar
Sikap sabar perlu dimiliki oleh guru, karena
pekerjaan guru dalam mendidik siswa tidak dapat ditunjukan dan tidak dapat
dilihat hasilnya secara seketika didalam memberikan teladan. Hasil usaha guru
dalam memberikan penddikan dapat dipetik buahnya dikemudian. Selain itu juga
guru menghadapi siswa yang mempunyai watak yang berbeda dan yang tentu saja
mempunyai keinginan yang berbeda pula, oleh karena itu sifat sabar sangat
penting dan harus dimiliki oleh guru dalam mendidik dan membimbing mereka.
3.
Bersifat kasih dan penyayang
Sebagai seorang pendidik dan pembimbing sifat
terpenting yang harus dimiliki oleh guru adalah lemah lembut dan kasih sayang.
Apabila murid merasa diperlakuan dengan kassih sayang oleh gurunya, ia akan
merasa percaya diri dan tentram berdampingan dengannya. Guru hendaknya
menghindarkan diri dari menggunakan kekejaman dalam memperhalus prilaku murid.
Didalam membimbing murid hendaknya guru
menerapkan metode kasi sayang, bukan pencelaan. Apabila murid berakhlak buruk,
sedapat mungkin guru hendaknya mnggunakan kiasan atau lemah lembut, jangan
terang-terangan atau celaan. Jika guru selalu menggunakan celaan, maka secara
tidak langsung ia mengajarkan unuk berani melawan dan menentang serta lari dan
takut kepada guru.
4.
Berwibawa
Seorang guru hendaklah mempunyai kewibawaan,
maksudnya adalah apa yang dikatakan oleh guru baik itu perintah, larangan atau
nasihat yang diberikan kepada murid diikuti dan dipatuhi, sehingga semua murid
hormat dan segan kepada guru. Patuhnya seorang murid bukan karena takut tapi
karena segan.
5.
Menjauhkan diri dari perbuatan tercelah
Suatu hal yang sangat penting yang harus dijaga
oleh seorang guru adalah tingkah laku dan perbuatannya, mengingat guru adalah
pembimbing murud-murid dan menjadi tokoh yang akan ditiru, maka kepribadiannya
pun menjadi teladan bagi murid-muridnya
6.
Memiliki pengetahuan dan ketrampilan
Untuk mengajar, sorang guru harus membekali
diri dengan berbagai ilmu pengetahuan disertai pula seperangkat latihan
ketrampilan keguruan. Semua itu akan menyatu dalam diri seorang guru hingga
merupakan seorang yang berpribadian khusus, yakni ramuan dari pengetahuan,
sikap dan ketrampilan keguruan serta penguasaan beberapa ilmu pengetahuan yang
akan ditransformasikan kepada anak didik, sehingga mampu membawa perubahan
didalam tingkah laku anak didik.
7.
Membidik dan membimbing
Seorang guru menjadi pendidik sekaligus
pembimbing. Sebgai pendidik guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun
sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik,
termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau
kesulitan yang dihadapi anak didik
8.
Bekerjasama dengan demokratis
Maksudnya adalah dalam menndidik murid, tidak
hanya dilakukan oleh seorang guru saja, namun harus ada kerjasama yang baik
dari sesama guru. Jika guru-guru saling bertentangan maka murid-murid tidak
tahu apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang. Dalam hal ini dituntut
adanya hubungan baik dan interaksi antara guru, guru dengan anak didik, guru
dengan pegawai, pegawai dengan anak didik.[6]
E.
Cara Menjadi Seorang Guru Teladan
Berikut adalah beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai kepribadian yang layak ditiru
dan dicintai oleh anak didiknya:
1.
Sesuainya Kata dan Perbuatan
Cara yang paling dominan dipakai oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran dan segala hal terkait dengan pengajaran adalah
menggunakan perkataan. Dengan perkataan yang dirangkai sedemikian rupa, seorang
guru menyampaikan banyak hal, baik itu berkaitan langsung dengan proses belajar
mengajar maupun nilai-nilai pendidikan secara umum. Di sinilah perkataan
mempunyai peranan yang cukup penting dalam menentukan apakah proses belajar
mengajar yang dilakukan dapat berhasil atau tidak.
Tetapi seorang guru yang hanya pandai berkata-kata, namun tak
berbanding lurus dengan perbuatannya, sungguh sulit menarik perhatian yang
sebenarnya dari para siswa. Bisa jadi apa yang disampaikan oleh sang guru didengarkan
oleh anak didiknya, namun dalam hatinya mereka menganggap hanyalah omong kosong
belaka. Bila hal ini yang terjadi, tujuan pendidikan pun akan sulit tercapai
dengan baik.
Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk menjaga apa yang
disampaikannya agar senantiasa sesuai dengan perbuatannya. Atau sebaliknya,
yakni menjaga perbuatannya agar senantiasa sesuai dengan perkataan yang
disampaikannya kepada anak didiknya. Bila seorang guru telah mampu menyesuaikan
antara perkataan dan perbuatan, tentu ia akan mempunyai kepribadian yang
menimbulkan rasa percaya bagi anak didiknya. Bahkan, tidak hanya menimbulkan
rasa percaya, tetapi juga kekaguman dalam diri anak didik. Inilah sesungguhnya
yang membuat anak didik sangat terkesan dan mencintai gurunya bila sudah
demikian, otomatis sangat terkait erat dengan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
2.
Menyadari Kedudukannya Sebagai Seorang Guru
Kesadaran sebagai seorang guru yang dimaksudkan di sini adalah
kesadaran yang senantiasa tertanam bahwa ia seorang pendidik bagi anak
didiknya. Kesadaran seperti ini sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar
ia dapat mendidik murid-muridnya dengan baik. Sungguh, meskipun berada di
sekolah, bukan berarti seorang guru secara otomatis bisa menyadari bahwa
dirinya adalah seorang guru dalam arti yang sesungguhnya. Mengenai hal ini,
dapat dibuktikan bahwa tidak sedikit di antara guru yang mengajar apa adanya,
tanpa persiapan yang baik, pekerjaannya hanya marah-marah, atau lebih parah
lagi tidak mau tahu anak didiknya bisa memahami materi yang disampaikannya atau
tidak.
Keadaan menyedihkan sebagaimana di atas akibat dari seorang guru
yang tidak menyadari kedudukannya sebagai seorang guru yang sesungguhnya penuh
dengan tanggung jawab. Ketika seseorang menyadari kedudukannya sebagai seorang
guru, akan muncul semangat dan dedikasi yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya
dengan senang hati ketika berada di sekolah.
Bagi seorang guru, menyadari kedudukannya sebagai pendidik memang
tugas resminya ketika berada di sekolah. Namun, menyadari kedudukannya sebagai
seorang guru memang tidak hanya disadarinya ketika berada di sekolah saja,
tetapi di mana pun berada tetaplah seorang guru. Di sinilah sesungguhnya
keistimewaan profesi menjadi seorang guru.
3.
Terus Belajar dan Menambah Ilmu Pengetahuan
Seorang guru yang bisa menyampaikan materi pelajaran dengan baik
akan disenangi oleh anak didiknya. Hal ini tentu berbeda dengan seorang guru
yang menyampaikan materi dengan “berputar-putar” yang sebenarnya berangkat dari
ketidakpahaman mengenai persoalan tersebut. Di sinilah sesungguhnya seorang
guru dituntut untuk terus belajar dan menambah ilmu pengetahuannya. Tidak hanya
menguasai materi pelajaran dengan baik, seorang guru yang dicintai oleh banyak
anak didiknya harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas. Apalagi,
seorang guru yang hidup di zaman kecanggihan teknologi dan beragam ilmu
pengetahuan serta informasi yang dapat diakses pada setiap saat melalui media
yang bernama internet.
Di sinilah sesungguhnya seorang guru ditantang untuk terus bisa
memperbarui ilmu pengetahuannya sehingga anak didiknya pun mendapatkan nilai
lebih dari keluasan pengetahuannya. Guru yang semacam inilah yang biasanya
mendapatkan tempat istimewa di hati para anak didiknya. Seorang guru yang bisa
menjawab kebingungan anak didik terhadap mata pelajaran maupun soal kehidupan
pada umumnya.
Guru yang terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan juga
berwawasan luas berkaitan dengan hal di luar pelajaran sekolah. Hal ini penting
bagi seorang guru yang mendampingi anak didiknya dikala proses dan berkembang
dalam kehidupan ini. Ketika anak didik mendapatkan persoalan dalam
kehidupannya, ia akan mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari gurunya.
Sungguh. seorang guru bisa secara terus-menerus menempa dirinya sehingga ilmu
pengetahuannya semakin luas dan mempunyai pemahaman yang baik berkaitan dengan
kehidupan ini, tentu akan dicintai oleh anak didiknya.[7]
F.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Oleh Seorang Guru yang Teladan
Sebagai teladan, tentu saja pribadi
dan apa yang dilakukan guru akan-mendapat sorotan peserta didik serta orang di
sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan
itu, beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu
didiskusikan para guru :
1.
Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam
masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran,
kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri.
2.
Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
3.
Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja
yang ikut mewarnai kehidupannya.
4.
Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
5.
Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
6.
Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, dan terutama bagaimana berprilaku.
7.
Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi
dan memecahkan masalah.
8.
Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9.
Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10.
Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan
untuk menilai setiap situasi.
11.
Kesehatan: kualitas .tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang antusias dan semangat hidup.
12.
Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang
setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan ini.[8]
Para guru dapat
menambah aspek-aspek tingkah laku lain yang sering muncul dalam kehidupan
bersama peserta didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai cara pada
contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan
pekerjaannya sehari-hari. “Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian
integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung
jawab untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan
khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Pertanyaan yang
timbul adalah apakah guru harus menjadi teladan baik di dalam melaksanakan
tugasnya maupun dalam seluruh kehidupannya? Dalam beberapa hal memang benar
bahwa guru harus bisa menjadi teladan di kedua posisi itu, tetapi jangan sampai
hal tersebut menjadikan guru tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dalam
batas-batas tertentu, sebagai manusia biasa tentu saja guru memiliki berbagai
kelemahan, dan kekurangan.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seorang guru yang dicintai oleh anak
didiknya adalah guru yang mempunyai kepribadian yang layak ditiru. Inilah kepribadian
utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut falsafah Jawa, kata guru
berasal dari kalimat “bisa digugu (dipercaya) dan ditiru tingkah lakunya oleh
anak didiknya. Dua hal sebagaimana tersebut, yakni bisa dipercaya dan layak
ditiru, adalah modal utama bagi siapa saja yang ingin berkepribadian unggul.
Orang yang mempunyai kepribadian demikian akan mempunyai tempat yang istimewa
di hari para sahabat dan koleganya. Lebih-lebih, bagi seorang guru yang memang
pekerjaannya mendidik para siswa agar pandai di bidang ilmu pengetahuan dan
mempunyai kepribadian yang luhur. Sudah tentu, tidak bisa tidak, ia harus bisa
dipercaya dan bisa ditiru oleh anak didiknya. Bila tidak, alamat tujuan pendidikan
dan pengajaran yang diampu oleh sang guru tersebut akan mengalami kegagalan.
Sebagai guru yang bertanggung jawab,
tentu tidak ingin apa yang dilakukannya terkait dengan proses belajar mengajar
mengalami kegagalan. Meskipun kita juga tidak menutup mata, masih ada saja guru
yang mempunyai kepribadian tidak bisa dipercaya dan ridak bisa untuk dijadikan
contoh atau teladan tingkah lakunya. Meskipun demikian, masih banyak guru yang
mencoba untuk terus memperbaiki diri. Bila seorang guru telah mampu menata diri
dan menunjukkan bahwa ia layak dipercaya dan bisa dijadikan contoh bagi anak
didiknya, ia akan dicintai oleh anak didiknya, bahkan hingga anak didiknya
telah lulus sekolah.
B.
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menimbulkan rasa ingin tahu, dan rasa memperbaiki diri agar menjadi
seorang guru yang teladan untuk anak maupun peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Menjadi Guru Favorit,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Cowley, Sue. 2011. Panduan Manajemen Prilaku Siswa. Jakarta:
Erlangga
Barizi Ahmad dan Muhammad idris. 2009. Menjadi Guru Unggul.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Halwi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Rajawali Pers
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran
(edisirevisi), Pekalongan: IAIN PRESS, 2017
Ulwan, Abdullah Nashih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam
islam. Semarang: Asy-Syifa
Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab Indonesia. Jakarta:
Hidakarya Agung
Biodata Diri
Nama :
ADE SISKIATUL HIKMAH
Nim : 2317054
TTL : Pekalongan, 28 juli 1998
Alamat :
Jl. KH. Abdul Wahab 1 rt/rw 001/006,
Kel. Duri Kosambi, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat
No.HP : 08979682327
Hobi : Membaca dan memasak
Jurusan : Pendidikaan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas : Tarbiyah
Riwayat pendidikan :
1.
MI ZAHROTUL ATHFAL 2005-2011
2.
MTS NURUL QUR’AN 20011-2014
3.
MAN 16 JAKARTA 2014-2017
LAMPIRAN
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran
(edisirevisi), (Pekalongan: IAIN PRESS, 2017), hlm. 2
[7] Akhmad
Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
hlm.56-59
[8] Zaenal
Mustakim, op.cit., hlm. 21-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar