Laman

new post

zzz

Jumat, 25 Oktober 2013

FPI-O-7: ALIRAN esensialisme - rekonstruksionisme



ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN
 (ESENSIALISME DAN REKONTRUKSIONISME)

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah              : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu      : Ghufron Dimyati, M.SI

Oleh :
                                    Dewi Khofiyah           : 2021211140
                                    Nur Kholisah               : 2021211156
Khusnul Fadhilah        : 2021211160
Suroso                         : 2021211171

Kelas RE O

                                    JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pemindahan ilmu dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam rangka pelestarian kebudayaan. Oleh karena itu sebuah pendidikan harus selalu dinamis dalam mencapai tujuannnya. Seiring dengan itu, maka dalam menerapkan suatu sistem dalam pendidikan harus sejalan dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu sampai sekarang sering kita rasakan perkembangan dari pendidikan dengan adanya perubahan kurikulum yang dilaksanakan dalam sebuah sekolah. Hal ini memang diperlukan agar pendidikan dapat sesuai dengan perkembangan sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemikiran-pemikiran pendidikan dalam rangka pengembangannya  berlangsung seperti sebuah diskudi. Pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berikutnya. Dan karena diskusi tersebut maka akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru dan demikian seterusnya.
Dalam makalah ini akan dikaji tentang aliran esensialisme dan aliran rekontruksionisme baik dari segi latar belakang, ontologi, epistemologi, aksiologi dan pandangannya terhadap pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sebuah pendidikan menurut pandangan esensialisme ?
2.      Bagaiman sebuah pendidikan menurut pandangan rekontruksionisme ?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan esensialisme terhadap sebuah pendidikan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan rekontruksionisme terhadap sebuah pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.    ALIRAN ESENSIALISME
1.      Latar Belakang Munculnya Aliran Esesnsialisme
Esensialisme muncul pada zaman renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Bagi esensialiasme pendidikan yang berpijak pada landasan demikian mudah goyah dan kurang terarah. Oleh sebab itu esensialisme berpandangan bahwa pendidikan hendaknya berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan  tahan lama sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas (Zuhairini, 1995: 25).
2.      Hakikat Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialsimse didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik, selain itu juga diwarnai oleh pandangan dari penganut aliran idealisme dan realisme (Zuhairini, 1995: 25).[1]
            Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai  alam dan dunia fisik. Sedangkan idealisme modern, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.
            Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi ide-ide. Idealisme modern adalah suatu ide manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit.  Dengan menguji dan meneliti semua ide manusia, maka manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan pada sumber yang ada pada Allah Swt.[2]
            Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum esensialisme menerapkan pola kurikulum seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
3.      Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme
a.       Desiderius Erasmus, berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
b.      Johan Amos Comenius, berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk  anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
c.       John Locke, berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
d.      Johan Henrich Pestalozzi, bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya, manusia juga mempunyai hubungan trasendental langsung dengan Tuhannya.
e.       Johan Friederich Frobel,  memandnag bahwa anak sebagai makhluk yang berekspresi kreatif karenanya tugas pendidikan adalah memimpin anak ke arah kesadaran diri yang murni selaras dengan fitrahnya.
f.       Johan Friederich Herbert, berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang mutlak.
g.      William T Harris, tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.

4.      Pandangan Ontologi Esesnsialisme
a.       Esensialisme mengakui adanya realita obyektif disamping konsep-konsep pre-determinasi, supranatural dan transcendental.
b.      Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik fisika maupun biologi.
c.       Penafsiran spiritual atas sejarah, Hegl mengemukakan adanya sintesis anatar ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
d.      Faham makrokosmos dan mikrokosmos, manusia sebagai individu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alam semesta.[3]
5.      Pandangan Epistemologi Esensialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleks Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari  bahawa realita sebagai mikrikosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam ilmu alam, biologi, sosial, estetika dan agama.
6.      Pandangan Aksiologi Esensialisme
a.       Teori nilai menurut idealisme,  berpendapat bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakan hukum-hukum itu. Pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (dalam memilih, melaksankaan).
b.      Teori nilai menurut realisme, prinsip realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi, bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup.[4]


7.      Prinsip-prinsip Pendidikan Esensialisme
a.       Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan kadang-kadang dapat menimbulkan kesegaan dan menekankan pentingnya prinsip displin.
b.      Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
c.       Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d.      Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
e.       Tujuan akhir dari pendidikan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan umum , karena dianggap merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
8.      Prinsip-prinsip Kurikulum Esensialisme
Idealisme memandang bahwa pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada kurikulum yang mempunyai landsan idil dan organisasi yang kuat.
Menurut H. Homrne hendaknya kurikulum itu berasaskan pada fondasi tunggal. Yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dengan keadaan yang serba baik.
Kurikulum dalam pandangan esensialisme hendaknya  merupakan  kurikulum yang terintegrasi dan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain tidak boleh dipisahkan.
Realisme mendeskripsikan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu sama lain disusun dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.[5]
B.     ALIRAN REKONTRUKSIONISME
1.      Latar Belakang Aliran Rekontruksionisme
Rekontruksionisme pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkaji tentang ide pokok rekontruksionisme.

Kehadiran aliran rekontruksionisme dalam pendidikan didukung oleh adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami kebimbangan, ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman. [6]
Rekontruksionisme merupakan suatu aliran yang beruasaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekontruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisime, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan perenialisme. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama yang mereka anggap paling ideal. Sementara aliran rekontruksionisme menempuhnya dengan jalan berusaha membina suatu konsesus yang paling luas dan paling mingkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.[7]
Rekontruksionisme merupakan perkembangan dari filsafat progresivisme. Rekontruksionisme menganggap bahwa progresivisme blm cukup jauh berusaha memperbaiki masyarakat. Mereka percaya bahwa progresivisme hanya memperhatikan problema masyarakat pada saat itu saja. Padahal yang dibutuhkan pada abad kemajuan teknologi yang pesat ini adalah rekonstruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru secara menyeluruh.[8]
2.      Ontologi Aliran Rekontruksionisme
Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekontruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal; realita itu ada dimana-mana dan sama disetiap tempat (Muhammad Noor Syam, 1983: 306). Untuk  mengerti realita, kita tidak hanya harus melihat sesuatu yang konkret tetapi juga sesuatu yang khusus, karena realita yang kita ketahuai dan hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang dipunyai dari setiap sesuatu tersebut.
Penganut aliran ini yakin bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan.[9]
3.      Epistemologi Aliran Rekontruksionisme
Dasar filosofis rekontruksionisme:
a.       Pragmatisme, menganggap kenyataan sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh melalui pendirian yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
b.      Nepotivisme, dasar pemikiran kaum nepotivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat manusia, dan berkeyakinan bahwa ilmu dapat dipergunakan untuk membangun masyarakat masa depan.
c.       Macam –macam aliran rekontruksionisme
1)      Rekontruksionisme Sosial (oleh George S. Counths)
Menegaskan bahwa pendekatan pendidikan berpusat pada anak tidak menjamin keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi abad 20, dapat dihasilkan oleh pendidikan.
Othanel Smith, mempunyai harapan tinggi tentang misi sosial sekolah. Bahwa sekolah merupakan jembatan antara masa kini dengan masa mendatang, antara realitas masa kini dengan ideal atau cita-cita untuk masa mendatang.
Dalam pendekatan ini terdapat dua aliran yakni yang bersifat:
·         Adaptif: menginginkan agar individu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tak dapat akan terjadi di masa mendatang agar ia sanggup mempertahankan hidupnya dalam dunia yang serba dinamais.
·         Reformis: menginginkan agar individu turut aktif mengadakan perubahan yang diinginkan.
2)      Rekontruksionisme Radikal (oleh John Dewey)
Memandang pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup.
4.      Aksiologi Aliran Rekontruksionisme
Langkah awal yang diambil oleh aliran rekontruksionisme yaitu dengan mengadakan Persahabatan Pendidikan Amerika. Selanjutnya aliran rekontruksionisme  mengadakan pengembangan kurikulum. Untuk kalangan rekontruksi sosial menitikberatkan pada kepentingan sosial, dan rekontruksionisme reformis lebih mengutamakan hubungan kurikulum dengan masa depan masyarakat bukan dengan keadaan sekaranag.
Kurikulum rekontruksionisme lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat.
Ciri-ciri kurikulum rekontruksionisme sosial:
·         Asumsi. Tujuan utama kurikulum ini adalah menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman, hambatan yang dihadapi manusia.
·         Masalah-masalah sosial yang mendesak.
·         Pola-pola organisasi.
Komponen kurikulum rekontruksionsime adalah sebagai berikut:
·         Tujuan dan isi kurikulum.
·         Metode.
·         Evaluasi (Nana Syaodih, 1997: 92-94).
5.      Pandangan Aliran Rekontruksionisme Tentang Pendidikan
Teori pendidikan aliran rekontruksionisme didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut:
a.       Tujuan pendidikan
·         Sekolah-sekolah berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik masyarakat.
·         Tugas sekolah-sekolah adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial, warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
·         Tujuan pendidikan adalah membangkitkan kesadaran peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b.      Metode Pendidikan
Menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
c.       Kurikulum
Kurikulum berisi mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi masyarakat.
6.      Pandangan  Aliran Rekontruksionosme Tentang Belajar
Pandangan ini dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
a.       Pelajar: siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
b.      Pengajar : direktur proyek dan pemimpin penelitian.
c.       Pengajaran: pengajaran dilakukan  di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelakasnaan pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi masyarakat.
d.      Belajar: siswa hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.[10]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Aliran esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Dasar aliran esensialisme adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian serba ilmiah dan materialistik, selaini tu juga dipengaruhi pandangan dari penganut idealisme dan realisme. Tujuan umum dari aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat dan isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu mengarahkan kehendak manusia.
Munculnya aliran rekontruksionsime didorong oleh adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan. Rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekontruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
B.     KRITIK DAN SARAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak sekali kekurangannya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Jalaluddin dan Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Khobir, Abdul. 20013. Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.











[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 54.
[2] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Islam: Manusia, Filsafat dan Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 100-101.
[3] Abdul Khobir, Op.cit., hlm. 55-58.
[4] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Op.cit., hlm. 103-106.
[5] Abdul Khobir, Op.cit., hlm. 59-60.
[6] Ibid., hlm. 70.
[7] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Op.cit., hlm. 119.
[8] Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 206.
[9] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Op.cit., hlm. 120.
[10] Abdul Khobir, Op.cit., hlm. 71-80.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar