Laman

new post

zzz

Kamis, 11 April 2013

e9-2 hani'ammari'a BERFIKIR BERJUANG UNTUK RAKYAT



BERFIKIR DAN BERJUANG UNTUK RAKYAT
MAKALAH
      Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah                : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu        : M Ghufron Dimyati, M.S.I



Oleh:
                   Hani’ Ammari’a          (2021 111 279)
Kelas: E

TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
2013







Pendahuluan
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberi kenikmatan islam, iman, dan ihsan serta nikmat kesehatan dan kesempatan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Pada dasarnya manusia adalah pemimpin bagi alam semesta dan itu telah dijelaskan dalam firman Allah SWT. Pemimpin adalah seseorang yang berwenang mengatur atau mengerakkan suatu yang dipimpinnya baik memimpin diri sendiri maupun orang lain. Seorang pemimpin hendaknya mengetahuai apa yang harus ia lakukan agar kepemimpinannya itu berjalan dengan baik dan di kehendaki. Seorang pemimpin hendaknya bisa menjadi panutan atau tauladan bagi yang dipimpinnnya. Seorang pemimpin juga harus berfikir dan berjuang untuk yang dipimpinnnya atau rakyatnya seperti yang akan di jelaskan dalam makalah ini.

















A.    Hadist tentang berfikir dan berjuang untuk rakyat

أن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه فقال له معقل اني محدثك بحديث لولا اني في الموتي لم احدثك به سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : {مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة} (رواه مسلم فى الصحيح)

Artinya :
Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil berkata kepadanya: “aku akan membacakan hadits ku kepadamu, seandainya jika aku tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka”

A.    Mufrodat
Arti mufrodat
Mufrodat
Menjenguk
عاد
Sakit
مر ضه
Maka berkata
فقا ل
Menceritakan
محدّثك
Suatu hadits
بحد يث
Telah mati
الموت
Saya mendengar
سمعت
Seorang pemimpin
أمير
Menghadapi
يلي
Ijtihad
يجهد
Tidak menesehati
ويصح
Tidak masuk
لم يد خل
Surga
الجنة

B.     Biografi perawi
1.      Riwayat hidup imam muslim (812-865)
Imam Muslim bin Hajjaj menurut ibnu shalah lahir tahun 202 hijriah. Dia adalah dari suku Qusyairi (bani Qusyair) yang merupakan golongan suku arab di Nishapur (Iran), pada wilayah kota khurasan. Abdul khusen muslim yang terkenal sebagai ahli hadist ini akhirnya wafat pada tahun 261 hijriyah dengan usia 55 tahu di Nashar Abad.
Dia adalah penulis kitab Hadist Shahih (Al-Jami’us Shahih), juga tergolong seorang hafizh terkenal dan sebagai muhaddist yang menonjol. Imam Muslim selain menulis bukunya ALJAMIUSH SHAHIH (hadist shahih muslim) juga telah menulis buku-buku yang lain seperti Al-Musnabul Kabir, Al-Jamiul Kabir, Al-Ilal dll. Walaupun demikian yang lebih menonjol dalam dunia islam adalah Himpunan Hadist Shahih.[1]
2.      'Ubaidullah bin Ziyad
Dia adalah gubernur Bashrah pada masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiah dan yang kemudian oleh Yazid diangkat pula sebagai Amir Kufah menggantikan Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'anhu. 'Ubaidullah bin Ziyâd inilah yang memobilisasi perang melawan Husain ra dan bahkan menekan dengan ancaman kepada 'Umar bin Sa’d bin Abi Waqqâsh rahimahullah untuk memeranginya.[2]
C.     Keterangan Hadits
Hadits diatas yang diriwayatkan oleh muslim, dimana hadits tersebut menerangkan tentang seorang pemimpin (kepala pemerintahan) yang diserahi untuk memimpin kaum muslim, tetapi dalam kepemimpinannya ia tidak bekerja sungguh-sungguh dan tidak memberikan petunjuk ,maka pemimpin tersebut diharamkan masuk syurga.
Imam qodiiyah menjelaskan hadits diatas adalah pekerjaan seseorang yang tidak mau memberikan manfaat kepada orang lain atau menyembunyikan cerita.tidak mau menyampaikan ataupun tidak mau mengerjakan tugasnya sebagai prmimpin.
Menurut imam qodhiiyad hadits diatas adalah hadits dho’if. Perintah dalam kebaikan dan mencegah dari yang kemungkaran itu adalah wajib meskipun perintah itu tidak didengarkan oleh orang lain. Hadits diatas adalah perbincangan antara dua orang pemuda yaitu ma’qil bin yasar dengan ubaydillah bin ziyad.[3]

D.    Aspek Tarbawi
a.    Seorang pemimpin harus memberikan keteladanan yang baik.
b.     Seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
c.    Seorang pemimpin harus bisa menyelesaikan masalah.
d.   Seorang pemimpin harus bisa memimpin rakyatnya dengan baik dan bijak.



Penutup
Seorang pemimpin hendaknya bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya itu. Seorang pemimpin juga harus bisa mengatur apa yang dipimpinnnya. Hadist diatas juga dapat disimpulkan jika kita menjadi pemimpin kita harus bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Seorang pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam memimpin rakyatnya, jika seorang pemimpin tidak sungguh-sungguh dalam memimpin rakyatnya dan tidak bertanggung jawab maka Allah mengharamkan pemimpin itu untuk masuk surga. Kepemimpinan adalah suatu tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan baik di dunia maupun diakhirat.






























Daftar pustaka
Bhrej, Hussein.1987. Himpunan Hadits shahih muslim.Surabaya : Al-ikhlas.
Al asqolani,  Ahmad bin hajar.1995.Tahdibu Tahdib.Beirut:Darul Fikri,1995.
An-Nawawi, Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif.1995 Shahih Muslim.Bairut Libanon: Darul Fikri.



[1] Hussein Bhreij. Himpunan Hadits shahih muslim. (Surabaya : Al-ikhlas.1987)hal. Ix-xi
[2] Ahmad bin Ali bin Hajar Al asqolani,Tahdibu Tahdib(Beirut:Darul Fikri,1995),hal.273.
[3] Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Shahih Muslim, (Bairut Libanon: Darul Fikri, 1995), hal. 136

32 komentar:

  1. apakah pemimpin umat itu harus mempunyai ilmu agama yang banyak mohon di jelaskan, dan bagaimana pendapat anda jika ada para tokoh ogama yang berebut kekuasaan untuk memimpin seperti yang terjadi pada perang siffin

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pertanyaannya.
      kepemimpinan yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat, ia merupakan orang yang memiliki akhlak terpuji dan merupakan teladan yang baik bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:

      “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik”

      Keteladanan akhlak Rasulullah telah tergambar dan tertuang jelas di dalam Alquran. Itu merupakan ayat atau kalam Allah yang seharusnya menjadi landasan bagi seorang pemimpin yang memimpin umat dan negara ini. Jika pemimpin memahami dan mengamalkan ayat ini, insya Allah tidak ada pemimpin yang memiliki akhlak yang bejat atau kurang terpuji.
      berarty pada dasarnya seorang pemimpin harus berkiblat kepada Rasullallah SAW dan sebaiknya harus menguasai ilmu agama dan bisa mengamalkannnya agar kepemimpinannya itu sesuai dengan ajaran islam yang di contohkan oleh Rasulallah.
      Menurut versi buku-buku sejarah Islam, perang siffin terjadi karena provokasi dari Abdullah bin Saba. Kelompok Abdullah bin Saba’ berupaya menebar fitnah untuk menjatuhkan citra penjabat Negara.

      Hapus
  2. 2021 111 127

    assalamu'alaikum...
    diatas dijelaskan
    a. Seorang pemimpin harus memberikan keteladanan yang baik.
    b. Seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
    c. Seorang pemimpin harus bisa menyelesaikan masalah.
    d. Seorang pemimpin harus bisa memimpin rakyatnya dengan baik dan bijak.
    lah di jaman sekarang banyak pemimpin yang hanya mengandalkan tampang dan wibawa,
    bagaimana menurut pandangan pemakalah,,,
    terimakasih...
    wassalamu'alaikum....

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam..
      makasih atas pertanyaannaya..
      seharusnya seorang pemimpin harus berkiblat kepada Rasullah SAW,dan jika pada kenyataannya seorang pemimpin hanya mengandalkan tampang dan kewibawaannya menurut saya dia bukanlah pemimpin yang baik, dan seharusnya kita sebagai rakyatnya harus pandai-pandai untuk memilih pemimpin agar tidak menyesalinya dikemudian hari...
      trimakasih...

      Hapus
  3. Firda Amalia 2021 111 138

    Assalamu'alaikum....
    Makalah ini menjelaskan tentang pemimpin.Menurut anda apakah perilku politik para pemimpin bangsa ini sudah sesuai dengan konsep pemimpin yg disebutkan diatas?klo tidak, solusi apa yg anda tawarkan melihat kondisi pemimpin bangsa ini sekarang?
    pertanyaan ke 2
    kita tahu bahwa negara kita negara demokrasi, dan ketika memilih pemimpin kita mengadakan pemilu,yang ingin saya tanyakan bagaimana pandangan anda ketika calon pemimpin dari beberapa calon hakikatnya tidak bisa mungkin bisa juga dikatakan kurang mampu, tetapi ia mempunyai masa banyak yang akhirnya ia menjadi pemimpin.bagaimana tanggapan anda?
    terimakasih...

    wassalamu'alaikum...

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam...
      menurut saya belom mb karena pemimpin seharusnya mencontoh apa yang telah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
      solosinya adalah seharusnya para pemimpin itu sendiri kembali kepada Al-quran dan sunah rosul. apalagi negara kita sebagian besar adalah pemeluk islam.

      menurut saya itu adalah sebagian akal-akalan saja dari calon pemimpin. akan tetapi jika banyak rakyat atau massanya mungkin calon pemimpin itu di sukai oleh orang banyak dan sebaiknya kita jangan suudzon dulu. dan pada hakekatnya dalam suatu negara seorang pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya dan rakyat yang mencintai pimpinannya..
      trimakasih mb...

      Hapus
  4. assalamualaikum
    Rahardyani Tyas Subekti
    2021111298

    bagaimana pendapat anda tentang calon pemimpin yang suka menggumbar janji-janji, dan setelah terpilih menjadi pemimpin ia tidak menunjukkan gebrakan yang merubah kehidupan rakyatnya ... lalu sebenarnya apa saja yang menyebabkan pemerintahan indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan??? bagaimanakah sebenarnya kriteria seorang pemimpin yang dibutuhkan indonesia??

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pertanyaannya...
      menurut saya emang hal seperti itu sudah terbiasa terjadi di negara kita ya mb, akan tetapi jika pemimpin itu masih selama batas wajar hekdaknya kita bersabar dengan sikap pemimpin tersebut yang penting tidak merubah akidah dan iman kita.jadi untuk merubahnya sulit ya mb menurut saya harus ada kesadaran dari masing-masing pemimpin tersebut.


      Adapun ciri-ciri seorang pemimpin tersebut, yaitu :

      1. Pemimpin yang Beriman

      Beriman artinya kesadaran untuk menyakini dengan sungguh-sungguh adanya Tuhan. Keyakinan itu menuntut seorang untuk melaksanakan segala perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan. Pemimpin yang beriman memiliki sifat dan ciri - ciri antara lain :

      - seorang itu adil dan jujur

      - dapat menjadi Uswatun Hasanah (suri tauladan yang baik )

      - Lisanul hal ( bahasa tanpa suara, yang dilakukan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan )

      - taat beribadah

      - dapat mengemban amanah ( dapat dipercaya ) dan memiliki kredibilitas

      2. Pemimpin yang Bermoral

      artinya pemimpin tersebut taat kepada aturan - aturan, kaidah-kaidah, dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dan bertindak benar secara moral. adapun ciri-ciri pemimoin yang bermoral diantaranya :

      - santun dalam berbicara maupun berperilaku

      - setia dan taat terhadap peraturan

      - mampu mengendalikan diri agar persatuan, kesatuan, kesejahteraan, keamanan,ketentraman bangsa dan negara dapat terwujud

      - mampu mengangkat citra, harkat, dan martabat bangsa

      - memiliki naluri kebersamaan

      3. Pemimpin yang berilmu dan Cerdas

      artinya seorang pemimpin itu memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Dengan pegetahuan dan wawasannya yang luas tersebut ua diharapkan dapat membawa kemajuan bangsa disegala bidang. Ciri-cirinya :

      - Berpandangan luas dan tidak faatif terhadap golongan

      - komunikatif, informatif, aspiratif, dan akomodatif

      - melihat jau kedepan ( prospektif )

      4. Pemimpin yang Terampil

      Pemimpin yang terampil adalah pemimpin yang memiliki keahlian dalam bidang tugasnya. Artinya seorang pemimpin secar teknis harus terampil agar pekerjaanya menjadi lebih efektif dan efisien. Ciri - ciri pemimpin yang terampil diantaranya :

      - memahami bidang tugasnya

      - pekerja keras

      - mampu memahaami permasalahan yang komplek yang dihadapi bangsa

      - memiliki penglihatan (visi) sosial yang tajam

      - kemampuan merumuskan kebijakan dengan bijaksana dan tepat

      5. Pemimpin yang Demokratis

      artinya pemimpin tersebut lebih mengedepankan prinsip-prinsip demokratis yang mementingkan kepentingan rakyat. ciri dari pemimpin yang demokratis diantaranya :

      - bersikap terbuka, baik dalam menerima ide, saran, maupun kritik

      - mampu menciptakan tenga pengganti danberjiwa demokratis

      - bijaksana dalam meghadapi masalah

      - bersedia mendengar, menerima, dan menghargai pendapat orang lainserta mampu membuat keputusan terbaik

      - mampu mengelola konflik

      trimakasih..

      Hapus
  5. muh. mertojoyo2021 111 155
    apakah di Indonesia sudah termasuk kriteria hadits diatas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pertanyaannya..
      menurut saya pemimpin di Indonesia sudah berfikir dan berjuang untuk rakyat akan tetapi belum terlaksana semua karena pada kenyataannya pemimpin Indonesia juga masih memikirkan kesejahteraan dirinya sehingga belum sepenuhnya tercapai..
      makasih..

      Hapus
  6. Moh. Nasoikhul Ibad 2021 111 178

    Menurut imam qodhiiyad hadits diatas adalah hadits dho’if. Perintah dalam kebaikan dan mencegah dari yang kemungkaran itu adalah wajib meskipun perintah itu tidak didengarkan oleh orang lain. Hadits diatas adalah perbincangan antara dua orang pemuda yaitu ma’qil bin yasar dengan ubaydillah bin ziyad.
    apakah menurut imam yang lain juga termasuk hadits dhoif?
    jelaskan beserta alasannya!
    trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pertanyaannya..
      menurut saya belum tentu semua Imam menganggap hadis diatas sebagai hadis dhoif karena pemikiran setiap Imam itu berbeda-beda dan belum tentu sama antara yang satu dengan yang lain.
      dan keterangan diatas saya hanya mengutip dari karangan Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Shahih Muslim, (Bairut Libanon: Darul Fikri, 1995), hal. 136
      trimakasih....

      Hapus
  7. Nur Fitriyani 2021 111 143
    apabila pemimpin kita berbuat dzolim, apakah kita sebagai rakyatnya tetap harus taat dan mematuhi peraturan dari pemimpin kita???? apa alasannya?? mohon jelaskan terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mb atas pertanyaannya...
      saya mengutip dari http://abuaisyahmohdshukri.wordpress.com/2011/06/23/sikap-kepada-penguasa-yang-zalim/

      Dari Adi bin Hathim ra. berkata:

      Kami bertanya:Ya Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang (ketaatan) kepada (amir) yang bertaqwa, akan tetapi bagaimana yang berbuat (demikian) dan berbuat (demikian) (Adi bin Hathim menyebutkan perbuatan yang jelek)? Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dan (tetaplah) mendengar dan taat (kepada mereka).

      (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal 493 no. 1069)

      Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
      Wajib bagi kamu mendengar dan taat baik dalam keadaan sulit ataupun mudah, semangat ataupun tidak suka, walaupun ia sewenang-wenang terhadapmu.(HR. Muslim)
      Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
      Wajib atas seorang muslim (untuk) mendengar dan taat (kepada pemimpin) pada apa yang ia sukai ataupun yang ia benci, kecuali kalau ia diperintah (untuk) berbuat maksiat, maka tidak ada mendengar dan taat. (HR. Bukhari dan Muslim)

      berarti pada dasarnya kita boleh menaati pemimpin tersebut asalkan tidak menyuruh kita untuk berbuat maksiat dan masih dalam batasan batasan tertentu.
      maksh...

      Hapus
  8. 2021 111 142

    Bagaimanakah perspektif al-Quran dalam menjelaskan tentang kepemimpinan pria atas wanita dalam keluarga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. makash ataspertanyaannya...
      Kepemimpinan lelaki atas perempuan sebagaimana yang termaktub dalam surah al-Nisa (4) ayat 34, “Kaum laki-laki itu memimpin kaum perempuan” bukanlah bermakna dominasi, pemaksaan atau pemerasan lelaki terhadap perempuan, melainkan sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli linguistik dan juga kebanyakan para penafsir bahwa kata “qawwâm” di sini bermakna pengayom, penyelenggara dan penjaga. Karena keluarga merupakan sebuah institusi kecil masyarakat, wajarlah apabila ia juga menuntut kehadiran seorang pemimpin dan pengayom tunggal sebagaimana halnya masyarakat besar. Dan karena karakteristik-karakteristik berikut terdapat dalam diri pria, seperti: 1. Kekuatan rasional lelaki lebih dominan dari perasaan dan kasih sayangnya, 2. Lelaki memiliki stamina dan kekuatan fisik yang lebih besar untuk membela kehormatan keluarga, dan 3. Memiliki komitmen keuangan atas para wanita dan anak-anak dalam memenuhi kebutuhan dan biaya hidup, oleh karena itulah sehingga tanggung jawab kepemimpinan ini diletakkan di atas pundak kaum lelaki.
      Dalam perspektif Al Qur'an, qawwâmiyat (kepemimpinan) hanya diperbolehkan ketika berada dalam lingkaran keadilan dan keridhaan-Nya, dan harus senantiasa diingat bahwa yang menjadi tolok ukur kelebihan dan keutamaan di sisi Tuhan hanyalah taqwa, dan bukan gender.

      Dalam budaya Quran, makna kepemimpinan yang dimiliki oleh lelaki sama sekali bukan merupakan lahan untuk pendominasian, pengekangan dan penindasan atas kaum perempuan. Sangkaan yang mengatakan bahwa ayat di atas telah memberi peluang bagi kaum lelaki untuk menindas dan mendominasi perempuan mungkin saja terjadi karena ketiadaan penjelasan makna qawwâm dalam analisa dan penelitian al-Quran.

      Hapus
  9. nanik dwi astutik
    2021111062
    asalamualaikum
    pemimpin ytg baik adalah pemimpin yg meneladadani Rasulullah , bagaimana karena manusia tdk ada yg sempurna sehingga banyak sekali kesalahan yang terjadi dalam kepimpinanya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam....
      memang pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna akan tetapi jika pemimpin itu berusaha meneladani Rosulluah dan masih banyak kekurangan menurut saya masih hal yang wajar mb, karena semua juga tergantung pada daerah dan rakyat yang di pimpin tersebut.
      dan sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya dan rakyat yang mencintai pemimpinnya.
      trimakasih..

      Hapus
  10. nim 2021 11 137
    yang ingin saya tanyakan bagaimana caranya untuk memilih pemimpin yang baik seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadits, padahal kita sendiri tidak mengenal calon pemimpin tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pertanyaannya...
      Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

      memang pada zaman sekarang memilih pemimpin itu sulit ya mb... tapi menurut saya jika kita mau memilih pemimpin tersebut kita harus yakin terlebih dahulu kepada calon pemimpin yang akan kita pilih sebagai pemimpin tersebut..
      trimakasih..

      Hapus
  11. 2021 111 352
    askum bu guru hani
    apa yang akan anda lakukan jika melihat pemimpin yang tidak sesuai dengan rakyatnya? jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam...
      begini ya mz panji menurut saya jika ada pemimpin yang tidak sependapat dengan rakyatnya kita sebagai rakyat seharusnya jangan suuzhon dulu, dalam artian mungkin sipemimpin itu mau mensejarterakan raknyatnya akan tetapi masih banyak kekurangan dimana-mana baik dalam masalah kepemerintahannya dan rakyatnya. jadi kita sebagai rakyat harus bersabar dengan keadaan kepemimpinan itu. selama pemimpin itu tidak merusak akidah kita menurut saya kita harus bersabar dan sebisa mungkin mematuhinya karna seorang pemimpin pasti memiliki alasan atas segala tindakannya..
      trimakasih..

      Hapus
  12. Dewi Lisetyawati
    2021 111 139

    seperti apakah kriteria pemimpin yang baik itu?karena terkadang pandangan orang itu berbeda-beda, walaupun sebenarnya pemimpin itu baik, namun menurut penilaian beberapa orang kadang memandangnya tidak baik. mohon penjelasannya.
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas pertanyaannya..
      Ciri Pemimpin yang Baik.

      Ada beberapa ciri pemimpin yang baik, yang akan berhasil dalam kepemimpinannya.

      *Senantiasa bersikap adil dan menjunjung tinggi kebenaran. Begitu pentingnya masalah ini sampai-sampai Rasulullah menyatakan sejamnya keadilan pemimpin jauh lebih baik dibandingkan dengan seribu rakaat shalat sunnah (al-hadits). Pemimpin yang adil, disamping ilmunya para ulama, kepemurahannya kaum kaya, dan doanya kaum dhuafa akan menjadi pilar utama.

      *Senantiasa menjadi pengayom dan pembela masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan terlindungi. Kehidupan menjadi tenteram dan bahagia. Kebijakan yang dikeluarkan pun tidak akan menjadi kebijakan yang merugikan rakyat. Ketika terjadi konflik antara kepentingan rakyat kecil, maka ia akan lebih memilih untuk membela kepentingan rakyat kecil.

      *Berpihak dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu adalah contoh pemimpin yang selalu berpatroli setiap malam, memastikan bahwa rakyatnya tidak ada yang kelaparan. Demikian pula dengan khalifah Umar bin Abdul Azis, yang mampu mengentaskan kemiskinan melalui instrumen zakat, hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Inilah model kepemimpinan yang selalu didambakan kehadirannya oleh seluruh masyarakat kapan dan dimanapun, termasuk Negara yang kita cintai ini. Mudah-mudahan melalui pemimpin yang demikianlah, Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih baik dan sejahtera.
      trimakasih..

      Hapus
  13. Assalamu'alaikum. wr. wb mbak hanik...
    saya mau menanyakan arti mufrodat ini أمير yang artinya adalah seorang pemimpin,
    bukannkah yang artinya seorang pemimpin itu adalah "khalifah" ??
    mohon penjelasannya, karena saya kurang paham dalam arti tersebut. kenapa beda antara "amir" dan "khalifah".

    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam wr. wb...
      makasih atas pertanyaannnya,,
      begini ya mb kan di Al-Quran di jelaskan bahwa "amirulmukminin itu seorang Kholifah" la kholifah itu seorang pemimpin seperti sahabat Nabi. semisal di Indonesia berarti kholifah itu diartikan pemerintahan.
      dan bahasa Arab itu meluas jadi jika kata "amir" bayak mengandung banyak arti. jadi kata "amir" bisa diartikan pemimpin.
      trimakasih..

      Hapus
  14. Assalamu'alaikum
    Ika Nur Fitriana 2021 111 168
    Bagaimana dengan seorang pemimpin yang berhutang pada luar negeri untuk menyejeterahkan rakyatnya, namun akhirnya rakyatnya juga yang harus menanggung hutang2 tersebut, bagaimana pendapat pemakalah mengenai hal diatas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam...
      pemimpin yang berhutang pada luar negri untuk mensejahterakan rakyatnya, mungkin didalam negri tersebut ungnya sudah habis jadi pemimpin itu memilih untuk berhutang kepada luar negri, tapi menurut saya emang kurang baik ya mb, apalagi jika membayar hutang itu sampai jual pulau yang kecil-kecil itu.
      tapi menurut saya itu kembali kepada pemimpin itu sendiri. karna setiap pemimpin pasti mempunyai cara-cara tersendiri untuk memimpin rakyatnya tersebut. dan menurut saya jika pemimpin itu melakukan untuk rakyatnya, jika rakyatnya itu ikut andil dalam masalah itu mungkin tidak apa-apa mb... menurut saya tapi...
      makasih..

      Hapus
  15. SOPIYUDIN
    2021 111 134

    Assalamu'alaikum..Wr. Wb. ?

    seorang ayah kan pemimpin dalam keluarga ! bagaimana dengan seorang ibu yang mengatur dalam keluarganya ?!!

    dan juga banyak anak-anak nya yang brani terhadap ayahnya ? mohon dijelaskan !!

    pemimpin kan merupakan contoh untuk rakyatnya! bagaimana kalau pemimpin itu tidk bisa memberkikan contoh yang baik terhadp rakyatnya ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumsalam wr..wb..
      makasih atas pertanyaannya..
      ayah merupakan seorang pemimpin dalam keluarga, jika seorang ibu yang mengatur dalam keluarga menurut saya selagi hal tersebut tidak melanggar kodrat seorang ibu rumah tangga hal itu dibolehkan akan tetapi jika seorang ibu sudah melampui kodratnya atau melampaui tugas seorang ayah maka hal tersebut tidak dibolehkan karena hal itu sudah melanggar aturan dalam islam.

      jika ada seorang anak yang berani terhadap ayahnya dalam ajaran islam itu sudah termasuk durhaka kepada orang tua, mungkin hal tersebut dikarenakan seorang anak itu dari kecil kurang pendidikan dari keluarga yang kuarang baik, karena pendidikan dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi prilaku anak tersebut, pergaulan dan lingkungan juga ikut mempengaruhi sifat dan prilaku anak terhadap kedua orang tuanya.

      menurut saya pemimpin itu diberi peringatan misalnya jika pemimpin itu sudah sangat keterlaluan atau melampui batas maka diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia. contohnya seperti kasus aceng fikri.
      trimakasih...

      Hapus
  16. inayah 2021 111 165
    Assalamu'alaikum...
    mw tanya, Pemimpin yang sukses mengurusi umat menurut pandangan Islam, bukan hanya manusia yang memiliki ilmu ketatanegaraan dan punya pengalaman, tetapi diperlukan beberapa syarat yang banyak.bisakah anda menjelaskannya? terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam....
      SYARAT MENJADI PEMIMPIN

      Pemimpin yang sukses mengurusi umat menurut pandangan Islam, bukan hanya manusia yang memiliki ilmu ketatanegaraan dan punya pengalaman, tetapi diperlukan beberapa syarat yang banyak. Diantaranya, muslim, baligh, berakal, merdeka, berilmu, pria dan sebagainya. Berikut keterangannya secara ringkas:

      1. Muslim

      Seorang pemimpin disyaratkan harus seorang muslim, karena merekalah pemegang amanat dan keadilan. Allah berfirman:
      وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ

      Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. (QS. An-Nur: 55).

      Dan orang non muslim tidak boleh mengemban kepemimpinan, Allah berfirman:
      لاَّ يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِينَ

      Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. (QS. Ali-Imron: 28).

      (Baca surat Al-Maidah: 51, At-Taubah: 23 dan Al-Mumtahanah: 1).

      2. Berilmu

      Seorang pemimpin harus memiliki ilmu tentang hukum-hukum syariat Islam dan juga ilmu politik dalam mengatur urusan manusia. Allah berfirman:
      قَالَ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ

      Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. (QS. Al-Baqarah: 247).

      Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirrnya (1/264): “Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki ilmu dan kekuatan badan”.

      Imam Syaukani berkata: “Apa yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin ketika mendapati problematika rakyat apabila dia seorang yang jahil? Minimal dia akan diam dan bertanya kepada orang alim padahal dia tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak demikian, Allah memeritahkan pada seorang pemimpin, tetapi hendaknya dia memutuskan masalah dengan kebenaran dan keadilan. . .”. (Nailul Authar 8/618).

      3- Laki-Laki

      Allah berfirman:
      الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ

      Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita). (QS. An-Nisa’:34).

      Dan Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (no. 4073) dari Abu Bakrah ssgi berkata: Tatkala ada berita sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa penduduk Persia menyerahkan kepemimpinan kepada putri Qaisar, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
      لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأت

      Tidak akan bahagia suatu kaum, bila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.

      Imam Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (10/77): “Para ulama bersepakat bahwa seorang wanita tidak boleh menjadi pemimpin, karena seorang pemimpin dia perlu keluar menegakkan perintah jihad serta urusan kaum muslimin dan menyelesaikan pertikaian manusia, sedangkan wanita adalah aurat, tidak boleh menampakka diri, dia juga lemah untuk mengurus segala kepentingan. Dengan demikian, maka tidak layak mengemban kepempinan kecuali kaum laki-laki”.

      4. Sehat fisik

      Dalam halaman yang sama Imam Baghawi juga mengatakan: “Demikian pula seorang pemimpin tidak boleh buta matanya sebab dia tidak dapat membedakan orang yang sengketa. Adapun riwayat Nabi mengangkat Ibnu Ummu Maktum di Madinah dua kali, itu hanyalah kepemimpinan shalat, bukan masalah memutuskan dan menghakimi”.

      trimakasih...

      Hapus