Laman

new post

zzz

Kamis, 12 September 2013

SBM-H,02: pembelajar, gizag dan uswah



MAKALAH
PEMBELAJAR, GIZAG DAN USWAH
DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Disusun guna memenuhi tugas:

Mata Kuliah            :     Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu    :     Muhammad Hufron, M.S.I


  


Disusun oleh :

Restu Noviani                                     2021 111 091
Asyief Nurdianto                                2021 111 113
Kukuh Dwi Atmono                           2021 111 323

Kelas H

PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN

            Kegiatan belajar mengajar terjadi ketika adanya interaksi antara pengajar atau pendidik dan peserta didik. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, hingga membelajarkan. Dari istilah Jawa, kerata basa, bahwa guru iku digugu lan ditiru. Artinya, semestinya seorang guru harus direspon, dipercayai, diteladani dan dipatuhi. Dari situlah seorang pendidik menjadi panutan atau sosok yang akan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Keteladanan dari seorang pendidik sangatlah diperlukan karena akan mampu menciptakan generasinya yang memilliki teladan pula. Apabila keteladanan itu dimiliki oleh setiap generasi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan tumbuh karakter yang membangun sebuah pola keteladanan dalam lingkungan mereka.
Uswah atau keteladanan yang dimiliki seorang pendidik juga tidak terlepas dari unsur lain yaitu kewibawaan. Gezag atau kewibawaan ini akan menjadi nilai lebih yang dipandang oleh orang lain terutama oleh peserta didiknya. Seorang pendidik yang memiliki kewibawaan, tentu akan dihormati, dipatuhi, diteladani bahkan ditakuti oleh peserta didik. Sehingga dapat dijadikan sebuah modal bagi seorang pendidik yang akan mempermudah melakukan tugasnya dengan baik dan berhasil baik pula.
Dari uraian di atas, tentang guru sebagai pembalajar yang memiliki kewibawaan serta keteladanan, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal tersebut guna menjadi beberapa bekal bagi para calon pendidik menjadi seorang pendidik yang berkarakter seperti di atas.


BAB II
ISI

A.      Hakikat Pembelajar, Gezag dan Uswah
1.      Pembelajar
Pembelajar atau yang umumnya kita kenal sebagai pengajar, pendidik, atau lebih umum disebut guru merupakan sebutan untuk seseorang yang dewasa secara psikologi, sehingga ia dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar kepada orang lain khususnya kepada peserta didik. Pembelajar juga merupakan komponen dari penting dalam kegiatan pendidikan, tanpa adanya seorang pembelajar kegiatan pendidikan sulit untuk dilaksanakan.
Menurut Dewi S. Prawiradilaga (2007) dalam bukunya yang berjudul Prisip Desain Pembelajaran, pengajar merupakan istilah umum untuk seseorang ahli yang berprofesi sebagai guru, pendidik, dosen, instruktur, widyaiswara, pelatih, fasilitator.
Seorang pembelajar harus memiliki karakteristik atau sifat-sifat khas yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pembelajar yaitu:
a.       Kematangan diri yang stabil
Seorang pemelajar harus mampu peserta didiknya, serta harus dapat memahami nilai-nilai kemanusian yang berkembang dalam lingkungannya. Sebelum memehami orang lain seseorang harus dapat memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Untuk itu dia harus memiliki kematangan diri yang stabil agar mampu memahami diri sendiri dan peserta didiknya.
b.      Kematangan sosial yang stabil
Seorang pemelajar harus memiliki jiwa sosialitas yang tinggi, sehingga mampu menjalin kerja sama dengan masyarakat. Serta memiliki pengetahuan yang cukup mengenai masyarakat sekitarnya. Sebab pada dasarnya segala pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik harus sesuai dengan nilai-nilai social yang berkembang pada masyarakat sekitar, agar kelak peserta didik dapat mengaplikasikan segala pengalaman belajar yang ia terima kepada masyarakat sekitarnya.
c.       Kematangan professional
Seorang pemelajar harus memiliki kemampuan untuk mendidik, artinya harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang latar belakang dan perkembangan anak didiknya. Sebab pada dasarnya setiap anak didik terlahir dengan kepribadian dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang terlahir dengan kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan yang tinggi, namun di samping itu ada juga anak yang terlahir dengan kemampuan belajar yang rendah, atau bisa dibilang di bawah rata – rata.

2.      Gezag (kewibawaan)
Kewibawaan atau gezag, adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dan tidak merasa/ diharuskan dan luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti  semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.[1]
Kewibawaan merupakan “alat pendidikan” yang diaplikasikan oleh guru untuk menjangkau (to touch) kedirian anak didik dalam hubungan pendidikan. Kewibawaan ini mengarah kepada kondisi high touch, dalam arti perlakuan guru menyentuh secara positif, kontruktif, dan komprehensif aspek-aspek kedirian/kemanusiaan anak didik. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator bagi pengembangan anak didik yang diwarnai secara kental oleh suasana kehangatan dan penerimaan, keterbukaan dan ketulusan, penghargaan, kepercayaan, pemahaman empati, kecintaan dan penuh perhatian.
3.      Uswah (keteladanan)
Pengertian keteladanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata “keteladanan” mempunyai akar kata “teladan” yaitu perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh. Jadi “keteladanan” adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.[2]
Kata “keteladanan” dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata “Uswah” & “qudwah”. Menurut Al-Asyfahani sebagaimana dikutip oleh Armai Arief, bahwa menurut beliau “al-uswah” dan “al-iswah” sebagaimana kata “al-qudwah” dan “al-qidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, atau kejahatan. Senada dengan Al-Ashfahani, Ibn Zakaria dalam buku Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam karya Armai Arief mendefinisikan kata “uswah” berarti “qudwah” yang berarti ikutan, mengikuti yang diikuti”. Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik.[3]
Menjadi guru adalah menjadi teladan. Keteladanan inilah modal seorang guru yang tak ternilai harganya. Aset yang tidak akan terbayar, dengan gaji seberapapun besarnya. Keteladanan adalah sebuah kekuatan. Khususnya bagi seorang guru untuk mendidik peserta didiknya menciptakan masa depan yang lebih baik.[4] Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kepribadiannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.[5]

B.       Perbedaan antara Mendidik, Mengajar dan Membelajarkan
Sering kita temui beberapa istilah yang dianggap sama, ada juga yang menganggap berbeda, yaitu antara mendidik, mengajar dan membelajarkan. Secara singkat, mengajar hanya lebih tertuju pada penyampaian pesan atau ilmu kepada orang yang diajar dalam bidang pengetahuan saja, sehingga apabila ilmu telah diterima dan diketahui maka dianggap telah melakukan tugas mengajar. Sebagian besar, kegiatan mengajar hanya tertuju pada ranah kognitif dan psikomotorik. Sedangkan mendidik memiliki tujuan lebih dari itu. Mendidik berarti mengarahkan potensi akhlak atau moral si terdidik, sehingga tidak hanya mengetahui ilmu pengetahuan, tetapi juga memenuhi unsur afektif setelah memperoleh ilmu pengetahuan.
Membelajarkan lebih menuju pada pembentukan dan pengembangan potensi yang ada pada seseorang, sekaligus menghidupkan karakteristik seseorang sebagaimana mestinya. Antra lain akan dapat menciptakan karakter sebagai seorang yang termotivasi, berinspirasi, berwawasan, terorganisasi, berprinsip, berevaluasi, dan sebagainya.[6]
Mendidik adalah usaha melakukan internalisasi nilai sesuai dengan ilmu yang ditranformasikan dalam kegiatan mengajar. Hasil kegiatan mendidik itulah yang membedakan pola pikir dan cara pandang siswa tentang sesuatu dan lebih kepada penanaman nilai kepribadian.
 Mengajar adalah kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didik dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode mengajar, mulai dari perencanaan sampai melakukan evaluasi. Kompetensi pendukung utama yang diperlukan adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.[7]

C.     Kegunaan Gezag dan Uswah
Pelaksanaan kewibawaan dalam pendidikan itu harus bersandarkan perwujudan norma-norma dalam diri si pendidik sendiri. Justru karena wibawa itu mempunyai tujuan untuk membawa si anak ke tingkat kedewasaannya, yaitu mengenal dan hidup yang sesuai dengan norma-norma, maka menjadi syaratlah bahwa si pendidik memberi contoh dengan jalan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma itu sendiri. Tidak ada seorang pun yang lebih banyak kewibawaannya dari pada mereka yang mewujudkan kewibawaan itu dalam dirinya sendiri.
Kewibawaan dan identifikasi di atas telah dikatakan bahwa tujuan dari wibawa dalam pendidikan itu ialah, dengan wibawa itu si pendidik hendak berusaha membawa anak itu ke arah kedewasaannya. Ini berarti, secara berangsur-angsur anak dapat mengenal nilai-nilai hidup atau norma-norma (seperti norma-norma kesusilaan, keindahan, ketuhanan dan sebagainya) dan menyesuaikan diri dengan norma-norma itu dalam hidupnya. Syarat mutlak dalam pendidikan ialah adanya kewibawaan pada si pendidik. Tanpa kewibawaan itu, pendidikan tidak akan berhasil baik. Dalam setiap masam kewibawaan terdapatlah suatu identifikasi sebagai dasar. Artinya, dalam melakukan kewibawaan itu si pendidik mempersatukan dirinya dengan anak didik, juga yang dididik mempersatukan dirinya terhadap pendidiknya.[8]
Sedangkan keteladanan, keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Keteladanan yang diberikan tokoh masyarakat, akan memberi warna yang cukup besar kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, keteladanan itu akan mampu merubah prilaku masyarakat di lingkunganya. Dengan keteladanan yang ia tunjukkan, seorang tokoh dengan mudah mempengaruhi banyak orang untuk mewujudkan suatu tujuan, tentu saja untuk tujuan yang baik.
Demikian pula halnya keteladanan bagi seorang guru, tidak saja harus ditunjukkan ketika berada di sekolah atau di lingkungan sekolah.
Sosok guru dan profesinya melekat di mana saja mereka berada, sehingga kata
guru selalu dipergunakan sebagai identitas, baik ketika guru tersebut melakukan aktivitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan, maupun kegiatan yang jauh dari ranah pendidikan.[9]


BAB III
PENUTUP

Guru merupakan seorang pembelajar, maka saat guru melupakan kebiasaannya ini maka reduplah sebuah proses pendidikan. Guru harus terus belajar dan belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Dihadapan para siswa saat melakukan proses pembelajaran sebenarnya guru sedang mempertaruhkan dirinya, harga dirinya sedang dipertontonkan di hadapan para siswa. Apakah kebanggaan yang akan muncul karena sajian yang memuaskan atau kekecewaan karena minimnya inovasi yang mampu dilakukan saat memberikan sebuah proses pembelajaran.
Kewibawaan merupakan tonggak utama yang harus dimiliki seorang guru sebagai pendidik dan pembimbing. Dengan kewibawaan yang dipunyai guru berarti memiliki kemampuan lebih, berpenampilan menarik, mempunyai kekuatan dan keahlian yang berhubungan dengan pembelajaran yang meliputi: penguasaan materi pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kedekatan dengan siswa, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh, sehingga dengan demikian guru akan dijadikan sebagai panutan, contoh, bapak, dan teman yang disegani oleh siswa.
Untuk menjadi teladan bagi siswa, bukanlah perkara mudah. Banyak indikator tingkah laku yang harus ditunjukkan dalam sikap dan perkataan, baik di sekolah, di lingkungan sekolah, lebih lagi di lingkungan masyarakat.
Meski tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Untuk itu, setiap guru harus senantiasa berupaya menjadi teladan bagi setiap siswanya, sehingga keteladanan yang diberikan akan mampu membawa perubahan yang berarti bagi anak didik dan juga bagi sekolah tempat ia mengabdi.



DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineke Cipta.
Gordon, Thomas. 1990. Guru yang Efektif: Cara untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas. Ed. 2. Cet. 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: Stain Press.







[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 466
[3] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet.ke-2, hlm. 117
                [4] http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/11/mendiagnosa-penyakit-para-guru-di-indonesia-bagian-1-559186.html (Diakses tanggal 11 September 2013)
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hlm. 41
[6] Ibid., hlm. 43-49
[7] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: Stain Press, 2009), hlm. 2-4
[9] http://www.pekanbaruriau.com/2008/09/pentingnya-keteladanan-seorang-guru.html

27 komentar:

  1. perhatian:

    apabila di blog ini tidak terdapat materi yang diposting,
    postingan mengenai "SBM-H,02: pembelajar, gizag dan uswah" juga tersedia di branty-6des.blogspot.com
    silahkan kunjungi dan post-kan komentar

    mohon maaf dan terima kasih

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum wr.wb.. .
    Nama: Anita Kumala
    Nim: 2021 111 364

    Kepada pemakalah yg terhormat..
    Menurut pemakalah bagaimana caranya kita sebagai calon-calon pendidik dan sebagai pelajar baik tingkat siswa maupun mahasiswa agar senantiasa meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad dalam pengaplikasiannya di dunia pendidikan khususnya. ..? Karena pada zaman sekarang ini, meneladani uswah maupun gezag nabi itu merupakan hal yg dapat dikatakan sulit, sedangkan untuk meniru artis atau idola (public figur) itu justru lebih tertarik n bersemangat.. .
    Nah, Mnurut pemakalah bagaimana menanggapi hal tersebut khususnya pada generasi-generasi muda zaman skrg.. .?
    Trimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr wb..
      kepeda penanya yg terhormat juga,,,menurut kami,anak muda zaman sekarang memang sulit untuk meneladani sifat- sifat Nabi Muhammad SAW,karena anak muda zaman sekarang sudah menjadi korban media,oleh karena itu kita harus menanamkan sifat- sifat Nabi Muhammad SAW,sejak kita kecil hingga kita dewasa nanti,seperti kata pepatah "tuntutlah ilmu dari dalam buaian sampai masuk keliang lahat"
      karena penanaman sifat- sifat Nabi Muhammad SAW dari kita sejak kecil akan terbawa sampai kita dewasa,bahkan sampai kita tua nanti.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Nais stanaul Athiyah
    2021 111 280

    saya mau bertanya,menurut pemakalah, apa sebenarnya hakikat dari uswah dan gizag bagi seorang guru? dan bagaimana cara agar menjadi seorang guru yang memiliki uswah dan gizag yang baik?
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya jawab semampu saya ya.
      uswah adl teladan. dalam hal ini hakikat seorang teladan adalah sebagai contoh yang baik bagi orang lain.
      sedangkan gizak/wibawa, untuk seorang guru ini jelas diperlukan, karena dengan berwibawa seorang guru akan dihormati oleh anak didiknya bukan ditakuti. istilahe wong jowo disungkani/disegani.

      Hapus
  5. 2021 111 127

    assaLamu'alaikum wr wb...
    saya ingin bertanya, bagaimana cara kita agar dapat membentuk gizag yang baik, dan bagaimana kiatnya agar guru dapat menjadi t
    eladan yang baik bagi siswa maupun yang lainnya....
    terimakasih,,
    wassalamu'alaikum wr wb.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr wb..
      menurut kami,,agar dapat membentuk gizag yg baik yg pertama diri kita sendiri sebagai calon guru harus baik.
      Dan memberikan teladan yg baik,dan siswa bisa meneladani kita maka gizag yg baik akan terbentuk dengan sendirinya,dari pencitraan siswanya masing2.

      Hapus
    2. termksh mb ulul ilma we-es
      jadi agar kita bisa mempunyai kewibawaan dan bisa menjadi teladan adl harus dimulai dari hal yang terdekat dulu dari diri kita yaitu pembiasaan dilingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga adl awal dari sebuah pendidikan.
      karena gizaq dan uswah harus dibentuk dari diri dan harus dibiasakan, tidak bisa secara instan.

      Hapus
  6. Wido murni 2021110302

    Assalamu'alaikum wr wb.......
    Saya mw berta'y tentang Uswah (keteladanan)......sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kepribadiannya adalah figur yang paripurna......?????
    1. profil dan idola seperti apa yang diharapkan oleh peserta didik dari seorang guru.....
    2. figur paripurna seperti apa yang bisa dikatakan uswah..????? menurut pemakalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumslam wr wb..
      menurut kami pribadi ya,profil dan idola yg diharapkan oleh peserta didik dari seorang guru ya seorang guru yg punya integritas yg tinggi,dan profesional dalam mengajar,dan punya semangat juang yg tinggi.
      figur paripurna yg dikatakan uswah menurut kami ya pak gufron,karena beliau berbeda dengan dosen lain,beliau sangat menghargai waktu dan ontime sekali,beliau sangat ramah dan tugasnya juga banyak,menurut kami sempurna sekali.

      Hapus
    2. jawaban pertanyaan no.1
      menurut saya, guru itu harus menarik, baik penapilannya, pembawaan dirinya, juga cara mengajarnya. biasanya seorang anak didik itu akan bosan dengan guru yang banyak omong dan pemarah, jadi mengajarlah dengan sersan (serius tapi sanpai) dengan begitu anda akan jadi guru yang ditunggu kedatangannya oleh anak didik anda. guru idola.
      trmksh

      Hapus
  7. Salam hanggat sahabat

    Dengan datangnya pesan ini, saya
    Agus Triyono
    2021 111 135
    Ingin menanyakan kepada sahabat pemakah.
    Bagaimana menjaga keeksistensian Uswah dan Gezag

    tq

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut kami pribadi ya,,untuk menjaga keeksistensian uswah dan gezag,ya kita selalu up to date,mengikuti perkembangan zaman anak muda zaman sekarang,yg dulu belom ada internet sekarang sudah ada,belajar dari ilmu padi,semakin berisi semakin merunduk.

      Hapus
  8. tolkhah
    2021 111 348

    uswah dan gezag seorang guru, tidak sedikit yg diabaikan oleh siswanya. pertanyaan saya, faktor apa sajakah yg mempengaruhi hal itu?

    trims,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut kami faktor yg mempengaruhi hal tersebut adalah ada dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern)
      kalau dari dalam mungkin gurunya itu tidak bisa menjaga eksistensinya atau ke profesionalitasnya sebagai guru.
      kalau dari luar mungkin guru tersebut tidak bisa menjaga penampilanya dengan baik,misalnya tidak pernah mandi,atau pakaian tidak rapi,tidak disiplin maka kemungkinannya guru tersebut mudah diabaikan oleh siswa.

      Hapus
  9. السلام علىكم ورحمة الله وبركاته
    Muhammmad Fahminnafi
    2021 111 365

    Menurut saudara, bagaimana cara menyampaikan tauladan yang baik agar mudah dicerna dan dipahami oleh para anak didik??
    trimakasih...
    والسلام علىكم ورحمة الله وبركاته

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam..
      menurut kami,,cara menyampaikan tauladan yg baik agar mudah dicerna dan dipahami oleh para anak didik adalah menggunakan bahasa yg baik dan mudah dicerna oleh anak didik tersebut,tidak monoton,cara menyampaikan pada anak didik tersebut harus menarik.

      Hapus
    2. menurut saya, jangan banyak omong kepada anak didik, tauladan itu harus dipraktikkan/diberi contoh. seperti halnya seorang anak yang meniru tingkahlaku orang tuanya-baik/buruk. dalam hal tauladan harus diberikan contoh langsung,
      terimakasih

      Hapus
  10. Nama: sudanto
    NIm : 2021 111 310

    Bagaiamanakah jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, yaitu antara wibawa dan uswah tersbut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut kami,jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi maka dalam proses belajar mengajar tidak seimbang.karena dalam proses belajar mengajar perlu adanya kedua unsur tersebut.

      Hapus
    2. saya rasa kedua unsur tersebut saling terkait, ada uswah ada gizaq. jika seorang guru tidak memiliki 2 unsur itu maka dalam KBM tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain pembeajaran tidak akan menyenangkan.
      jika guru tidak berwibawa maka akan diremehkan/tidak dihargai oleh anak didik.
      jika seorang guru tidak bisa menjadi teladan bagi anak didiknya maka tidak sepatutnya jadi seorang guru, karna hakikatnya guru itu sebagai sumber ilmu, mengajari anak didiknya sesuatu yang baik.

      Hapus
  11. Nama : Muhammad Azizin
    NIM : 2021 111 316

    Bagaimana jika kewibawaan seorang pendidik malah menjadikan semakin jauhnya derajat dan jarak antara pendidik dan peserta didik, sehingga mengakibatkan peserta didik malu untuk bertanya kepada pendidik dan mengakibatkan peserta didik minder.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut kami,itu tergantung dari peserta didiknya masing2 ya,,tergantung dari pribadi individu itu sendiri,dan seorang pendidk.

      Hapus
    2. dalam pertanyaan anda mengindikasikan kalo wibawa itu kadang memberikan efek takut pada seorang guru. wibawa itu menurut saya adalah sebuah pembawaan diri dalam setiap situasi dan kondisi, misalnya ada seseorang yang biasa saja-santai-akan tetapi orang itu dihargai. dilihat dari cara bicara, tertawanya, juga bahasa tubuhnya itu mengisyaratkan kewibawaan dari dirinya/ inner beauty.

      Hapus
  12. yulia rizqi mar'ati
    2021 111 299

    saya mau tanya,dalam makalah kan dsebutkan pada dasarnya setiap anak didik terlahir dengan kepribadian dan kemampuan belajar yang berbeda-beda.
    bagaimana cara pendidik dalam menghadapi perbedaan tersebut ?
    terimakasih.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaaannyaa...
      bagi seorang guru/pendidik sebaiknya mengetahui itu psikologi (Psikologi perkembangan), agar bisa memahami hakikat dari seorang anak itu seperti apa, dengan begitu guru/pendidik akan udah menanggulangi masalah seperti tersebut di atas.
      dalam menghadapi hal seperti itu, sebaiknya guru/pendidik dalam memberikan ilmu/ pelajaran (transfer of knowlegde & transfer of value) harus mendidik/memberikan pelajaran secara bertahap, mulai dari dasarnya. kesabaran & ketlatenan seorang pendidik juga ditantang dalam hal tersebut karena setiap anak itu tidak sama.

      Hapus