STRATEGI
BELAJAR MENGAJAR
MODEL
PEMBELAJARAN : STUDENT CENTER
M. Zaenal A. Riska D.
Kelas: PAI (H)
JURUSAN TARBIYAH PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, makalah yang berjudul “Model Pembelajaran : Student Center” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Agung Muhammad saw, keluarganya, dan sahabatnya.
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar,
yang diampu oleh Bapak Muhammad Hufron, M.S.I
Dalam menyelesaikan
makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama karena kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Namun dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, makalah ini dapat terselesaikan. Untuk
itu kami ucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
yang senantiasa memberi arahan, saran serta bimbingannya kepada kami.
Kami menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak didapati kesalahan dan kekurangan yang
mendasar, baik dalam pengetikan maupun isinya. Namun kami telah berupaya
menyajikan makalah ini degan sebaik-baiknya. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan
berikutnya. Harapan kami, semoga makalah yang kami buat ini bisa menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca
pada umumnya.
Pekalongan, November 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB Ι PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
C. Metode
Pemecahan Masalah............................................................. 2
D. Sistematika
Pemecahan Masalah...................................................... 2
BAB ΙΙ PEMBAHASAN
A. Pengertian Model
Pembelajaran: Student Center............................. 3
B. Karakteristik Model Pembelajaran Yang Berpusat Pada Siswa....... 3
C. Proses Pembelajaran Yang Berpusat Pada Siswa.............................. 4
D. Model-Model
Pembelajaran Interaktif Yang Berpusat Pada Siswa. 5
BAB ΙΙΙ PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran-Saran...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
BAB Ι
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Problematika
pendidikan yang terjadi di Indonesia masih menggunakan
paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Pembelajaran
di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga
kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung
mengemukakan pendapatnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan juga adalah satu arah, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya.
Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan dengan ceramah.
Model pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan
pengetahuan siswa.
Perubahan paradigma dalam proses yang tadinya berpusat
pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun
pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri
pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Saat
ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada
proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme.
Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa
antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan
persoalannya. Maka dari permasalahan tersebut penulis melatar belakangi penulis untuk membahas tentang konsep pembelajaran yang berpusat
pada siswa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian masalah ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian model pembelajaran berpusat
pada siswa/student center?
2.
Apa saja karakteristik pembelajaran yang
berpusat pada siswa?
3.
Bagaimana proses pembelajaran yang berpusat
pada siswa?
4. Bagaimana
model-model pembelajaran interaktif yang
berpusat pada siswa?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah yang kami lakukan menggunakan metode kajian pustaka yaitu
menggunakan beberapa referensi buku atau referensi lainnya yang merujuk pada
permasalahan yang kita bahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai
dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah,
melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran,
perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber. Dan penyintesisan serta
pengorganisasian jawaban dari masalah yang dibahas.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah
ini ditulis menjadi 3 bagian, meliputi: Bab Ι, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan masalah; Bab ΙΙ, adalah pembahasan; Bab ΙΙΙ, bagian
penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran: Student Center/Berpusat
pada Siswa
Pembelajaran berpusat pada siswa adalah suatu
model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
pembelajaran, sehingga peserta didik diharapkan mampu berperan sebagai peserta
aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan
berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya.
a) Aktif : Memungkinkan keterlibatan semua peserta didik karena proses belajar
yang menarik dan bermakna.
b) Konstruktif : Memungkinkan peserta
didik menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang dimilikinya untuk
memahami makna atau menjawab keingintahuan dan keraguan yang selama ini ada
dalam benaknya.
c) Kolaboratif : Memungkinkan peserta didik dalam suatu kelompok bekerja sama,
berbagi ide, saran atau pengalaman, menasihati dan memberi masukan bagi sesama
anggota kelompoknya.
d) Antusiastik : Memungkinkan peserta didik secara aktif dan antusias berusaha
mencapai tujuan yang diinginkan.
e) Dialogis : Memungkinkan proses belajar sebagai suatu proses sosial dan
dialogis dimana peserta didik memperoleh manfaat dari proses komunikasi
tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
f) Kontekstual : Memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar
yang lebih bermakna melaului pendekatan problem-based atau case-based
learning.
g) Reflektif : Memungkinkan peserta didik menyadari apa yang telah ia pelajari
serta menerangkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses
belajar itu sendiri.[1]
C.
