SBM F2 : Pengajar vs Pembelajar - word
SBM F2 : Pengajar vs Pembelajar - ppt
SBM F2 : Pengajar vs Pembelajar - ppt
MAKALAH
ANTARA PENGAJAR DAN PEMBELAJAR
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.SI
Mata Kuliyah :
Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Penyusun:
1.
Diah
Safitri (2021110260)
2.
M.
Samsul Hadi (2021110261)
3.
Wahida
Zulfina (2021110262)
4.
Nur Aini (2021110263)
5.
Mu’afina (2021110264)
6.
Yeni Nur
Khasanah (2021110266)
Kelas: F
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negri (STAIN) Pekalongan
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam KBM, guru merupakan salah satu sarana dalam
tercapainya kesuksesan KBM tersebut, karena guru adalah yang menyampaikan ilmu
terhadap peserta didik. Selain itu guru adalahi motivator, inisiator,
pembimbing terhadap peserta didik, sehingga peran guru dalam dunia pendidikan
sangatlah penting.
Tugas utama
seorang guru bukan hanya sekedar mengajar saja, akan tetapi juga sebagai
pendidik dan pembelajar. Ketiga istilah tersebut memang seolah sama, karena
sama-sama tugas seorang guru guna memberikan ilmu kepada peserta didik. Akan
tetapi ada perbedaan antara ketiganya.
Dalam makalah
ini akan sedikit memaparkan tentang hakikat guru, prinsip dan gaya mengajar
guru, serta tentang perbedaab antara pengajar, pendidik dan pembelajar.
Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi pemakalah juga pembaca dan memberikan ilmu baru yang
semoga bermanfaat untuk bekal mengajar nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Guru
Guru adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, menanamkan nilai dan
sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Kemudian
dengan ilmu yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam megembangkan
potensinya. Perbedaan karakter yang dimiliki oleh guru akan menimbulkan
perbedaan cara mengajar di kelas yang bervariasi.[1]
Guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan
masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,
mushola, rumah, dan sebagainya.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun
klasikal, di sekolah maupun luar sekolah.[2]
B.
Peran dan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran
Dalam konsep
pendidikan tradisional Islam, posisi guru begitu terhormat, sehingga guru
dituntut juga beramal shalih sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimiliki.
Tanggungjawab mengajar nya tidak hanya untuk di dunia saja, akan tetapi sampai
dengan di akhirat juga akan dimintai pertanggungjawaban.
Seiring
perkembangan zaman, peran dan posisi guru semakin menyusut dan menghadapi
tantangan yang semakin berat di tengah perkembangan zaman. Sehingga guru harus
semakin kompeten dan meningkatkan profesionalitasnya.[3]
Adapun peran
dan fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi peserta didik dan lingkungan.
Fungsi: Mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi pekerti
dan memberikan pengarahan.
2.
Guru sebagai Pengajar
Membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya.
Fungsi: Menyampaikan ilmu, melatih dan memberi petunjuk, merancang
pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan lain sebagainya.
3.
Guru sebagai Pelatih
Berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan
demi masa depan anak didik.
Fungsi: Mengembangkan potensi peserta didik dengan memberikan
latihan-latihan tertentu.
4.
Guru sebagai Pembimbing
Membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan
perjalanan fisik dan mental spiritual peserta didik.
Fungsi: Mewujudkan disiplin, memberikan
petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa,memberikan latihan dan
sebagainya.
5.
Guru sebagai Penasehat
Artinya memberikan layanan (konseling) kepada peserta didik, agar
mereka dapat memahami dirinya.
Fungsi: Guru menjadi motivator dan agar peserta didik menjadi lebih
giat dalam belajar serta dapat memahami diri mereka.
6.
Guru sebagai Pembaharu (inovator)
Artinya pengalaman masa lalu yang dialami oleh guru akan membawa
makna yang sangat berarti bagi peserta didik. [4]
Fungsi: melakukan aktivitas kreatif, menemukan strategi, metode,
cara, dan konsep baru.
7.
Guru sebagai Model dan Teladan
Guru menjadi teladan bagi peserta didik, jika guru salah menyampaikan
pelajaran, peserta didik dapat meniru apa yang dikatannya.
Fungsi: Guru menjadi teladan dan model
bagi peserta didik dalam berperilaku kehidupan sehari-hari.
8.
Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Dalam arti kecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran ke
arah sesuatu yang baru, tidak melakukan sesuatu yang secara rutin saja.
Fungsi: Memotivasi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan mengasah kreativitas mereka.
9.
Guru sebagai Evaluator
Mampu melakukan pengukuran terhadap peserta didik, tidak hanya
penilaian kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor.[5]
Fungsi: Menyusun instrumen penilaian dengan bebrbagai jenis dan
menilai pekerjaan siswa.
10.
Guru sebagai Fasilitator
Peran guru adalah memfasilitasi dan membantu proses pembelajaran.
Fungsi: Memberi bantuan teknis dan mengarahkan.[6]
Secara garis
besar, peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai peletak
dasar nilai-nilai akhlakul karimah, penanam benih ilmu pengetahuan, penyemangat
hidup anak didik, dan dinamisator-stabilisator jiwa peserta didik (menstabilkan
peserta didik).
C.
Prinsip Mengajar
1.
Perhatian
Dengan adanya potensi-potensi negatif yang sering muncul dari siswa
dalam KBM, karena gangguan fisik dan psikis, apalagi dengan materi yang monoton
dan bersifat pengulangan, kemudian penggunaan metode yang kurang menarik dan
masalah lainnya maka akan mengurangi konsentrasi dari siswa dan akan mengganggu
proses KBM. Oleh karena itu guru harus berusaha memberi dan merangsang
perhatian peserta didik, dengan cara yang arif dan mengedepankan aspek
humanistik, keramahan, penghormatan, dan lain sebagainya..
2.
Adanya aktivitas
Proses pendidikan mengedepankan aspek mumunculkan
aktivitas-kreativitas peserta didik dalam merespon materi ajar berupa bertanya
(bersifat analisis, penajaman materi), mendebat (diskusi), mengerjakan tugas
secara mandiri, bertanggungjawab, semangat dan memunculkan pemikiran baru
(prospektif) terhadap materi yang diajarkan.
3.
Appersepsi
Untuk memudahkan pemahaman antara materi ajar dengan potensi
pemahaman yang dimiliki peserta didik, langkah yang ditempuh diantaranya adalah
menumbuhkan konsep appersepsi, yaitu menghubungkan antara materi ajar dengan
pengalaman keseharian peserta didik.
4.
Peragaan
Dalam konsep pendidikan dikenal dengan media pembelajaran yakni
sebuah langkah yang dilakukan oleh pendidik dihadapan peserta didik berupa
bahan-bahan yang dapat mempermudah pemahaman dengan bentuk konkrit.
5.
Repetisi
Pengulangan (repetisi) materi ajar dengan tujuan mereview (mengulang
kembali) daya ingat peserta didik dengan materi yang telah diajarkan. Agar
tidak membosankan maka dilakukan dengan cara yang menarik, inovatif dan
lai-lain.
6.
Korelasi
Hubungan (korelasi) dalam konsep prinsip pendidikan diharapkan agar
peserta didik dapat menghubungkan teori yang bersifat (normatif-abstrak) dengan
realitas hidup sehari-hari, sehingga memudahkan peserta didik dalam menerima
materi ajar.
7.
Konsentrasi
Sebuah langkah agar teori-abstrak yang diberikan kepada peserta
didik dapat dicerna dalam kurun waktu lama, tidak spontanitas, dan berkesinambungan.
Karena materi ajar yang diberikan kepada siswa akan selalu berhubungan erat
dengan materi sepanjang pengetahuan-pembelajaran. Maka langkah yang
dikedepankan adalah mewajibkan pendidik agar mengkonsentrasikan peserta didik
dengan cara mengevaluasi secara periodik dan berkesinambungan.
8.
Sosialisasi
Yaitu mengedepankan praktek berbaur antar-peserta didik,sehingga
menimbulkan rasa kasih sayang antarsesama.
9.
Individualisasi
Pendidik diharuskan memahami kondisi individu peserta didik mulai
dari latar belakang keluarga, karakter keluarga, karakter anak didik, bahkan
karakter masyarakat sekitar anak didik.
10.
Evaluasi
Dengan evaluasi individual diharapkan mampu membidik sejauh mana
kadar pribadi peserta didik mampu menyerap materi ajar.
D.
Gaya Mengajar/Pembelajaran
1.
Gaya Klasik
Gaya pembelajaran yang memberikan materi berdasarkan target bukan
karena aminat peserta didik, sehingga materi yang disajikan hendaknya bermuatan
hal populer agar disukai peserta didik. Gaya ini kurang menarik karena posisi
pendidik sangat dominan.
2.
Gaya Teknologis
Gaya yang mengedepankan aspek isi atau materi pembelajaran dengan
sentuhan teknologi. Peran pendidik adalah sebagai pemandu (guide),
pengarah (directur) dan pemberi kemudahan (fasilitator).
3.
Gaya personalisasi
Merupakan bentuk komunikasi dalam proses pembelajaran yang
mengedepankan aspek minat siswa, sehingga keberadaan pendidik sebagi narasumber
(resource person) dalam proses pembelajaran.
4.
Gaya Interaksionalisasi
Gaya yang mengedepankan model interaksi-dialog antara peserta didik
dengan pendidik, materi yang disajikanpun seputar hal-hal yang kontemporer.[7]
E.
Pengajar, Pendidik dan Pembelajar
Secara tegas
pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 merinci tugas utama
guru sebagai pendidik profesional meliputi mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik khususnya pada
pendidikan formal di semua jenjang.
Tugas utama
guru dapat dibedakan menjadi tiga kegiatan, yaitu mendidik, mengajar dan
membelajarkan. Dengan kata lain guru profesional harus berperan sebagai
pendidik, pengajar dan pembelajar.
Mendidik merupakan
kegiatan puncak yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik.
Mendidik adalah usaha melakukan internalisasi nilai sesuai dengan ilmu yang
ditransformasikan dalam kegiatan mengajar. Hasil kegiatan mendidik itulah yang
membedakan pola pikir dan cara pandang siswa tentang sesuatu.[8]
Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 30 (2)).[9]
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memotivasi dan
memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar. Peran guru
di sini lebih sebagai motivator dan fasilitator untuk menciptakan suasana yang
kondusif. Hubungan guru dan murid bersifat horizontal, sehingga guru dapat berperan
sebagai mitra belajar.
Pembelajar bermakna bahwa guru harus senantiasa belajar untuk mendapatkan
pengetahuan baru dan mengembangkannya menjadi sebuah telaah yang hangat
sekaligus sebagai penopang proses pembelajaran.
Pengajar adalah istilah umum untuk seorang ahli yang berprofesi sebagai
guru, pendidik, dosen, instruktur pelatih, fasilitator.
Mengajar adalah kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta
didik dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, mulai dari
perencanaan sampai evaluasi. Kompetensi pendukung utama yang diperlukan adalah
kompetensi pedagogik dan profesional, tapi bukan berarti kompetensi kepribadian
dan sosial tidak diperlukan.
Kinerja
mengajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana pengajar tersebut menjelaskan isi
pelajaran. Ia harus tahu bagaimana menghadapi peserta didik dan membantu
memecahkan masalah.
Walaupun pembelajaran
memiliki pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objektif
yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap
(aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik,
namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,
yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.[10]
Adapun
paradigma mengajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Paradigma Mengajar
Paradigma mengajar merupakan paradigma tertua yang menjadikan guru
atau pengajar sebagai tokoh sentral dalam PBM. Dalam hal ini keberhasilan
peserta didik bertumpu pada kemampuan dan kehadiran pengajar. Paradigma
mengajar menyebabkan sikap ketergantungan peserta didik atas kehadiran
pengajar. Pengajar sangat dominan, acuan kegiatan belajar mengajar adalah
profesi pengajar yang menyampaikan dan menjelaskan materi. Seiring dengan kemajuan teknologi, paradigma
ini secara perlahan mulai ditinggalkan.
2.
Paradigma Pembelajaran
Dalam KBM, peserta didik menjadi fokus perhatian, pengajar hanyalah
salah satu faktor eksternal pembelajaran.
Konsep sistem diterapkan dalam paradigma pembelajaran ini untuk
menganalisis keberhasilan atau kegagalan KBM. Analisis dilakukan untuk
menentukan komponen mana yang mengalami hambatan serta bagaimana
menyelesaikannya. Penerapan konsep sistem berdampak pada pengembangan PBM yang
lebih dinamis, yaitu menerapkan interaksi antara peserta didik, penggunaan
media dan penilaian acuan patokan.
Pengajar merupakan salah satu faktor eksternal belajar. Peran
pengajar dalam paradigma pembelajaran menjadi beragam. Ia tidak hanya menjadi
menyaji, tetapi ia adalah komunikator yang harus menyampaikan materi ajar
sesuai dengan kaidah komunikasi. Ia menjadi pengatur serta pengembang kegiatan
belajar di kelas, merancang seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran. Perannya
tidak akan tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. Karena interaksi dan
pelajaran sikap tidak mungkin disampaikan oleh teknologi. [11]
BAB
III
PENUTUP
Dari beberapa peran dan fungsi guru, seperti membimbing, memimpin,
memfasilitasi, mengasah kreativitas peserta didik dan lainnya, terdapat tiga
tugas utama dari guru, yaitu mengajar, mendidik dan membelajarkan.
Dalam merancang pembelajaran ataupun dalam proses KBM,
maasing-masing guru menggunakan gaya dan metode yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan siswa dan sesuai kreativitas guru masing-masing.
Dalam mengajar, guru harus profesional dan memiliki prinsip-prinsip
tertentu agar dapat menunjang keberhasilan KBM dan siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asriel, Zainal.
2011. Micro Teaching. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamaroh,
Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurrohman,
Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Mulyasa, E.
2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun.
2009. Menjadi guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawiradilaga,
Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Rosyid, Moh. .
2007. Guru. Kudus: STAIN KUDUS PRESS.
[1] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2009, hlm. 43.
[2] Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan anak didik dalam interaksi
edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, hlm. 31-32.
[3] Ngainun Naim, Menjadi guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009, hlm. 5.
[4] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm.
37-40.
[5] Zainal Asriel, Micro Teaching, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011, hlm. 11-12.
[6] Moh. Rosyid, Guru, Kudus: STAIN KUDUS PRESS, 2007, hlm. 92
[7] Moh. Rosyid, ..... , hlm. 153-154
[9] http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/01/23/pengertian-pendidik-dan-tenaga-kependidikan/
[10]Stephen P.
Robbins, Perilaku Organisasi Buku 1,
Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal. 69-79.
[11] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta:
Prenada Media Group, 2009, hlm. 3-6.
naely fajriyah hasan nim 2021 111 037
BalasHapusuntuk gaya mengajar gaya manakah yg lbih ideal diterapkan untuk semua jenjang pendidikan ????
Bagaimana agar menjadi seorang pengajar yg tidak monoton n bsa menghidupkan suasana kelas dalam kondisi apapun
terimakasih
a. Jika ditanyakan gaya mengajar yang mana yang lebih ideal untuk semua jenjang pendidikan, jawabannya adalah tidak ada. Karena gaya mengajar yang digunakan harus disesuaikan dengan peserta didik. Bagaimana dengan gaya mengajar tersebut dapat memahamkan peserta didik, kompetensi yang diharapkan bisa tercapai, dan tujuan dari pembelajaran juga dapat tercapai. Intinya adalah gaya mengajar yang bisa membuat tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Hapusb. Agar menjadi pengajar yang tidak monoton dan bisa menghidupkan suasana di kelas dalam kondisi apapun, maka pendidik harus menguasai kompetensi yang harus ada pada pendidik, seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional/akademik. Selain itu juga harus menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip mengajar yang ada dan pengajar juga harus kreatif, baik dalam perencaaan, maupun proses KBM. Pengajar tidak monoton hanya menyampaikan materi yang itu itu saja tanpa ada bantuan teknologi dan metode yang menarik. Metode yang digunakan dalam KBM harus menarik, jika bisa dapat juga menggunakan metode-metode baru yang kreatif dan inovatif yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Nama : Arinun Ilma, NIM : 2021 111 045,
BalasHapuspertama, bagaimana seorang guru sudah bisa dikatakan sebagai guru yang ideal?
yang kedua, kita sebagai calon pendidik, apa yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang pendidik yang berkualitas dan disenangi oleh peserta didiknya? karena pada kenyataannya masuk tidaknya pelajaran yang diajarkan juga sangat dipengaruhi oleh kedekatan emosional antara pendidik dan peserta didik.
terimakasih.
a. Guru yang ideal menurut Prof. Dr. Muhammad Surya, ada 9 karakter guru ideal, ditambah dengan konsep konsep ruh pendidikan, antara lain:
Hapus1) Semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap.
2) Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
3) Mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain.
4) Memiliki etos kerja yang kuat.
5) Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karier.
6) Berjiwa profesional tinggi.
7) Memiliki kesejahteraan jiwa lahir-batin dan materiil-nonmateriil.
8) Memiliki wawasan masa depan.
9) Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
b. Agar menjadi pendidik yang berkualitas dan tidak membosankan, maka Pendidik harus menguasai 4 kompetensi dasar pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, profesional/akademik, sosial dan kepribadian. Seain itu juga harus menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang ada dalam pelaksanaan KBM. Sebisa mungkin harus menggunakan metode-metode yang menarik dan tidak membosankan.
3.Nurma Agista (2021111044)
BalasHapusBagaimana cara mengasah kreativitas peserta didik, dan adakah batasan dalam berkreasi?
jawab:
Cara mengasah kreativitas peserta didik, yaitu dengan menerapkan peran dan fungsi itu sendiri, baik menjadi pelatih, pembimbing, penasehat, model, evaluator dan lainnya dalam rangka memberikan motivasi dan mengasah kemampuan dari masing-masing peserta didik. Pendidik tidak hanya sekedar memberikan ilmu akan tetapi juga memfasilitasi dan mendukung pengembangan kreativitas yang ada pada masing-masing anak didik.
Dalam mengembangkan kreativitas, memang tidak ada batasan-batasan, hanya saja harus disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku.
4.Halif (2021111070)
Bagaimana cara pendidik dalam menghadapi perbedaan karakter dari masing-masing peserta didik?
jawab:
Cara pendidik dalam menghadapi perbedaan karakter dari masing-masing peserta didik adalah dengan menguasai keempat kompetensi yang harus ada pada pendidik dan melakukan KBM dengan cara sekraetif mungkin dan tidak hanya melakukan kewajibannya sebagai pengajar saja, akan tetapi juga mendidik dan membelajarkan. Pendidik harus profesional dalam menghadapi peserta didik, tidak pilih kasih, dan harus memperhatikan seluruh peserta didik dengan cara yang sesuai atau sama antara satu siswa dengan yang lainnya.
5.Arum Arifah (2021110271)
Bagaimana sikap pengajar terhadap peserta didik dan sebaliknya?
Jawab:
a. Sikap pendidik terhadap peserta didik, antara lain:
1) Menyayangi seperti anak sendiri.
2) Ikhlas dalam mengajar atau menyampaikan ilmu kepada peserta didik.
3) Sabar dalam mengahadapi peserta didik.
4) Tidak pilih kasih.
5) Selalu memberikan contoh yang baik kepada peserta didik.
6) Menghormati peserta didik.
b. Sikap peserta didik terhadap pendidik, antara lain:
1) Menyayangi pendidik seperti orangtua sendiri.
2) Menghormati pendidik.
3) Patuh dan idak melawan.
4) Tidak suka memancing emosi pendidik.