MODEL
PEMBELAJARAN PUSAT SISWA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen pengampu : Muh. Ghufron M.S.I
Kelas : F
Disusun Oleh
Ilmi Fitriroyani 2021110241
Zuhrotun
Nisak 2021110242
Durrotul Mustafida 2021110243
Nur Khasanah 2021110244
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2013
BAB I
Pendahuluan
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pmbelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal.
Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep-konsep dan
cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam oroses pembelajaran.
Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan
kondisi siswa-siswa di kelas. Demikian juga pentngnya pemahaman guru terhadap
sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor
lain yang terkait dengan pembelajaran.tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi
ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peranserta
siswa secara optimal.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai model-model pembelajaran pusat siswa
yang mana model ini merupakan model pembelajaran efektif karena siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
BAB
II
Pembahasan
Model-model pembelajaran interaktif yang berpusat pada siswa (
Student Center ) ada 2 yaitu :
1.
COOPERATIF
LEARNING
A.
Ruang
Lingkup Pembelajaran Cooperatif Learning
1)
Landasan
Pemikiran
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah
cooperatif learning. Cooperatif learning muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
saling memecahakan masalah-masalah yang kompleks.
Dalam kelas cooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras dan satu sama lain saling
membantu.Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
belajar berfikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencpai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelomponya untuk
mencapai ketuntasan belajar.[1]
Art
dan Newman menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok tugas
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling
membantu tugas teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.[2]
2)
Tujuan
Kooperatif Learning
Untuk
meningkatkan partisipasi siswa, menfalisitasi siswa dalam pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda
latar belakangnya.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
oleh Ibrahim, antara lain (2000), yaitu:
1.
Hasil belajar akademik
2.
Penerimaan terhadap perbedaan individu
3.
Pengembangan keterampilan sosial.[3]
3)
Efek-efek
Kooperatif Learning
a.
Efeknya
pada perilaku koperatif
b.
Efeknya
pada toleransi terhadap keanekaragaman
c.
Efeknya
pada prestasi akademik
4)
Lingkungan
Belajar dan Sistem Pengelolaan
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok guru menerapkan
struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua prosedur. Meskipun
demikian guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok
secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas
mengendalikan aktifitas-aktifitas di dalam kelompoknya. Selain itu pembelajaran
kooperatif menjadi sangat efekktif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di
kelas, perpustakaan, ataupun di pusat media.
5)
Langkah-langkah
Penbelajaran Kooperatif
Terdapat
6 langkah utama di dalam pelajaran ynag menggunakan pembelajaran kooperatif :
a.
Fase
pertama: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b.
Fase
kedua : menyajikan informasi
c.
Fase
ketiga : mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
d.
Fase
keempat : membimbing kelompok bekerja dan belajar
e.
Fase
kelima : evaluasi
f.
Fase
keenam : memberikan penghargaan
B.
Beberapa
Variasi Model Cooperatif Learning
Terdapat
4 pendekatan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan
pembelajaran cooperatif learning yaitu :
|
STAD
|
Jigsaw
|
Investigasi
kelomppok
|
Pendekatan
struktural
|
Tujuan
kognitif
|
Informasi
akademik sederhana
|
Informasi
akademik sederhana
|
Informasi
akademik tingkat tinggi dan ketrampilan inquiri
|
Informasi
akademik sederhana
|
Tujuan
sosial
|
Kerja
kelompok dan kerja sama
|
Kerja
kelompok dan kerja sama
|
Kerjasama
dalam kelompok yang kompleks
|
Ketrampilam
kelompok dan ketrampilan sosial
|
Struktur
tim
|
Kelompok
belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
|
Kelompok
belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok “asal”
dan kelompok “ahli”
|
Kelompok
belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen
|
Bervariasi,
berdua kelompok dengan 4-5 orang anggota
|
Pemilihan
topik
|
Biasanya
guru
|
Biasanya
guru
|
Biasanya
guru
|
Biasanya
guru
|
Tugas
utama
|
Siswa
dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk memutuskan materi
belajarnya
|
Siswa
mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota kelompok
“asal” mempelajari materi itu
|
Siswa
menyelesaikan inquiri kompleks
|
Siswa
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes
mingguan
|
Bervariasi,
dapat berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan
proyek dan menulis laporan dapat menggunakan tes essay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar
pengetahuan dan publikasi lain
|
Publikasi
lain
|
Lembar
pengakuan dan publikasi lain
|
bervariasi
|
C. Implikasi
Pembelajaran Cooperatif Learning
Menurut Ibrahim, dkk.(2000),bahwa
belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan
yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif pada
guru. Ratumanan(2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. Menurut Kardi dan Nur (2000) belajar kooperatif sangat
efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya
dan memperbaiki hubungan antar siswa normal dan siswa penyandang cacat.
Davudson
(1991) memberikan sejumlah implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan
strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok kecil memberikan dukungan sosial
untuk belajar
2)
Kelompok kecil
menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa
3)
Suatu masalah idealnya
cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat
didemonstrasikan secara objektif
4)
Siswa dalam kelompok
membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur
perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, ayau pembahasan
masalah-masalah yang bermanfaat.
5)
Ruang lingkup materi
dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan.
Belajar kooperatifdapat berbeda
dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan kategori berikut,
(1) tujuan kelompok. (2) tanggung jawab individual. (3) kesempatan yang sama
untuk sukses. (4)kompetisi kelompok. (5)spesialisasi tugas. (6)adaptasi untuk
kebutuhan individu.[4] C.
karakteristik dan prisip-prinsip strategi Pembelajaran kooperatif
1. Karakteristik
SPK
Pembeljaran kooperatif bebrbeda dengan
srategi pemelajaran yang lain . Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang lebih menekankan kepada prosees kerjasama dalam kelompok.
Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian
penguasaan bahn pelajaran,tetapi juga unsur kerjasama untuk penguasaan materi
tersebut
2. Prinsip-prinsip
pembelajaran Kooperatif
·
Prinsip ketergantungan
positif
·
Prinsip tanggung jawab
perseorangan
·
Interaksi tatap muka
·
Partisipasi dan
komunikasi
D.
Prosedur Pembelajaran Cooperatif
1) Penjelasan
materi
2) Belajar
dalam kelompok
3) Penilaian
4) Pengakuan
tim
E..
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1) Keunggulan
Strategi Pembelajaran Kooperatif
a.
Siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru.
b. Anak
menjadi respek pada orang lain,sadar akan keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan
c. Dapat
membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
d.
Dapat meningkatkan
prestasi akademik dan kemampuan sosial.
e. Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguj i ide dan pemahamannya
sendiri,menerima umpan balik.
2) Kelemahan
Strategi Pembelajaran kooperatif
a. Untuk
memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu
b.
Siswa saling
membelajarkan, sehingga apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak
pernah dicapai oleh siswa
c. Penilaian
yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok
d. Keberhasilan
SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompokmemerlukanwaktu yang cukup panjang.
2.PROBLEM BASED LEARNING
a. Ruang
lingkup Problem Based Learning
1. Masalah
Pembelajaran
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa
dapat berpikir optimal.[5]
Cara guru mengajar menekankan pada penguasaan informasi atau konsep. Penumpukkan informasi atau konsep kurang bermanfaat bahkan tidak bermnfaat sama sekali. karena hal tersebut hanya dikomuniksikan melalui satu arah. Pentingnya pemahaman konsep mempengaruhi sikap keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.
Cara guru mengajar menekankan pada penguasaan informasi atau konsep. Penumpukkan informasi atau konsep kurang bermanfaat bahkan tidak bermnfaat sama sekali. karena hal tersebut hanya dikomuniksikan melalui satu arah. Pentingnya pemahaman konsep mempengaruhi sikap keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.
PBL tidak mungkin terjadi kecuali
jika guru menciptakan lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka
dan jujur dapat terjadi.
2. Tujuan
PBL
Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut
Arends , Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran
dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri ,
mengembengkan kemandirian dan percaya diri.
3. Fitur-fitur
khusus PBL
a. Pertanyaan
atau masalah perangsang
b. Fokus
interdisipliner
c. Investigasi
autentik
d. Produksi
artefak dan exhibit
e. Kolaborasi
4. Manfaat
PBL
Menurut Sudjana, Manfaat khusus
yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.
5. Melaksanakan
PBL
PBL terdiri dari 5 langkah utama yang
dimulai dengan guru mempperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
diahkiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
·
Fase pertama :
Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
·
Fase kedua : Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
·
Fase ketiga :
Membantu investigasi mandiri dan kelompok
·
Fase keempat : Mengembangkan dan mempresentasikan artefak
dan exhibit
·
Fase kelima :
Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
b.
Beberapa variasi dalam
model pelaksanaan PBL
1.
Tugas-tugas perencanaan
·
Penetapan tujuan
·
Merancang situasi
masalah
·
Organisasi sumberdaya
dan rencana logistik
2.
Tugas interaktif
·
Orientasi siswa pada
masalah
·
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
·
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
·
Analisis dan evaluasi
proses pemecahan masalah
3.
Lingkungan belajar dan
tugas-tugas manajemen
Untuk efektifitas kerja guru
harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan,
dan pendistribusian bahan. Guru juga haarus menyampaikan aturan , tatakrama,
dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika
mereka melakukan penyilidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika
melakukan investigasi di masyarakat.
4.
Assesment dan evaluasi
Digunakan
untuk mengukur pekerjaan siswa
5.
Tahapan-tahapan PBL
a)
Merumuskan masalah
b)
Menganalisis masalah
c)
Merumuskan hipotesis
d)
Mengumpulkan data
e)
Pengujian hipotesis
f)
Perumusan rekomendasi
pemecahan masalah
6.
Keunggulan dan
kelemahan PBL
Keunggulannya
:
·
Lebih memahami isi
pelajaran
·
Memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
·
Meningkatkan aktifitas
pembelajaran siswa
·
Mendorong melakukan
evaluasi sendiri
·
Lebih menyenangkan dan disukai
siswa
·
Mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis
·
Memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia yang nyata
·
Mengembangkan minat
siswa untuk terus belajar
Kelemahannya
:
·
Manakala siswa tidak
berminat dan tertarik terhadap masalah yang sulit, mereka enggan mencoba
·
Membutuhkan cukup waktu.[6]
BAB III
Penutup
model pembelajaran pusat siswa merupakan
model pembelajaran yang menekankan siswa lebih berperan aktif dalam
pembelajaran. Selain itu, dapat meningkatkan partisipasi siswa, menfalisitasi
siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, belajar
bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya, menyusun
pengetahuan mereka sendiri , mengembengkan kemandirian dan percaya diri.
Tidak ada model pembelajaran yang sempurna, karena dari setiap
model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Daftar Pustaka
Asriel, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
.Mustakim, Zaenal. 2011.Strategi dan pembelajaran.Pekalongan: STAIN
Press.
Aunurrahman.2009.
Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan metode pembelajaran, (Pekalongan:
STAIN PRESS, 2011) hal. 277-292
[3] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. di akses tanggal 21 oktober 2012
[4] Triatno ,, hal. 62-63
[5] http://www.stkipnganjuk.net/2009/07/inovasi-pembelajaran-metode-berpusat.html.
diakses tanggal 18 oktober 2012
[6] Zaenal Mustakim, Strategi
dan metode pembelajaran, (Pekalongan: STAIN PRESS, 2011) hal. 293-299
assalamualaikum,,,
BalasHapusnama saya nur farida (2021111303)
pemakalah yang budiman,,,
yang ingin saya tanyakan,,, adakah model pembelajaran berpusat pada siswa selain yg pemakalah paparka??
jika ada, bagaimana implikasinya dalam pembelajaran PAI di sekolah???