Proses Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
Proses
Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa[2]
D. Model-Model Pembelajaran Interaktif Berpusat Pada
Siswa
1.
Cooperative Learning
a.
Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif
adalah sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur.[3]
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.[4]
b.
Beberapa Variasi dalam Model Cooperative
Learning
1.
Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai potensi yang maksimal.
Langkah-langkah Pembelajaran STAD
a)
Penyampaian
Tujuan dan Motivasi Siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b)
Menyajikan/menyampaikan
informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
c)
Pengorganisasian siswa dalam
kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
d)
Membimbing kelompok belajar dan bekerja
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
e)
Evaluasi
Guru
mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan
penilaian terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok.
f)
Memberikan Penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu/kelompok.[5]
2. Tim Ahli (Jigsaw)
Medel pembelajaran
kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan betanggung jawab
secara mandiri.
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang;
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas
yang berbeda;
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan
yang sama membentuk kelompok Baru (kelompok
ahli);
4) Setelah
kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kemba'li ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok
tentang subbab yang mereka
kuasai;
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
6) Pembahasan;
7) Penutup.[6]
3. Investigasi Kelompok
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok,
guru membagi kelas menjadi 5-6 orang yang heterogen. Kelompok disini dapat
dibentuk dengan memertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam
topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyampaikan
dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
4. Think Pair Share (TPS)
Strategi pembelajaran Think Pair Share
(TPS) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa.
Langkah-langkah
pembelajaran think pair share antara lain:
a) Langkah
1: Berfikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu untuk berfikir
sendiri jawaban atau masalah.
b) Langkah 2: Berpasangan (pairing)
Guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban suatu pertanyaan yang diajukan
dan menyatukan gagasan suatu masalah.
c) Langkah 3: Berbagi (sharing)
Guru meminta
pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan.
5.
Number Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Langkah-langkah pembelajaran Number Heads Together (NHT):
Fase 1: Penomeran
Guru membagi siswake dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomer 1-5
Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan dapat bervariasi berupa
sepesifik dan dalam bentuk kalimat tanya kepada siswa
Fase 3: berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnay terhadap jawaban pertanyaan
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
Fase 4: menjawab
Guru memanggil suatu nomer tertentu, kemudian siswa yang
nomernya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.[7]
c.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
1. Siswa dapat mandiri dalam berfikir dan menemukan informasi.
2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat, ide, gagasan.
3. Menumbuhkan sikap respek dan toleransi.
4. Membantu memberdayakan siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar.
5. Membantu meningkatkan prestasi akademik, klehidupan sosial, tenggang rasa,
harga diri, hubungan interpersonal, ketrampilan manajemen waktu.
6. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
7. Siswa dapat meningkatkan penggunaan informasi dan pengaplikasian pada
kenyataan.
8. Meningkatkan motivasi dan stimulus untuk berfikir.
d.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1. Dalam memahami dan mengerti SPK dibutuhkan waktu yang panjang.
2. Harus ada timbal balik dalam pembelajaran kooperatif
3. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok
4. Dalam membangun kesadaran kelompok dibutuhkan waktu yang panjang.[8]
2. Problem-Based Learning
a. Pengertian
Problem-Based
Learning
Problem-Based Learning atau pengajaran berbasis
masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.
b. Variasi dalam Model Pembelajaran Problem-Based Learning
1) Tugas-tugas
perencanaan
·
Penetapan tujuan, seperti ketrampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang
mendiri.
·
Merancang situasi masalah. Situasi masalah yang
baik seharusnya otentik, megandung teka-teki, dan tidak mendefinisikan secara
ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
·
Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk investigasi
haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan PBL.
