OBJEK PENDIDIKAN TIDAK LANGSUNG
“UMAT TERBAIK”
QS.ALI-IMRON AYAT 110
Khairun Nadiah (202 111 5241)
Kelas : A
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT telah memerintahkan hamba- hambaNya yang beriman agar berpegang teguh pada tali Allah, dan mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka untuk merukunkan hati mereka pada ukhuwah islamiyah. Lalu Allah memperingatkan mereka jangan sampai seperti orang-orang ahlul kitab yang selalu menentang dan berbuat maksiat. Sekaligus Allah mengancam mereka bila berbuat begitu saja dengan siksaan yang pedih. Setelah itu, Allah menuturkan hal-hal tersebut tentang orang yang tampak putih wajahnya dan yang tampak hitam, disertai penuturan tentang sesuatu mengenai akhirat.
Kemudian disini Allah mengiringi hal-hal tersebut dengan penuturan tentang keutamaan orang-orang yang melakukan ukhwah dalam agama dan berpegang teguh pada tali Allah. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan mereka agar kamu taat dan menurut, Sebab mengingat keadaan mereka yang diciptakan sebagai sebaik-baiknya umat sudah seharusnya hal-hal yang meenguat panggilan mereka ini jangan terlepas dari diri mereka, karena hal ini merupakan keisrimewaan mereka.Hal ini tidak akan dicapai melainkan dengan jalan mengikuti perintah-perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Didalam makalah ini akan di jelasakan mengenai umat terbaik yang terkandung dalam Qs.Ali-Imran ayat 110.
B.Judul
Judul garis besar makalah ini adalah “Obyek Pendidikan Tidak Langsung”, dan sub pembahasannya adalah “Umat Terbaik”.
C.Arti Penting
Dalam QS.Ali.Imron ayat 110 dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai umat terbaik adalah seluruh umat Muhammad dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam pengertian Allah Adalah umat terbaik karena adanya sifat-sifat yang menghiasi diri manusia, yaitu dengan mengerjakan yang makruf, menghindari yang munkar dan beriman kepada Allah.
D.Nash dan Terjemahan
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (١١٠)
Terjemahan : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahl al-Kitab beriman, tentulah itu baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1. Pengertian Umat Terbaik
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “Uamat” diartikan sebagi :
a. Para penganut atau pengikut agama.
b. Makhluk manusia.
Setiap makhluk diberikan Allah fitrah atau naluri untuk hidup berkelompok. Kelompok-kelompok tersebut dibangun biasanya berdasarkan unsur kesamaan yang mereka miliki. Kelompok makhluk Tuhan inilah yang disebut dengan nama ummat, dan manusia adalah salah satu bentuk kelompok tersebut. Akan tetapi, dari sekian banyak bentuk ummat, dalam al-Qur’an terdapat istilah khairu ummah yang berarti umat terbaik; sebuah penamaan yang diperuntukan bagi umat Islam.
Agar menjadi umat yang terbaik maka dengan melakukan Amar ma’ruf, yaitu dapat diartikan sebagai setiap usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia untuk menerima dan melaksanakan hal-hal yang sepanjang masa telah diterima sebagai suatu kebaikan berdasarkan penilaian hati nurani manusia dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan pula pada syariat atau wahyu. Adapun nahi munkar mengandung pengertian hal-hal yang munkar, yang menurut al-Maududi adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai jahat.
2. Pengertian Ahl-Kitab
Ahli Kitab (أهل الكتاب ′Ahl al-Kitāb) adalah sebutan bagi umat Yahudi dan Nasrani di dalam Al-Qur'an. Dinamakan demikian karena Allah telah mengutus nabi-nabi yang membawa kitab suci yaitu Taurat melalui Nabi Musa dan Injil melalui Nabi Isa. Dengan kedatangan Nabi Muhammad dan diturunkannya Al-Quran, ahli kitab ini ada yang menerima dan ada yang menolak kerasulan Muhammad maupun kebenaran Al-Quran dari Allah. Ahlul kitab dalam Al Qur’an adalah kaum Yahudi dan Nasrani, karena kitab suci telah diturunkan kepada mereka dalam wujud kitab sebuah kitab suci, mereka pada dasarnya adalah umat yang membaca dan menulis. Berbeda dengan umat Islam yang merupakan umat penghafal pada asalnya. Itulah salah satunya hikmah Alquran diturunkan secara bertahap melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Penyebutan ahlul kitab yang bermakna kaum Yahudi dan Nasrani juga berlaku secara umum, tanpa ada pengkhususuan kelompok tertentu dari mereka. Berangkat dari sini, dapatlah dipahami bahwa siapa pun yang mengaku sebagai Yahudi ataupun Nasrani, maka dia adalah ahlul kitab apa pun paham teologinya. Diantara mereka ada orang-orang beriman yang benar-benar ikhlas dalam akidah dan dalam amal pperbuatan mereka, seperti Abdullah ibnu Salam dan orang-orang Yahudi dari golongannya . Termasuk raja Negus dan golongannya dari kaum Nasrani.
Jadi, di sana ada mereka yang berkeyakinan mempersekutukan Allah, ada pula yang tidak, namun mereka tetaplah bukan umat Islam.
B. Tafsir
1. Tafsir Al-Mishbah
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia”. Kamu adalah seluruh umat Muhammad dari generasi ke generasi berikutnya, sejak dahulu dalam pengertian Allah Adalah umat terbaik karena adanya sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang dikeluarkan, yakni diwujudkan dan dinampakkan untuk umat seluruhnya sejak Adam hingga akhir zaman. Ini karena kalian adalah umat yang terus menerus tanpa bosan menyuruh kepada yang makfur, yakkni apa yang dinilai baik oleh masyarakat selama sejalan dengan Ilahi dan mencegah yang munkar, yakni yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur, pencegahan yang samapai pada batas menggunakan kekuatan dan karena kalian beriman kepada Allah, dengan iman yang benar sehingga atas dasarnya kalian percaya dan mengaalkan tuntunsn-Nya dan tuntunan Rasul-Nya, serta melakukan amr makruf dan nahi munkar itu sesuai dengan cara dan kandungan yang dianjurkanya. Inilah yang menjadikan kalian meraih kebajikan, tapi jangan duga Allah pilih kasih, sebab sekiranya Ahl al-Kitab, yakni orang Yahudi dan Nasrani beriman , sebagaimana keimanan kalian dan mereka tidak bercerai berai tentulah itu baik juga bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, sebagaimana iman kalian, sehingga dengan demikian merekapun meraih kebajikan itu dan menjadi pula bagian dari sebaik-baik umat, tetapi jumlah mereka tidak banyak kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Yakni keluar dari ketaatan kepada tuntutan Allah SAW.
2.Tafsir Al-Maragi
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kalian adalah umat yang paling baik dialam wujud sekarang, karena kalian adalah orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kalian adalah orang-orang yang beriman secara benar, yang bekasnya nampak pada jiwa kalian, sehingga terhindarlah kalian dari kejahatan dan kalian mengarah pada kebaikan, padahal sebelumnya kalian umat yang dilanda kejahatan dan kerusakan. Kalian tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, bahkan tidak beriman secara benar.
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
Seandainya mereka mau benar-benar beriman yang meresap dalam jiwa dan mengendalikan keinginan hati mereka, sampai keimanan itu menjadi sumber bagi segala keutamaan dan akhlak baik, seperti kalian (kaum mukminin), maka hal itu lebih baik bagi mereka dibanding apa yang mereka akui, yaitu keimanan yang tidak bisa mencapai jiwa dari kejahatan , dan tidak bisa menjauhkannya dari hal-hal kerendahan. Keimanan tersebut tidak bisa menghasilkan iman yang benar dicintai oleh Allah dan rasul-Nya.
مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Diantara mereka ada orang-orang beriman yang benar-benar ikhlas dalam akidah dan dalam amal pperbuatan mereka, seperti Abdullah ibnu Salam dan orang-orang Yahudi dari golongannya . Termasuk raja Negus dan golongannya dari kaum Nasrani. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik dalam agamanya, dan tenggelam dalam kekufuran.
3.Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT memberitahukan ihwal umat ini bahwa mereka adalah umat terbaik Allah. Allah berfirman, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.” Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Haurairah sehubungan dengan ayat, : Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia,” dia berkata “Kamu sebaik-baik manusia atas manusia lainnya. Dahulu kamu datang kepada mereka sedang lehermu masih dibelenggu, sebelum kamu masuk Islam.” Maksud ayat ini mereka umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Karena itu, Allah berfirman, “Kamu menyuruh kepada yang makruf melarang dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” Barang siapa yang tidak memiliki ketiga sifat itu, maka dia menyerupai Ahli Kitab yang dicela oleh Allah dalam firman-Nya, “Mereka tidak saling melarang dari kemunkaran yang mereka lakukan”, Oleh kerena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Seandainya Ahli Kitab beriman” kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad “niscaya hal itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada orang yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang yang fasik.” Yakni, sedikit Ahli Kitab yang beriman dan kebanyakan dari mereka kafir dan fasik.
4.Tafsir Jalalain
كُنْتُمْ (Adalah kamu) hai umat Muhammad, dalam ilmu Allah SWT. خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ (sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan) yang ditampilkan. لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَان (buat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, adalah ia) yakni keimanan itu. خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ (lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman) misalnya Abdullah bin Salam r.a dan sahabat-sahabatnya. وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ( tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.
C. Aplikasi Kehidupan
Dalam QS.Ali- Imron: 110, menjelaskan bahwa perintah untuk bernaung dan berpegang teguh kepada tali agama Allah. Jadi kaum muslimin harus menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat. Iman yang kuat pada Allah SWT yang terdapat dalam diri seseorang akan menguatkan perasaan beragama, menyuburkan hati dengan kecintaan zikir dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebagai bukti orang beriman yaitu dengan mengerjakan yang makruf dan meinggalkan yang munkar. Yaitu dengan berbuat baik sesama makhluk, karena orang yang beriman tanpa amal adalah dusta. Menjaga hubungan kepada Allah SWT dengan taat beribadah sekaligus menghormati orang lain beribadah sesuai dengan agamanya, menjaga HAM yang merupakan bagian dari aplikasi profetik, menjaga kelestarian alam dengan ikut mengantisipasi global warming, pemanasan global dengan berhemat energi, hemat listrik, penanaman pohon. Iman kepada keesaan Allah berarti dengan iman atau percaya bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang menciptakan, memelihara, menguasai, dan mengatur alam semesta. Iman kepada keesaan Allah juga berarti iman atau yakin bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan merendahkan diri, berarti percaya kepada ajakan bersatu untuk berpegang teguh pada tali agama Allah dan tidak bercerai-berai. Bentuk perbuatan beriman kepada Allah SWT yaitu dengan mengetahui keberadaan dirinya, alam sekitar. Sehingga menjalankan apapun perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Artinya dengan beriman kepada Allah SWT yang menjadi umat terbaik adalah mereka yang benar-benar beriman dalam jiwanya, maka dari keimanan tersebut akan menjadi sumber keutamaan dan akhlak yang baik. Dari akhlak yang baik tersebut akan berdampak positif terhadap berkembangnya potensi anak, sehingga mudah mencipta gagasan kreatif, mandiri, sehingga nantinya mampu berhadapan problema-problema dan sanggup mengatasinya.
D. Aspek Tarbawi
1. Perintah untuk menyuruh kepada yang makruf.
2. Perintah untuk melarang dari yang munkar.
3. Perintah beriman kepada Allah SWT.
4. Larangan mengsekutukan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan mengenai surat Ali Imran ayat 110 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab dalam hidupnya untuk saling menyerukan dalam kebenaran dan saling mengingatkan atau memperingatkan dalam keburukan dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah karena pada hakekatnya manusia telah diciptakan Allah dengan begitu sempurna dan kepada umat islam diberi keutamaan dari pada umat yang lain jika seseorang itu mampu mengamalkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling menegur jika ada keburukan. Namun, jika umat islam tidak melaksanakan itu maka dia tidak termasuk dalam sebaik-baik umat karena yang termasuk sebaik-baik umat adalah seseorang yang mampu mengamalkan Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan beriman kepada Allah.
B. Kritik dan Saran
Pembahasan dalam makalah yang saya susun ini memang jauh dari suatu kesempurnaan, maka dari itu kami mengharap kepada pembaca makalah ini agar mencari refrensi dan buku bacaan yang mendukung terhadap pembahasan mengenai “Objek Pendidikan Tiak Langsung” dalam QS.Ali-Imron ayat 110 mengenai “Umat Terbaik” dan kami sangat mengharap saran dan kritiknya yang kami butuhkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya dan rujukan yang lebih akurat demi mendapatkan kebenaran yang lebih validitasnya. Wallahu A’lam Bishowab. Kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
A r-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Tafsir Ibnu Katsir, alih bahasa syihabuddin. Jakarta : Gema Insani Press.
Al-Maragi, Ahmad Mutafa. 1993. Tafsir Al-Maragi, alih bahasa Bahrun Abubakar. Semarang : Karya Toha Putra.
Al-Maragi, Ahmad Mutafa. 1993. Tafsir Al-Maragi, alih bahasa Bahrun Abubakar. Semarang : Karya Toha Putra.
http://muslim.or.id/19330-ahlul-kitab.html Diakses pada tanggal 11 November 2016 Pukul 10.00 WIB
http://syofyanhadi.blogspot.co.id/2008/07/khairu-ummah-umat-terbaik.html. Diakses Pada Tanggal 31 Oktober 2016, Pukul. 19.23
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuthi. 1995. Tafsir Jalalain Jilid 1, Penerjemah Mahyudin Syaf dan Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nata , Abudin. 2011. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang : Lentera Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar