Hadis Tarbawi
HIDUP DAMAI BERDAMPINGAN
Muhamad Iskandar
(2021214433)
Kelas : L
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah-Nya kepada kita semua. Solawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabatnya.
Pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan makalah Hadis Tarbawi II dengan judul “Hidup Damai Berdampingan” semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, disamping itu apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima isinya, saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan berikutnya.
Pekalongan, 25 Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad sekarang, manusia telah mengesampingkan Tuhan, kebenaran, perdamaian, kesadaran, kejujuran, kadilan, dan kasih sayang. Manusia sudah sangat banyak berubah. Ia bukannya berusaha menemukan tiga ribu sifat Allah yang agung, tetapi malah kehilangan sifat itu sehingga membuka jalan kepada kehancuran. Dia berusaha merusak kehidupan orang lai dengan menghancurkan dunia.
Padahal, kedamaian dan ketentraman adalah harapan semua manusia beragama di muka bumi ini, entah itu bagi mereka yang beragama Hindu, Bhuda, Kristen mapun Islam bahkan sesama umat agama masing-masing, tentunya semua Agama mengharapkan sebuah kondisi yang tenang, aman,dan damai sehingga mereka dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan hidup rukun antar pemeluk agama dalam bingkai Agama masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perdamaian ?
2. Siapa sajakah yang menginginkan perdamaian ?
3. Bagaimana pandangan Hadist mengenai perdamaian ?
4. Bagaimana kita mewujudkan perdamaian ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu perdamaian.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menginginkan perdamaian.
3. Untuk mengetahui Hadist dan Ayat yang berhubungan dengan perdamaian.
4. Untuk mengetahui aspek tarbawi dalam pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
HIDUP DAMAI BERDAMPINGAN
A. Pengertian
Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.
Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan perang. (bahasa Roma kuno untuk damai adalah Pax yang didefinisikan sebagai Absentia Belli, ketiadaan perang). Dengan definisi seperti ini, kita dapat menganggap Congo, Sudan, dan mungkin Korea Utara dalam keadaan damai karena mereka tidak sedang berperang dengan musuh dari luar.
B. Hadist/Ayat pendukung
Dalam Surat Al Kafirun ayat 6:
“ Untuk kamu adalah agamamu dan untuk aku adalah agamaku.”
Didalam surat Al Hujarat, Ayat 13, Allah SWT berfirman:
“ hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan dan kami menjadikan kamu beberapa bangsa dan beberapa suku-bangsa supaya kamu saling mengenal satu sama lain”.
Allah SWT berfirman, didalam surat Ar Rum,22:
“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi berlainan “bahasamu” dan “warna kulitmu”. Sesungguhnya pada yang demikian itu bener-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui”
Dari riwayat Attirmidzi-jabir r.a, Nabi muhammad saw bersabda :
“ sesungguhnya orang yang saya kasihi dan yang terdekat padaku di hari kiamat adalah yang terbaik budi pekertinya. Dan orang yang sangat saya benci dan terjauhi dari padaku pada hari kiamat yaitu orang yang banyak bicara, sombong dalam pembicaraannya dan berlagak menunjukkan kepandaiannya”
Mengapa budi pekerti menjadi pusat perhatian Nabi muhammad saw ?
Kebaikan budi pekerti ternyata menjdi tugas utam Nabi Muhammad sebagai mana sabdanya;
“ sesungguhnya, aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia ( Hadist, riwayat Buhkari, Hakim dan Baikhaki ).
Bagaimana budi pekerti yang baik itu ada beberapa petunjuk sebagai berikut:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik, agar kamu selalu ingat ( QS. An-Nur,ayat 27)
Selanjutnya, ari Abu Dawud : Abu Umamah Al Bahuli r.a: Rasulullah bersabda:
“ Saya dapat menjamin rumah dikebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia benar. Dan menjamin satu rumah dipertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta, meskipun bergurau. Dan menjamin rumah di bahagian yang tinggi di bagian surga bagi orang yang baik budi pekertinya.”
Demikianlah melalui budi pekerti yang luhur umat islam akan memberi manfaat bagi lingkungannya, budi pekerti untuk berbuat kebaikan ini cakupannya sangat luas tidak sebatas dalam hubungan darah atau seagama saja melainkan dengan siap saja dari berbagai bangsa dan agama.
C. Teori Pengembangan
1) Semua membicarakan perdamaian
Indonesia dengan Negara yang terhimpun dari bermacam pulau yang di apit oleh dua samudra yaitu samudra indonesia dan samudra pasifik, suku bangsa yang berbeda, agama, adat istiadat kedaerahan sehingga menjadikan masyarakat Indonesia yang majemuk atau sebuah bangsa yang di takdirkan dengan corak masyarakat yang plural (pluralistic society). Namaun, dalam urusan budaya perdamaian, Agama masing-masing tentu menyinggung tentang hal itu.
Pertama Agama Hindu misalnya, dalam kitab mereka tertulis sebagai berikut:
I Made Titib
Semoga sorga damai, demikian demikian pula langit dan bumi, semoga damai dalam air, tanaman dan semua tumbuh-tumbuhan, semoga para dewa senantiasa damai, demikianlah Tuhan Yang Maha Esa menganugrahkan kedamaian, semoga umat manusia dalam kedamaian, semoga damai, semoga damai, demikian pula kami memperoleh kedamaian
Yajurveda XXXVI.17
Masyarakat yang religius hidup dalam suasana yang rukun dan damai dikenal dengan istilah masyarakat yang santa jagadhita atau masyarakat sukritagama, masyarakat yeng tentram dan penuh kebahagiaan melakukan aktivitas sehari. Kedua dalam agama Budha, Sang Budha bersabda :
“ seorang yang berada ditengah-tengah orang membenci, hendaklah orang itu bebas dari kebencian”
Budha mengajarkan kita berfikir positif, Metta atau cinta kasih yang universal ini merupakan pikiran yang sangat positif, yang dapat memberikan kedamaian dan kebahagiaan kepada kita dalam hidup ini. Agama budha adalah agam yang mengajarkan pada perdamaian agar kita mencintai kehidupan dan terus berjuang untuk dapat menyelamatkan dunia ini.
Ketiga dalam agama Kristen yaitu misalnya ajaran Yesus tentang damai, Yesus adalah tokoh anti kekerasan dan cinta damai. Karena itu dia diberi gelar “Raja Damai. Tidak ada satupun ayat dalam alkitab yang mengindikasikan bahwa Yesus pernah mengajak orang untuk berperang.
Keempat dalam agama Islam, agama yang terakhir masuk Indonesia ini memamang didalam masyarakat kita, ada berbagai pengelompokan walau mayoritas beragama Islam hal ini karena kesamaan agama atau etnis yang sebenarnya adalah wajar karena demikianlah sejarah penyebaran agama Islam telah menyebabkan tumbuhnya kampung-kampung dengan karakteristik pegelompokan agama. Didalam Islam terdapat prinsip-prinsip perdamaian yaitu dalam Al Qur’an dan Hadist.
Didalam surat Al Hujarat, Ayat 13, Allah SWT berfirman:
“ hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan dan kami menjadikan kamu beberapa bangsa dan beberapa suku-bangsa supaya kamu saling mengenal satu sama lain”.
Dari Firman allah SWT di dalam AL Qur’an itu jelas, bahwa asal-usul manusia itu sesungguhnya dari laki-laki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Apabila kita menyadari kenyataan ini, maka sesama manusia sesungguhnya adalah saudara. Selain dari itu, didalam islam juga diajarkan pengakuan terhadap nabi-nabi dan agama-agama sebelum Islam dan karena itu sebagai umat islam kita harus menghargai agama-agam sebelum Islam, yang dibawa oleh nabi-nabi itu. Oleh karena itu Allah SWT juga berfirman di dalam Surat Al Kafirun ayat 6:
“ Untuk kamu adalah agamamu dan untuk aku adalah agamaku.”
Firman Allah ini menegaskan bahwa dalam beragama tidak ada paksaan . keberagamaan beragama, dan keberagaman bangsa dan bahkan bahsa dan warna kulit, bukanlah halangan untuk saling bersilaturokhmi.
Allah SWT berfirman, didalam surat Ar Rum,22:
“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi berlainan “bahasamu” dan “warna kulitmu”. Sesungguhnya pada yang demikian itu bener-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui”
Ayat-ayat itu apabila dapat dipahami dengan baik, sudah tentu akan melahirkan sikap untuk saling menghargai, baik berdasar pebedaan agama, warna kulit, bangsa dan suku bangsa maupun perbedaan bahasa. Walaupun perilaku itu membutuhkan proses panjang.
Masing-masing kita harus merenungkan dalam memahami apa yang mesti kita lakukan. Kita harus membangun dan memperkuat iman, pendirian, dan ketetapan hati kita. Setiap orang harus memandang kedalam diri mencari kejelasan dan mengibarkan bendera kebaikan islam dalam kehidupannya.
2) Toleransi dalam kehidupan Nabi
Setelah Nabi menerima perintah untuk menyiarkan islam secara terang-terangan maka Nabi mjlai mengajak kaum kerabatnya untuk masuk islam dan kepada seluruh bangsa Arab. Sejak saat itulah beliau mendapat berbagai tantangan dan penyiksaan terhadap kaumnya.
Ketika Nabi meminta bantuan kepada kaum Thaif, Nabi tidak mendapatkan sambutan yang baik melainkan dihina dan lempari dengan batu sampai kakinnya berlumuran dengan darah.
Dalam keadaan lemas beliau duduk bersandar disuatu dinding dan berdoa meminta pertolongan kepada Allah, dan Allah mengutus para malaikat penjaga gunung dan menawarkan kepada beliau apakah beliau mau apabila kaum Tsakif dihancurkan. Kata Nabi: “ Ya Allah ampunkan mereka karena mereka tidak mengerti, dan aku ingin supaya kelak keluar cucu mereka yang memeluk agama ini.” Demikianlah gambaran ketoleransian beliau terhadap orang yang memusuhinya. Adakah toleransi yang lebih besar dari itu? (Hayatus Sahabat jilid 1 halaman 254-256)
3) Hak rakyat untuk memperoleh kebebasan dan kedamaian
Pada puncak perkembangan agama Islam di masa Muhammad saw, beliau bersabda:
“ manusia sama rata dalam kedudukannya, seperti ratanya sisir. Tiada kelebihan seseorang dari yang lain, sedang adam dari tanah”.
Untuk selanjutnya beliau terus memegang teguh pendirian itu dan menjaganya. Pendirian itu pula selalu menguasai jalan pikiran beliau. Agama yang tidak mensucikan persamaan akan kehilangan esensinya, karena tujuan setiap agama langit adalah membangkitkan ketinggian dan kemuliaan kemanusiaan. Itu semua tidak akan terwujud selama diantara manusia ada tuhan-tuhan dan budak-budak. Tidak ada sesuatu yang dapat menggantikan persamaan pada kebutuhan umat manusia, kecuali kebutuhan mereka atas persamaan itu.
Rasa rendah diri akan merubah bentuk ketinggian masyarakat. Perasaan akan adanya kelas-kelas yang melampaui batas dan kesenjangan yang membawa dosa, itulah yang akan memecah belah rakyat itu sendiri.
D. Aplikasi/penerapan dalam kehidupan
Umat islam, sebagai mana sering memperoleh pemberitaan yang sangat luas, sering justru digambarkan sebagai umat yang eksklusive, tidak toleran dan sering mudah perang. Karakter seperti ini sudah barang tentu tidak sesuai dengan firman Allah dan hadist Nabi sebagaimana dikemukakan di atas, yang lebih mengutamakan perilaku moderat, radikal, merasa benar sendiri.Kita harus mengetahui sejarah kita. Sejarah Tuhan kita harus mengetahui kekuasaan-Nya dan kedamaian-Nya, getaran-Nya kebenaran dan kedamaian-Nya.
Perpecahan dan perbedaan dalam diri kita adalah kesalahan dan dosa dalam diri kita yang merusak persatuan dan kedamaian kita. Apabila seorang penambang mencari emas, di harus mengayak tanah untuk menyaring logam yang berharga itu. Dia memungut yang berharga dan membuang sisanya. Demikian pula, dimanapun kita mencari apakah itu timur, barat, selatan, atau utara, apakah itu umat hindu, bhuda, zoroaster, kristen yahudi atau islam kita hanya harus memungut yang bernilai, yaitu emas atau khasanah Tuhan.
E. Nilai-nilai Tarbawi dalam Hadis
1. Tujuan pendidikan adalah akhlakul karimah
2. Yang merusak persatuan dan kedamaian adalah dosa dan kesalahan kita
3. Budipekerti yang baik menyelamatkan kehidupan
4. Kita harus meniru sifat toleransi Rasulullah
5. Kita harus menghormati dengan agama lain
6. Semua Agama mengharapkan perdamaian
7. Tidak boleh merasa benar sendiri, radikal dan moderat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ternyata kedamaian menjadi idaman setiap Agama di dunia, dan sikap saling menghargai satu sama lain adalah perwujudan dari akhlak yang baik sesuai dengan petunjuk Allah swt dalam firman-firman-Nya, dan juga sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan yang sempurna. Sudah seharusnya Islam mengibarkan bendera kebaiakan, dengan memiliki sikap toleransi yang baik, bukan merasa benar sendiri, bersifat kaku dan berpandangan sempit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Almuhdar Yunus. 1983. Toleransi Toleransi Islam, Bandung: N.V. TARATE
AG, Muhaimin. 2004. Damai di Dunia Damai Untuk Semua. Departemen Agama RI, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Muhayyaddin, Bawa. 1997. Tasawuf Mendamaikan Dunia. Bandung: PUSTAKA HIDAYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar