ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT
PENDIDIKAN
(ESENSIALISME DAN REKONTRUKSIONISME)
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ghufron
Dimyati, M.SI
Oleh :
Dewi
Khofiyah : 2021211140
Nur Kholisah : 2021211156
Khusnul Fadhilah :
2021211160
Suroso : 2021211171
Kelas RE O
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses
pemindahan ilmu dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam rangka
pelestarian kebudayaan. Oleh karena itu sebuah pendidikan harus selalu dinamis
dalam mencapai tujuannnya. Seiring dengan itu, maka dalam menerapkan suatu
sistem dalam pendidikan harus sejalan dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu sampai sekarang sering kita rasakan perkembangan dari
pendidikan dengan adanya perubahan kurikulum yang dilaksanakan dalam sebuah
sekolah. Hal ini memang diperlukan agar pendidikan dapat sesuai dengan
perkembangan sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemikiran-pemikiran pendidikan
dalam rangka pengembangannya berlangsung
seperti sebuah diskudi. Pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi pro dan
kontra oleh pemikiran-pemikiran berikutnya. Dan karena diskusi tersebut maka
akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru dan demikian seterusnya.
Dalam makalah ini akan dikaji tentang
aliran esensialisme dan aliran rekontruksionisme baik dari segi latar belakang,
ontologi, epistemologi, aksiologi dan pandangannya terhadap pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sebuah pendidikan menurut pandangan esensialisme ?
2. Bagaiman
sebuah pendidikan menurut pandangan rekontruksionisme ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui bagaimana pandangan esensialisme terhadap sebuah pendidikan.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pandangan rekontruksionisme terhadap sebuah pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ALIRAN
ESENSIALISME
1.
Latar
Belakang Munculnya Aliran Esesnsialisme
Esensialisme muncul pada zaman
renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan
ini terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh
fleksibelitas serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Bagi esensialiasme pendidikan yang berpijak pada
landasan demikian mudah goyah dan kurang terarah. Oleh sebab itu esensialisme
berpandangan bahwa pendidikan hendaknya berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama sehingga
memberikan kestabilan dan arah yang jelas (Zuhairini, 1995: 25).
2.
Hakikat
Aliran Esensialisme
Aliran
esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialsimse didasari atas
pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada
keduniawian, serba ilmiah dan materialistik, selain itu juga diwarnai oleh
pandangan dari penganut aliran idealisme dan realisme (Zuhairini, 1995: 25).[1]
Realisme modern yang menjadi salah
satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik. Sedangkan idealisme
modern, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan
bahwa realita adalah sama dengan substansi ide-ide. Idealisme modern adalah
suatu ide manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan
diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang
ada di bumi dan di langit. Dengan
menguji dan meneliti semua ide manusia, maka manusia akan mencapai suatu
kebenaran yang berdasarkan pada sumber yang ada pada Allah Swt.[2]
Tujuan umum aliran esensialisme
adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia. Kurikulum esensialisme menerapkan pola kurikulum seperti pola
idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
3.
Tokoh-tokoh
Aliran Esensialisme
a. Desiderius
Erasmus, berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan internasional,
sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
b. Johan
Amos Comenius, berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
c. John
Locke, berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan
kondisi.
d. Johan
Henrich Pestalozzi, bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga
pada diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya, manusia juga mempunyai
hubungan trasendental langsung dengan Tuhannya.
e. Johan
Friederich Frobel, memandnag bahwa anak
sebagai makhluk yang berekspresi kreatif karenanya tugas pendidikan adalah
memimpin anak ke arah kesadaran diri yang murni selaras dengan fitrahnya.
f. Johan
Friederich Herbert, berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan
jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang mutlak.
g. William
T Harris, tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita
berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.
4.
Pandangan
Ontologi Esesnsialisme
a. Esensialisme
mengakui adanya realita obyektif disamping konsep-konsep pre-determinasi, supranatural dan transcendental.
b. Aliran
ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik fisika maupun
biologi.
c. Penafsiran
spiritual atas sejarah, Hegl mengemukakan adanya sintesis anatar ilmu pengetahuan
dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
d. Faham
makrokosmos dan mikrokosmos, manusia sebagai individu merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari alam semesta.[3]
5.
Pandangan
Epistemologi Esensialisme
Teori
kepribadian manusia sebagai refleks Tuhan adalah jalan untuk mengerti
epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari bahawa realita sebagai mikrikosmos dan
makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya
mampu memikirkan kemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi
pengetahuannya secara tepat dalam ilmu alam, biologi, sosial, estetika dan
agama.
6.
Pandangan
Aksiologi Esensialisme
a. Teori
nilai menurut idealisme, berpendapat
bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan
baik jika interaktif dan melaksanakan hukum-hukum itu. Pribadi secara aktif
menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (dalam memilih, melaksankaan).
b. Teori
nilai menurut realisme, prinsip realisme tentang etika ialah melalui asas
ontologi, bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan
lingkungan hidup.[4]
7.
Prinsip-prinsip
Pendidikan Esensialisme
a. Belajar
pada dasarnya melibatkan kerja keras dan kadang-kadang dapat menimbulkan
kesegaan dan menekankan pentingnya prinsip displin.
b. Inisiatif
dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
c. Inti
dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah
ditentukan.
d. Sekolah
harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental.
e. Tujuan
akhir dari pendidikan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan umum , karena
dianggap merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
8.
Prinsip-prinsip
Kurikulum Esensialisme
Idealisme
memandang bahwa pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada kurikulum yang
mempunyai landsan idil dan organisasi yang kuat.
Menurut
H. Homrne hendaknya kurikulum itu berasaskan pada fondasi tunggal. Yaitu watak
manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam
pendidikan perlu disesuaikan dengan keadaan yang serba baik.
Kurikulum
dalam pandangan esensialisme hendaknya
merupakan kurikulum yang
terintegrasi dan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain
tidak boleh dipisahkan.
Realisme
mendeskripsikan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu
sama lain disusun dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.[5]
B.
ALIRAN
REKONTRUKSIONISME
1.
Latar
Belakang Aliran Rekontruksionisme
Rekontruksionisme pertama kali
dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkaji tentang ide pokok
rekontruksionisme.
Kehadiran
aliran rekontruksionisme dalam pendidikan didukung oleh adanya suatu tuntutan
yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun
masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami kebimbangan,
ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman. [6]
Rekontruksionisme
merupakan suatu aliran yang beruasaha merombak tata susunan lama dengan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran
rekontruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisime, yaitu
berawal dari krisis kebudayaan modern. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki
oleh aliran ini tidaklah sama dengan perenialisme. Aliran perenialisme memilih
cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama yang mereka
anggap paling ideal. Sementara aliran rekontruksionisme menempuhnya dengan
jalan berusaha membina suatu konsesus yang paling luas dan paling mingkin
tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.[7]
Rekontruksionisme
merupakan perkembangan dari filsafat progresivisme. Rekontruksionisme
menganggap bahwa progresivisme blm cukup jauh berusaha memperbaiki masyarakat.
Mereka percaya bahwa progresivisme hanya memperhatikan problema masyarakat pada
saat itu saja. Padahal yang dibutuhkan pada abad kemajuan teknologi yang pesat
ini adalah rekonstruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru secara
menyeluruh.[8]
2.
Ontologi
Aliran Rekontruksionisme
Dengan
ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran
rekontruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal; realita itu
ada dimana-mana dan sama disetiap tempat (Muhammad Noor Syam, 1983: 306). Untuk
mengerti realita, kita tidak hanya harus
melihat sesuatu yang konkret tetapi juga sesuatu yang khusus, karena realita
yang kita ketahuai dan hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain
substansi yang dipunyai dari setiap sesuatu tersebut.
Penganut
aliran ini yakin bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang yang
dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak
hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan.[9]
3.
Epistemologi
Aliran Rekontruksionisme
Dasar filosofis
rekontruksionisme:
a. Pragmatisme,
menganggap kenyataan sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh melalui pendirian
yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
b. Nepotivisme,
dasar pemikiran kaum nepotivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai
harkat dan martabat manusia, dan berkeyakinan bahwa ilmu dapat dipergunakan
untuk membangun masyarakat masa depan.
c. Macam
–macam aliran rekontruksionisme
1) Rekontruksionisme
Sosial (oleh George S. Counths)
Menegaskan bahwa
pendekatan pendidikan berpusat pada anak tidak menjamin
keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi abad
20, dapat dihasilkan oleh pendidikan.
Othanel Smith,
mempunyai harapan tinggi tentang misi sosial sekolah. Bahwa sekolah merupakan
jembatan antara masa kini dengan masa mendatang, antara realitas masa kini
dengan ideal atau cita-cita untuk masa mendatang.
Dalam pendekatan ini
terdapat dua aliran yakni yang bersifat:
·
Adaptif: menginginkan
agar individu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tak dapat
akan terjadi di masa mendatang agar ia sanggup mempertahankan hidupnya dalam
dunia yang serba dinamais.
·
Reformis: menginginkan
agar individu turut aktif mengadakan perubahan yang diinginkan.
2) Rekontruksionisme
Radikal (oleh John Dewey)
Memandang pendidikan
sebagai rekontruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup.
4.
Aksiologi
Aliran Rekontruksionisme
Langkah
awal yang diambil oleh aliran rekontruksionisme yaitu dengan mengadakan Persahabatan
Pendidikan Amerika. Selanjutnya aliran rekontruksionisme mengadakan pengembangan kurikulum. Untuk
kalangan rekontruksi sosial menitikberatkan pada kepentingan sosial, dan
rekontruksionisme reformis lebih mengutamakan hubungan kurikulum dengan masa
depan masyarakat bukan dengan keadaan sekaranag.
Kurikulum
rekontruksionisme lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang
dihadapi dalam masyarakat.
Ciri-ciri
kurikulum rekontruksionisme sosial:
·
Asumsi. Tujuan utama
kurikulum ini adalah menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman, hambatan yang
dihadapi manusia.
·
Masalah-masalah sosial
yang mendesak.
·
Pola-pola organisasi.
Komponen kurikulum
rekontruksionsime adalah sebagai berikut:
·
Tujuan dan isi
kurikulum.
·
Metode.
·
Evaluasi (Nana Syaodih,
1997: 92-94).
5.
Pandangan
Aliran Rekontruksionisme Tentang Pendidikan
Teori pendidikan aliran
rekontruksionisme didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan
pendidikan
·
Sekolah-sekolah
berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan
politik masyarakat.
·
Tugas sekolah-sekolah
adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial, warga negara yang mempunyai
tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
·
Tujuan pendidikan
adalah membangkitkan kesadaran peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi
dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
b. Metode
Pendidikan
Menggunakan
metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan dan penyusunan program aksi
perbaikan masyarakat.
c. Kurikulum
Kurikulum
berisi mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
politik yang dihadapi masyarakat.
6.
Pandangan Aliran Rekontruksionosme Tentang Belajar
Pandangan ini dilihat
dari beberapa aspek, yaitu:
a. Pelajar:
siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan
masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur
sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
b. Pengajar
: direktur proyek dan pemimpin penelitian.
c. Pengajaran:
pengajaran dilakukan di daerah-daerah
yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelakasnaan
pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi
masyarakat.
d. Belajar:
siswa hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Aliran
esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan
lama warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Dasar aliran esensialisme adalah pandangan humanisme yang merupakan
reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian serba ilmiah dan
materialistik, selaini tu juga dipengaruhi pandangan dari penganut idealisme
dan realisme. Tujuan umum dari aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia dunia dan akhirat dan isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan,
kesenian dan segala hal yang mampu mengarahkan kehendak manusia.
Munculnya
aliran rekontruksionsime didorong oleh adanya suatu tuntutan yang menghendaki
agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan.
Rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha mencari kesepakatan tentang
tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam tata susunan baru
seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekontruksionisme ingin merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru
melalui lembaga dan proses pendidikan.
B.
KRITIK
DAN SARAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangannya. Harapan penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi. Kritik dan
saran dari pembaca senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
Jalaluddin
dan Idi, Abdullah. 2007. Filsafat
Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Khobir,
Abdul. 20013. Filsafat Pendidikan Islam:
Landasan Teoritis dan Praktis. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar