Laman

new post

zzz

Jumat, 13 April 2012

E8-45 Kisrowiyah


MAKALAH
HADITS TENTANG PENYELEWENGAN TUGAS PENYEBAB RUSAKNYA TATANAN
Hadits No. 45
Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah                : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu        : M. Ghufron Dimyati, M.S.I.









Disusun Oleh :
Kisrowiyah                  2021110231
                                                           

Kelas E

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan identik dengan kekuasaan. Kekuasaan adalah masalah posisi dan jabatan. Sedangkan jabatan adalah amanah. Kata amanah merupakan lawan dari khianat. Amanah adalah sendi utama dari interaksi.
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dibanding dengan yang lainnya. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, yang merupakan amanat yang harus dipikul oleh manusia dengan sebaik-baiknya.[1]
Seorang khalifah/pemimpin tidak hanya bertugas memerintah dan melarang, akan tetapi ia bertanggung jawab penuh atas apa yang dipimpinnya bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Ia bertanggunng jawab atas setiap kepentingan yang dipercayakan kepadanya. Amanah yang diemban adalah kepentingan manusia yang harus selalu dipelihara.








A.    Materi Hadits                             
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ قَالَ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّة
يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّة[2]

B.     Terjemah Hadits                                                                                                Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami Abu al-Asyhab dari al-Hasan dia berkata, “Ubaidullah bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar al-Muzani yang sedang sakit dan menyebabkan kematiannya. Ma’qil lalu berkata, ‘Sungguh, aku ingin menceritakan kepadamu sebuah hadits yang aku pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sekiranya aku mengetahui bahwa aku (masih) memiliki kehidupan, niscaya aku tidak akan menceritakannya. Sesunguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa diberi jabatan  oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan Surga atasnya. [3]

C.   Mufrodat                                                 
Menjenguk   
عَادَ 
Pada saat dia menderita sakit
فِي مَرَضِهِ
Yang berujung dengan kematiannya
   الَّذِي مَاتَ فِيهِ
Tidaklah seorang hamba
مَا مِنْ عَبْدٍ
Diberi jabatan
يَسْتَرْعِيهِ
Rakyat
   رَعِيَّة
Menipu
غَاشٌّ


  1. Biografi Perowi
Nama lengkapnya adalah Ma`qil bin Yasar bin Abdullah Al- Mazni, seorang perawi hadis yang dijuluki dengan Abu Ali. Beliau berdomisili di Kota Basrah, wafat pada masa Khalifah Muawiah ketika Abdullah bin Ziyad menjabat gubernur di sana. Ia meninggal di Bashrah sekitar tahun 60-an. [4]

  1. Keterangan Hadits   
Adapun sebab yang menjadikan Ma’qil bin Yasar tidak menceritakan hadits tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad kecuali ketika beliau sudah mendekati ajal disebabkan bebarapa hal yang mana para ulama’ berselisih pendapat dalam hal tersebut, diantaranya adalah :
 Qadhi Iyadh rahimahumullah berkata,” Hanyasanya yang menyebabkan Ma’qil bin Yasar melakukan hal demikian adalah :
1.      Dikarenakan beliau mengatahui bahwasanya beliau termasuk orang yang tidak akan didengar nasehatnya oleh Ubaidillah bin Ziyad sebagaimana orang-orang yang lainnya, kemudian beliau merasa khawatir dan takut terhadap ancaman bagi orang yang menyembunyikan  hadits, sehingga beliau menyampaikan hadits tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad.
2.      Beliau melakukan hal yang demikian dikarenakan khawatir jika beliau menyebutkan hadits tersebut akan membangkitkan kemarahan manusia dikarenakan buruknya perangai Ubaidillah bin Ziyad yang berani melanggar larangan Rasulullah dalam hadits di atas berupa berbuat curang bagi seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Maksud dari keharaman surga bagi penguasa yang curang dalam hadits di atas adalah sebagai berikut :
1.      Penguasa yang curang sekali-kali tidak akan bisa masuk surga dan kekal didalamnya dikarenakan perbuatan tersebut termasuk dari dosa besar. Ini adalah pendapat khawarij yang mereka meyakini bahwa pelaku dosa-dosa besar kekal di nereka.
2.      Maksud keharaman di atas adalah larangan bagi penguasa yang curang untuk masuk surga bersama orang-orang yang terdahulu masuk surga, karena ia harus mempertanggung jawabkan kedzalimannya tersebut di hadapan Allah Ta’ala. Ini adalah pendapat dari Imam An-Nawawi rahimahumullah.[5]
Ibnu Baththal berkata hadis tersebut merupakan ancaman keras terhadap para pemimpin dzalim yang menyia-nyiakan amanah yang dititipkan Allah kepada mereka, mengkhianati atau mendzalimi rakyat, sehingga dia dituntut karena mendzalimi para hamba pada hari kiamat. Sebagai balasannya dia tidak  akan masuk surga bersama rakyat, bahwasannya dia tidak masuk surga pada satu waktu tetapi bukan selamanya.[6]           
Adapun bentuk dari kecurangan yang dilakukan pemimpin terhadap rakyatnya diantaranya adalah mengambil harta rakyat secara dzalim, menumpahkan darah rakyat tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’I, melecehkan kehormatan rakyat, menahan hak-hak yang seharusnya menjadi hak rakyat, tidak memperdulikan pengetahuan rakyat terhadap ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan agama maupun dunia, meremehkan penegakan hukum-hukum Allah dan memimpin tanpa dasar keadilan, serta masih banyak lagi contoh-contoh perbuatan curang yang dilakukan pemimpin kepada rakyatnya.[7]                  
Oleh karena itu, Rasulullah tidak melewatkan berita gembiranya bagi yang berbuat kebaikan dan memberikan peringatan keras bagi yang berbuat curang atasnya. Sebab sejahat-jahat manusia (penguasa) adalah mereka yang memakan (menindas) hak rakyat dan merusak kehidupan rakyat.
Nabi bersabda:                                                                                               
“Sejahat-jahat penguasa adalah siapa yang melahap harta yang bukan haknya, sebab ia mmembuat rusaknya tata cara dan menjadi penyebab penderitaan, meluasnya kesulitan serta meratanya kerusakan”.
Bahkan bukan hanya itu. Rasulullah SAW  mendoakan bagi siapa saja yang menyusahkan urusan ummat Islam agar Allah Subhaanahu Wa Ta’aala menyusahkan kehidupannya. Sebagaimana sabda nabi:
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah, barangsiapa menguasai salah satu urusan umatku, lalu menyusahkan mereka, maka berilah kesusahan padanya." (HR Muslim)[8]
                       
F.     Aspek Tarbawi
1.      Setiap pemangku jabatan adalah pemimpin, begitu juga seorang pendidik.
2.      Bertanggungjawab atas kewajiban dan tugasnya.
3.      Apabila dipercaya jangan berkhianat.
4.      Tidak berbuat dzalim dan curang.
5.      Berbuat adil

BAB III
PENUTUP
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Nabi telah memberikan nasihat kepada kita semua bahwasanya seorang pemimpin bertanggung jawab penuh atas apa yang dipimpinnya baik di dunia maupun di akhirat. Dan kelak akan diperhitungkan mengenai pertannggungjaawabannya.
Amanah yang diemban adalah kepentingan manusia yang harus selalu dipelihara. Dan Nabi juga memberikan peringatan keras kepada para pemimpin yang berbuat curang atas apa yang telah diamanahkan kepadanya. Bahwasanya setiap pemimpin yang meninggal sedangkan ia menipu rakyatnya, maka diharamkan surge baginya bahkan jika ia tidak menasehati mereka ia tidak dapat masuk surga.
Dan juga termasuk corak penguasa yang jelek dan busuk adalah mereka yang dippercaya urusan rakyat yang apabila sudah cenderung kepada kecurangan serta pandai mengelabuhi masyarakat ddengan mengajukan dan menghimppun bbeberapa dalih yang dipaksakan (dibuat-buat) diiringi sumpah, maka tiada tempat bagi mereka yang layak kecuali kerak neraka yang menyedihkan dan sangat menyakitkan.







DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafizh, Al-Imam dan Ibnu Hajar Al-Asqolani. 2009. Fathul Baari 35 syarah Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka azzam.
Baya’syut, Abu Syauqi 2001. Nasihat Nabi bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Arafah.
Muslim, Imam dan Imam An-nawawi.  Shahih muslim  bi syarh Imam An-Nawawi juz awal.
 Razak, A dan Rais Lathief. 1978. Terjemahan hadits: Shahih Muslim juz 1. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Risalah-Islam. Blogspot.com/2011/12/ Pemimpin-yang-menipu-dan-berbuat-curang.html
http://www.penerbitakbar.com/tazkiyatun-nafs/120-pemimpin-yang-adil
http:///Sahabat nabi. Biografi Sahabat Nabi oleh Meniti Jejak Salaf pada 20 Oktober 2011 pukul 20:47


[1] http://www.penerbitakbar.com/tazkiyatun-nafs/120-pemimpin-yang-adil
[2]Imam Muslim dan Imam An-nawawi, Shahih muslim  bi syarh Imam An-Nawawi juz awal, hlm.165
[3] A. Razak dan Rais Lathief, Terjemahan hadits: Shahih Muslim juz 1,(Jakarta: Pustaka al-Husna,1978), hlm.92-93

[4] http:///Sahabat nabi. Biografi Sahabat Nabi oleh Meniti Jejak Salaf pada 20 Oktober 2011 pukul 20:47

[5] Risalah-Islam. Blogspot.com/2011/12/ Pemimpin-yang-menipu-dan-berbuat-curang.html
[6] Al-Imam Al-Hafizh dan Ibnu Hajar Al-Asqolani, Fathul Baari 35 syarah Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka azzam, 2009), hlm.443-444
[7] Risalah-Islam. Blogspot.com/2011/12/ Pemimpin-yang-menipu-dan-berbuat-curang.html
[8] Abu Syauqi Baya’syut, Nasihat Nabi bagi Para Pemimpin, (Jakarta: Pustaka Arafah, 2001), hlm 126-127

27 komentar:

  1. sri setianingrum
    2021110209

    apabila dalam sebuah organisasi terdapat gejala-gejala pemimpin yang menyeleweng, sikap apa yang seharusnya orang yang di pimpin lakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sikap yang kita lakukan sebasgai orang yang dipimpin yaitu dengan cara mengingatkan bahwa apa yang telah dilakukannya menyeleweng apabila sudah di ingatkan masih tetap menyeleweng maka kita menasehatinya, kemudian jika masih tetap seperti itu, kita bisa mengadukannya kepada orang yang kedudukannya lebih tinggi.

      Hapus
  2. Rizki Amalia R
    2021110213 E

    Apasaja indikasi dari pemimpin yang menyeleweng?? Dan bagaimana cara meminimalisir dampak dari perilaku penyelewengan pemimpin terhadap tatanan pemerintahan dan rakyat? terimakasaih:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. *Indikasi pemimpin yang menyeleweng yaitu tidak menjalankan tugas, mengabaikan keadilan, penggelapan barang milik negara, penyalahgunaan negara,penggelapan pajak, manipulasi peraturan, menghindari pajak, menutupi kejahatan, konflik kepentingan, dll.
      *Cara meminimalisasi dampak dari perilaku penyelewengan yaitu dimulai ketika diadakannya pemilu, bahwa rakyat harus benar-benar memperhatikan dan mengenal karakter dan kepribadian orang-orang yang akan dipilihnya sebagai pemimpin(Suyitno dkk, korupsi, hukum & moralitas agama),dengan cara memilih pemimpin yang baik(jujur, adil, amanah, syaja'ah(pemberani), bertanggung jawab, merakyat, dan berwawasan luas)

      Hapus
  3. Tri Indah Pamuji
    2021110198
    kelas E

    bgaimana pendapat anda tentang penyelewengan2 di negara kita ini ?? dan bagaimanakah cara memberantatasnya ?? seperti halnya korupsi, dll bgaimana caranya ?? dan hukuman apa yg pantas bagi mereka agar mereka jera dan takut utk melakukannya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. -Mengenai masalah penyelewengan di negara kita disebabkan kurangnya kesadaran terhadap jabatan yang dimilikinya. Dan kalau kita amati para pemimpin/pejabat adalah orang-orang yang pintar, bahkan tidak jarang mereka bertitel doktor dan profesor. Yang jadi permasalahan bukan karena mereka bodoh, akan tetapi mereka tidak mempunyai hati nurani yang bersumber dari keimanan yang benar.
      -Cara memberantas seperti halnya korupsi yaitu:
      1. diperlukan adanya agenda dan prioritas yang jelas.
      2. perlu dilakukan kampanye kepada masyarakat agar korupsi dipandang sebagai penyakit sosial dan musuh bersama yang harus diperangi sedini mungkin.
      3. diperlukan komitmen tinggi dari para penguasa dan seluruh masyarakat untuk menindak tegas para koruptor tanpa pandang bulu.
      4. diperlukan adanya sistem monitoring yang efektif dan suatu sistem pengaduan masyarakat.
      5. harus diterapkannya tranparansi dan akuntabilitas.(suyitno,dkk. korupsi, hukum& moralitas agama, hlm. 279-282)
      -Hukumannya yaitu dengan hukuman ta'zir, yang didalam pelaksanaannya mungkin menyamai/bahkan melebihi sanksi hukum qishas, sesuai dengan pertimbangan hakim dengan memperhatikan berbagai konteks yang relevan.

      Hapus
  4. Nama : Ekawati
    NIM : 2021110230
    Kelas : E

    Assalamu'alaikum . .
    Pertanyaan saya cukup singkat, Apasaja yang yang harus dilakukan supaya kita terhindar dari penyelewengan tugas, apabila kita nantinya menjadi seorang pemimpin ?
    Wassalamu'alaikum . . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam..........
      Yang harus kita lakukan agar kita terhindar dari penyelewengan tugas, apabila menjadi seorang pemimpin, yaitu:
      1. membenahi atau memperbaiki akhlak kita.
      2. menanamkan akhlak terpuji dalam diri kita, seperti jujur, adil, tidak ambisius, mampu mengendalikan hawa nafsu.
      3. selalu ingat bahwa apa yang kita lakukan tidak lepas dari pengawasan Allah SWT.
      4. Dan yang paling penting yaitu mempunyai hati nurani yang dari keimanan yang benar. hati nurani terwujud dalam akhlak dan perilaku manusia dalam menghadapi /mengambil sebuah keputusan.

      Hapus
  5. nama : salafudin
    nim : 2021110207
    kelas : e

    assalamualaikum
    selaku orang kecil sikap apa yang harus kita lakukan dalam jika negara terindikasi terjadi penyelewengan,,,????

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam
      selaku orang kecil sikap yang kita lakukan yaitu ketika kita punya unek-unek dan juga bisa melaporkan tindakan para pejabat yang menyeleweng menyeleweng kepada lembaga yang berwenang untuk ditindak lanjuti.selain itu kita juga bisa melakukan demo yang tidak anarkhis dan tidak merusak fasilitas-fasilitas yang ada.

      Hapus
  6. uswatun khasanah
    2021110210
    kelas:E

    pertanyaan saya cukup sederhana yaitu,hukuman apa yang pantas diberikan kepada seorang pemimpin yang menyeleweng?
    mohon penjelasannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sanksi hukum yang dapat dikenakan adalah ta'zir, yang didalam pelaksanaannya mungkin menyamai/bahkan melebihi sanksi hukum qishas, sesuai dengan pertimbangan hakim dengan memperhatikan berbagai konteks yang relevan. Selain itubisa ditambah dengan sanksi moral yang dilakukan dengan terus-menerus menanamkan unsur moralitas bagi para pemimpin yang menyeleweng.(Suyitno, dkk. korupsi, hukum& moralitas agama, hlm.139)

      Hapus
  7. hammydiati azifa L I
    2021110208
    kelas E

    menurut pendapat anda lebih baik mengutamakan yang mana, antara kewajiban sebagai pemimpin keluarga dengan pemimpin pada suatu instansi/organisasi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keduanya penting, tetapi menurut saya lebih baik mengutamakan kewajiban sebagai pemimpin keluarga, karena biar bagaimana pun keluarga merupakan satuan kecil dalam masyarakat dan terbentuknya masyarakat yang baik itu juga tergantung dari keluarga-keluarga yang ada dalam masyarakat tersebut. Namun apabila seseorang sudah terjun dalam suatu organisasi maka ia tidak boleh meninggalkan kewajibannya dengan alasan keluarga.

      Hapus
  8. af'idatun nisa'
    2021110199
    kelas E

    bagaimana cara kita menasihati pemimpin yang menyeleweng sehingga dapat membuatnya berubah menjadi lebih baik tetapi tidak membuatnya tersinggung !!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara menasihati pemimpin yang menyeleweng yaitu menasihatiinya dengan cara yang tersembunyi, seperti sabda Nabi:
      Dari Hisyam Ibnu Hakam meriwayat-kan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpin, maka jangan dilakukan secara terang-terangan. Akan tetapi nasihatilah dia di tempat yang sepi, jika menerima nasihat itu, maka sangat baik dan bila tidak menerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban Nasihat kepadanya”. (H.R Imam Ahmad).
      Bahwasanya Menasihati seorang pemimpin harus berangkat dari sebuah kepahaman tentang hal apa yang akan dinasihatinya.
      Mendahulukan sikap kejujuran dan keberanian.
      http://tausiyahhidup.blogspot.com/2010/02/nasihat-untuk-pemimpin.html

      Hapus
  9. Laili masrukhah
    2021110193
    kelas E

    bagaimana menurut anda jika kita sendiri yang dihadapkan dengan permasalahan penyelewengan,
    contoh sederhananya dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahwasanya kita harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam setiap perbuatan, baik dalam mengerjakan tugas atau lainnya, selain itu kita hendaknya mempunyai kesadaran bahwa tugas yang diberikan kepada kita itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita kerjakan.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. siti kuntari
    2021110191
    kelas E

    menurut anda faktor apa yang paling berpengaruh bagi para pejabat yang menyeleweng dari tugasnya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. faktor yang berpengaruh yaitu hawa nafsu dan egoisme. karena dengan keduanya bisa mengubah kesadarannya terhadap amanah yang diberikan kepadanya. amanah yang diterlmanya tidak lagi menjadi pegangan dan agama yang diyakininya tidak lagi menjadi petunjuk, karena dalam benak mereka (pejabat) yang ada hanyalah bagaimana caranya mengembalikan modal yang di habiskan selama kampanye.

      Hapus
  12. Laila Fitriani
    2021110225
    kelas E

    apa yang anda lakukan jika anda mengetahui kalo teman atao pemimpin anda atao orang yang anda percaya melakukan penyelewengan dalam tugas yang anda berikan??

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaitu dengan mengingatkan bahwa apa yang dilakukannya tidak sesuai/ menyeleweng, kalau diingatkan masih tetap maka kita berikan nasihat,dan jika masih tetap seperti itu, tidak menutup kemungkinan kita sindir secara halus.

      Hapus
  13. naelal khusna

    seoranng pendidik adalah pemimpin. pada waktu kapan pendidik dapat dikatakan sebagai pemimpin?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada waktu kapanpun dan dimanapun, selama ia masih layak dijadikan sebagai pemimpin, yaitu orang yang dalam setiap tindakannya selalu memperhatikan kepentingan orang banyak.Dan selama ia masih bisa dijadikan tauladan yang baik.

      Hapus
  14. ani maftuchah
    2021110201
    kelas E
    jika dalam kepemimpinana keluarga, figur seorang bapak adalah pemimpin dr keluarganya, namun kebanyakan yang terjadi dalam masyarakat adalah meski sebagai pemimpin tapi meninggalkan tanggung jawabnya. jk itu terjadi dalam keluarga anda, bagaimana sikap anda sebagai anak untuk memperjuangkan keadilan dalam keluarga anda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sikap kita sebagai anak yaitu kita mengingatkan secara sopan santun tanpa menyakiti perasaannya, agar mau melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin keluarga. Dan kita harus sabar dan terus berupaya memberikan nasihat, sabar di sini maksudnya yaitu kita sebagai anak tidak boleh membangkang dan selalu mengajak kepada kebaikan.

      Hapus