2) Tugas
interaktif
·
Orientasi siswa pada masalah
·
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
·
Membantu
penyelidikan mandiri dan kelompok
·
Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah
3) Lingkungan
belajar dan tugas-tugas menajemen
Untuk
efektifitas kerja guru, maka guru harus memiliki aturan prosedur yag jelas
dalam pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan. Selain itu, guru
harus menyampaikan aturan, tata krama dan sopan santun yang jelas untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar
kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan investigasi di masyarakat.
4)
Assesmen dan evaluasi
Misalnya,
dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kerja dapat berupa
assesmen melakukan pengamatan, merumuskan pertanyaan dan merumuskan sebuah
hipotesa.[9]
c.
Keunggulan Problem-Based Learning
1.
Pemecahan masalah
merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan masalah dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
3.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan
kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan
lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku saja.
7.
Pemecahan masalah
dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada
siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
10.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa
untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
d. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.
Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem
Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berpusat pada siswa adalah suatu
model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
pembelajaran, sehingga peserta didik diharapkan mampu berperan sebagai peserta
aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan
berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya. Karakteristik
pembelajaran berpusat pada siswa diantaranya: aktif, konstruktif, kolaboratif,
antusiastik, dialogis, kontekstual dan reflektif.
Model-model pembelajaran interaktif berpusat pada siswa diantaranya:
1.
Cooperative Learning yakni sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Variasi
dari model cooperative learning antara lain: 1) Student Teams Achievement Division (STAD); 2) Tim Ahli (Jigsaw);
3) Investigasi Kelompok; 4) Think Pair Share (TPS); 5) Numbered Head
Together (NHT).
2.
Problem-Based Learning atau pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Varisi dalam Model
Pembelajaran Problem-Based Learning, diantarnya: 1) Tugas-tugas perencanaan; 2) Tugas interaktif; 3)
Lingkungan belajar dan tugas-tugas menajemen; dan 4) Assesmen dan evaluasi.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar
memberikan kritikan dan saran terhadap makalah yang dibaca demi perbaikan
selanjutnya. Diharapkan pula kepada para pembaca khususnya guru bisa
menjadikan model pembelajaran ini (Student Centered Learning)
sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Harsanto, Radno. 2007. Paradigma
Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta: Kanisius.
Mustakim,
Zaenal. 2015. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Matagraf.
Rusman.
2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers.
Taniredja,
Tukiran, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto. 2011. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Wahid,
Fathul dan Teduh Dirgahayu. 2012. Pembelajaran Teknologi Informasi di
Perguruan Tinggi Perspektif dan Pengalaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PROFIL
PENULIS
Nama : M. Zaenal Abidin
NIM : 2021114323
Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PAI
Alamat :
Pajomblangan Kedungwuni Pekalongan
Riwayat
Pendidikan : MI Walisongo Pajomblangan
SMP NU Pajomblangan
SMK 1 Kedungwuni
Nama :
Riska Defita
NIM :
2021114327
Jurusan/Prodi :
Tarbiyah/PAI
Alamat : Jl. Amarta, Desa
Klegen, RT. 05 / RW. 01, Comal
Pemalang
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 02 Klegen
SMP Negeri 03 Comal
SMA Negeri 01 Comal
[1] Fathul Wahid dan Teduh Dirgahayu, Pembelajaran Teknologi
Informasi di Perguruan Tinggi Perspektif dan Pengalaman (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012), hlm.40-41.
[2] Radno Harsanto, Paradigma Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi
Siswa (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 17.
[3] Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model
Pembelajaran Inovatif (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 55.
[4] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Yogyakarta:
Matagraf, 2015), hlm. 277.
[5] Ibid., hlm. 281-283.
[6] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 217-218.
[7] Zaenal Mustakim, Op. cit., hlm. 284-287.
[8] Ibid., hlm. 291-292.
[9] Ibid., hlm. 293-297.
[10] Ibid., hlm. 298-299.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar