Laman

new post

zzz

Sabtu, 03 Maret 2012

Kelas E, (4), Indah Rediana, MEMANFAATKAN PANCA INDERA UNTUK MENCARI ILMU



MAKALAH
MEMANFAATKAN PANCA INDERA UNTUK MENCARI ILMU
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah     : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I








Disusun Oleh:
Indah Rediana
2021110205

KELAS E
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
 2012
BAB I
PENDAHULUAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberi kenikmatan islam, iman, dan ikhsan. Sholat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan yang benar.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya. Hal itu karena manusia dilengkapi akal dan organ-organ yang lain yang begitu kompleks.
Manusia dikaruniai panca indera supaya dapat memanfaatkannya dengan baik. Sebagai wujud rasa tanggung jawab kepada Tuhannya.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang manfaat panca indera. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amien..








BAB II
PEMBAHASAN
A.     MATERI HADITS
عبد الله بن مسعود يحد ث عن اابيه قا ل : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : نضر الله امرا سمع منا شيئا فبلغه كما سمع فرب مبلغ اوعى من سامع. (رواه التر مذي فى الجا مع, كتاب العلم عن رسول الله, باب ماجاء فى الحث على تبليغ السماع )

B.       TERJEMAH HADITS

     Abdillah bin Mas’ud menceritakan  dari ayahnya berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah  mengelokkan rupa seseorang yang mendengar hadist dari kami lalu ia menyampaikannya seperti apa yang ia dengar ,banyak penyampai lebih bisa menjaga daripada pendengar.”[1]
C.       MUFRODATNYA
Mengelokkan
نضر
Sesuatu
شيئا
Maka menyampaikan
فبلغه
Seperti apa
كما
Yang didengarkan
سمع
Penyampai
مبلغ
Lebih bisa menjaga
اوعى

D.      BIOGRAFI PEROWI HADIS  (Abdullah ibn mas’ud)
Abdullah ibn mas’ud adalah  Abdullah ibn Ghafil ibn Habib al-Hudzali, seorang sahabat Nabi SAW,yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra. Ibnu Mas’ud wafat di Madinah pada tahun 32 H. dan dikebumikan di Al-Baqi. Jenazah beliau dishalatkan oleh utsman.
Beliau  meriwayatkan sejumlah 848 hadist. Al-Bukhary dan muslimm menyepakati sejumlah 64 hadist, 21 diantaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhary sendiri dan 35 di antaranya oleh Muslim.
Beliau  menerima hadist dari Nabi saw, dari umar dan dari sa’ad ibn Mu’adz. Hadist-hadist beliau diriwayatkan oleh 2 orang putranya yaitu Abd ar-Rahman dan Abu Ubaidah , putra saudaranya Abdullah ibn utbah dan istrinya Zaenab ats- Tsaqatsiyah .Di antara para sahabat yang menerima hadist dari beliau ialah Abdillah ,Abu Musa, Abu Rafi’,Abu Thufail.Di antara para tabi’in ialah Alqamah ,Masruq ,Syuraih al-Qadli, Abu Wa’il Abd ar-rahman ibn Abi Laila , Abu Utsman an-Nabdy dan lain-lain.[2]

E.       PENJELASAN HADIS
 Semoga Allah  mengagungkan dan mengelokan seseorang yang mendengar sesuatu dari  kami lalu ia menyampaikanya seperti apa yang telah ia dengar, karena banyak sekali orang yang disampaikan kepadanya (suatu hadits) lebih memahami daripada orang yang mendengarnya (secara langsung dari Nabi saw).[3]
    Abu Bakrah telah meriwayatkan ,bahwa Nabi Saw bersabda ,
“Hendaklah orang yang hadir ( dalam majelis ini ), menyampaikan kepada orang yang ghaib ( tidak hadir ).Karena sesungguhnya orang yang hadir itu,mudah-mudahan ia menyampaikannya kepada orang yang lebih memahami daripadanya “. (Riwayat Syaikhain ).
    Orang yang hadir, maksudnya orang yang mendengar langsung dariku (Nabi saw) .Sedangkan orang yang ghaib ,maksudnya orang yang tidak mendengar langsung dariku.
    Makna hadits, sesungguhnya aku mengharapkan agar orang yang mendengar langsung dariku menyampaikanya kepada orang lain yang lebih gandrung dan lebih banyak menghafal hadits daripada dia sendiri,
    Menyampaikan hadits Nabi saw, merupakan hal yang wajib demi untuk memelihara syari’at agar tidak hilang. Karena, adakalanya orang yang menyampaikan itu bertemu dengan orang yang cerdas lagi dalam ilmunya, akhirnya ia dapat menyimpulkan berbagai macam hukum dari hadits yang disimpulkan olehnya, yang hal ini masih belum dipahami oleh orang yang mendengar langsung dari Nabi saw.[4]
Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud oleh hadits,yaitu semoga Allah mempereloknya dengan keagungan dan keindahan. mendengar sesuatu dari kami .maksudnya ialah, perkara agama berupa suatu ayat dari Al-Qur’an/ hadits lalu ia menyampaikanya persis seperti apa yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahi.[5]

F.       ASPEK TARBAWI
1.    Dalam menyampaikan sesuatu (ilmu) haruslah jujur,tidak boleh dikurangi ataupun ditambahi. Sehingga orang yang mendengarnya tidak keliru dalam memahaminya.
2.    Apa yang disampaikan oleh penyampai ilmu,hendaknya  didengarkan dan dipahami dengan sungguh-sungguh, Supaya apa yang  sudah dijelaskan dapat diterima dengan baik .
3.    Ilmu yang telah kita dengar/ketahui,sebaiknya dijaga akan nilai-nilai kemurniannya.
4.    Kita telah dianugerahi oleh sang pencipta berupa indra pendengar, maka kita wajib mensyukurinya serta memanfaatkanya/ mempergunakannya hanya untuk mendengar, mencari ilmu dan segala sesuatu yang mempunyai nilai positif.


PENUTUP

                        Allah menganugerahkan panca indera kepada manusia agar dapat melangsungkan hidup secara maksimal. Namun, pada dasarnya manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas pemanfaatan panca indera tersebut.
                        Maka dari itu sebagai seorang muslim hendaknya kita bersyukur,mampu memanfaatkan panca indera tersebut untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah SWT. Seperti mencari ilmu dan menjaga amanat Allah.
                        Di samping manusia diwajibkan untuk memanfaatkan panca indera dengan baik, manusia juga harus senantiasa berlindung kepada Allah SWT agar selalu diberi keberkahan atas organ panca indera yang telah dianugerahkan.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Nashif, Mansur. 1993. Mahkota Pokok-pokok Hadits Rasulullah Saw, Jilid I. Bandung: Sinar Baru.

Ash-Shieddieqy, Muhammad Hasbi. 2002. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Zuhri, Muhammad. 1992. Tarjamah Sunan At-Tirmidzi. Semarang: CV Asy-Syifa’



1 Muh.isa bin surah at-tirmidzi, tarjamah sunat at-thirmidzi,(semarang:cv.Asy-        syafi’I,1992),hal.283
                [2]  Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,Sejarah dan pengantar Hadits             ,(Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra, 2009),hal.227-228
[3]  Syekh Manshur Ali Nashif, Mahkota Pokok-pokok Hadits Rasulullah SAW Jilid I, (                                 Bandung: Sinar Baru Bandung, 1993 ), hal. 166.
                [4]  Ibid,hal.159
[5]  opcit, hal. 167

17 komentar:

  1. Nama: Dewi Riska Khodijah
    Kelas:E
    Nim: 2021110219

    ironisnya pada zaman sekarang ini banyak para jamah dikalangan lansia,, pengajian yang yang sistem mengajinya itu hanya dengan mendengarkan saja (jiping)itu sering kali tidak menangkap isi ilmu yang disampaikan,,malah menciptakan pendapat sendiri sesuai yg mrk inginkan yg sringnya melenceng dr mksd yg disampaikan.
    bagaimana anda menanggapi realita sperti ini?

    BalasHapus
  2. Nama : Nuhisa Filiandi
    Kelas : E
    NIM : 2021110233

    Aslamualaikum Sdri Indah, sedikit nimbrung yah,:-) Pada era sekarang ini, funsi panca indera sangatlah penting dan amat vital, terlebih untuk tujuan mulia seperti menuntut ilmu, saya ada sedikit pertanyaan, bagaimanakah nasib saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan fisik, lebih utamanya pada panca indera yang mereka miliki, yang tidak berfungsi, seperti sebagaimana layaknya kita sebagai manusia normal, nah bagaimana cara kita untuk lebih memahamkan dan mengajarkan ilmu kepada mereka? supaya mereka juga dapat memahami materi atau ilmu yang disampaikan, Syukron Katsiron atas Jawabannya ..

    BalasHapus
  3. nama: atiyatul islah
    nim: 2021110152
    dalam aspek tarbawi disebut kan bahwa orang yang akan menyampaikan ilmu harus jujur jangan mengurangi atau menambahi, lalu apakan kata-kata harus sama persis? jadi harus menghafalkan?

    BalasHapus
  4. Nama: Ainiyatun Nihlah
    NIM: 2021110157
    Kelas: D

    Apabila penjelasan yang kita sampaikan maksudnya sama tetapi redaksinya berbeda, bagaimana menurut pemakalah tentang hal ini?

    BalasHapus
  5. nama : ali mubarok
    nim : 2021110145
    kelas : D (E)

    jika kita dalam menyampaikan ilmu yang kita terima dari orang lain, namun ada kekurangan dalam penyampaian bagaimana hukumnya bagi oarang yang menyampaiakannya ?
    jelaskan kenapa demikian !

    BalasHapus
  6. laili masrukhah
    2021110193
    kelas E
    bagaimana pendapat anda agar dalam proses mencari ilmu, semua panca indera kita saling berkesinambungan??sedangkan biasanya kemampuan manusia terbatas pada salah satu indera saja??
    contohnya orang yang pintar dalam hal menulis biasanya kurang dalam hal berbicara?

    BalasHapus
  7. ulva rizkillah
    2021110195
    kelas E
    bagaimana pendapat anda mengenai penyalahgunaan, pemanfaatan panca indera dengan hal-hal yang negatif untuk mencari ilmu dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk menghindarinya??

    BalasHapus
  8. uswatun khasanah
    2021110210
    kelas E
    dalam aspek tarbawi dalam hadits di atas dikatakan bahwa ilmu yang telah didengar harus dijaga kemurniannya, bagaimana cara untuk mewujudkan hal tersebut??

    BalasHapus
  9. ferri jariyah (2021110227) kelas E

    menurut anda apakah semua panca indra dalam diri manusia dapat digunakan dalam segala aspek pendidikan? bagaiamana jika penggunaan panca indra tersebut belum maksimal?

    BalasHapus
  10. ferri jariyah (2021110227) kelas E

    menurut anda apakah semua panca indra dalam diri manusia dapat digunakan dalam segala aspek pendidikan? bagaiamana jika penggunaan panca indra tersebut belum maksimal?

    BalasHapus
  11. 1. Dewi Riska Kh: Yang pertama kali kita cari adalah letak kesalahan tersebut. Apakah masalah pendengaran, mengantuk, atau masalah lain. Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan bahasa mereka. Dakwah yang kita berikan ditingkatkan lagi kualitasnya. Mulai dari suara yang keras, materi yang disampaikan, lalu cara menyampaikannya agar lebih menarik. Sehingga dakwah yang disampaikan bisa diterima.

    BalasHapus
  12. 2. Nuhisa Filiandi: Pada zaman sekarang juga sudah banyak alat bantu untuk saudara kita yang kekurangan. Menggunkan alternatif media yang mendukung sesuai dengan kebutuhan orang tersebut tergantung kekurangan panca inderanya.Contoh, Tunarungu: menggunkan media visual
    Tunanetra: audio

    3.Aitiyatul Islah: Tidak harus sama persis. Setiap pendakwah harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh pendengar. Namun, tetap perhatikan redaksi dan isi dari materi tersebut. Yang penting intinya sesuai.

    4. Ainiyatul Nihlah: Tidak masalah. Tetapi, dilihat dulu materi apa, dan berhubungan dengan apa. Jika tentang Al-Qur'an redaksinya dan penjelasannya harus sama.

    BalasHapus
  13. pendapat tentang siswa yang menggunakan idra matanya untuk menyontek

    BalasHapus
  14. 6. Laili Masrukhah: manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada dasarnya manusia harus berusaha dengan cara apapun agar panca indenya berfungsi secara maksimal. Pada hakikatnya ketika seseorang memperoleh ilmu dari panca inderanya harus mengamalkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus
  15. 7. Ulva Rizkillah: Upaya untuk menghindari penyalahgunaan panca indera adalah dari individu itu sendiri harus membentengi dirinya dengan iman dan taqwa, meyakinkan bahwasegala tingkah laku yang dilakukan selalu diawasi oleh Allah SWT. Sehingga penyalahgunaan pemanfaatan panca indera dapat dihindari.

    BalasHapus
  16. 8. Uswatun Khasanah: untuk menjaga kemurnian suatu ilmu, ilmu tersebut harus betul-betul dipahami agar terhindar dari kesalahan baik isi maupun kandungan ilmu tersebut.

    BalasHapus
  17. 9.Ferri Jariyah: jika penggunaan panca indera belum maksimal tetap berusaha dan berikhtiar agar panca indera yang telah dianugerahkan kepada kita dapat berfungsu secara maksimal. Allah telah memberi kitanikman berupa panca indera. Dan kita wajub bersyukur.
    Wujud syukur kita salah satunya adalah tetap memanfaatkan panca indera dengan sebaik-baiknya.

    BalasHapus