OBJEK PENDIDIKAN SECARA LANGSUNG
"PENDIDIKAN PERTAMA PADA ANAK"
(QS. LUQMAN :17)
Widiyastuti ( 2021115240 )
Kelas D
Jurusan Tarbiyah / Prodi PAI
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN )
Pekalongan
2016
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Objek Pendidikan
Secara Langsung: Pendidikan Pertama pada Anak (QS. Lukman: 17)” tepat pada
waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa saya haturkan
kepada junjungan kami Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umatnya
dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada Dosen Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I (Bpk. Muhammad Hufron, M.S.I) yang
telah membimbing saya dalam mempelajari Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I, keluarga
dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya hingga terselesaikannya
makalah ini.
Saya menyadari bahwa tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan pada makalah ini. Oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Pekalongan, 30 oktober 2016
Widiyastuti
2021115240
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya
terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui upaya para pemeluknya dengan cara ijtihad. Ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu masalah
yang berhubungan dengan keimanan yang disebut akidah, dan yang berhubungan
dengan amal yaitu syariah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman,
dibicarakan di dalam A-Qur’an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal
perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak
dilaksanakan. Sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan alam dan
lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal saleh
(syariah).
Oleh karena pendidikan merupakan suatu upaya
membentuk manusia seutuhnya, maka pendidikan termasuk muamalah. Pendidikan
sangat penting karena menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia,
baik pribadi maupun masyarakat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-Qur’an
terhadap pendidikan (pendidikan pertama pada anak) menurut Al-Qur’an, yang
pembahasannya terdapat pada QS. Lukman ayat 17.
B.
Judul
Judul makalah ini adalah “ Objek Pendidikan Secara
Langsung: Pendidikan Pertama pada Anak (QS. Lukman: 17)”.
C.
Nash
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
D.
Penting untuk dikaji
Ayat ini penting untuk dikaji karena supaya kita
sebagai calon pendidik dan sebagai calon
orang tua mengetahui bagaimana seharusnya mendidik anak dengan baik, bagaimana
cara menasehati anak agar tidak terkesan menyuruh dan menanamkan budi pekerti
yang baik serta sikap sabar dalam menghadapi masalah dalam kehidupan.
Bab II
Isi
A.
Teori
Objek Pendidikan
dalam Islam
Islam memandang perlu dan bahkan teramat penting
pada urusan pendidikan, terutama pendidikan Islam. Agama (Islam) itu adalah
nasehat bagi peningkatan iman kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya, bagi
pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin.
Maka kiranya kaum muslimin, baik anggota keluarga
maupu masyarakat, perlu diajak dan diberi pendidikan Islam. Sebab senyatanya
bahwa semua pendidikan hakekatnya adalah pendidikan Islam. Tidak satupun
pendidikan dan pelajaran-IPA, IPS, Matematika, Moral, Budi Pekerti, Bahasa,
Filsafat, dll-yang tidak bersentuhan dengan ajaran Islam. Bahkan Al-Qur’an
sendiri adalah kitab peringatan bagi seluruh alam (jin dan manusia).
تَبَارَكَ الَّذِى
نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعلَمِينَ نَذِيرًا.
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan
(Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam (maksudnya jin dan manusia). QS. Al-Furqan: 1.
Hanya saja kita tidak mungkin menjadikan jin sebagai
objek pendidikan Islam. Dengan kata lain objek pendidikan itu sangat luas
mencakup semua manusia, baik keluarga ataupun masyarakat, muslim ataupun
non-muslim, laki-laki ataupun perempuan, kecuali jin.
Manusia yang akan menjadi objek pendidikan, dalam
al-Qur’an digolongkan menjadi dua, yakni: (1) golongan positif (Muslimin,
mu’minin, nuttaqin), dan (2) golongan negatif (Munafiqin, Fasiqin, Murtadin,
Kafirin, dan bahkan Musyrikin). Tujuan objek yang pertama adalah untuk
peningkatan posisinya dan derajatnya di sisi Allah dengan tidak melakukan
maksiat/pendurhakaan. Sedangkan tujuan objek kedua adalah sebagai peringatan,
penyadaran dan pertaubatan kepada Allah karena mereka nyata-nyata bersikap acuh
tak acuh terhadap seruan Allah dan menjadi kaum pendosa.[1]
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat berdiri
sendiri dalam mencukupi kebutuhannya. Dalam kehidupan, ia selalu terkait dengan
yang lain, baik lingkungan maupun keluarga. Dalam hal ini, keberlangsungan
pendidikan setidaknya terkait dengan tiga unsur, salah satunya adalah keluarga.[2]
Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa
belajar. Dari keluarga mereka dapat mengetahui sifat-sifat yang mulia seperti
kesetiaan, rahmah, kasih sayang dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga suami
dan istri memperoleh sifat keberanian yang berasal dari pembelaan untuk
melindungi keluarga. Dari unit kecil ini nantinya akan menjadi modal besar bagi
keberlangsungan suatu bangsa dan masyarakat.[3]
Sumber spiritual dalam pendidikan Islam adalah
hidayah Allah sebagai penentu dari keberhasilan terakhir dari segala usaha yang
dilakukan dalam pendidikan, begitu juga pendidikan yang dilakukan oleh orang
tua kepada anaknya. Oleh karena itu orang tua sebagai pendidik utama bagi
anak-anaknya tidak pernah merasa lelah dan menyerah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk mencapai
cita-cita dan tujuan akhir dari pendidikan.[4]
Mengikuti model pendidikan Lukman terhadap anaknya,
maka materi pelajaran atau pendidikan yang mesti diberikan kepada anak dalam
keluarga adalah meliputi semua kajian keislaman yang menjadi fardhu’ain. Hal
itu meliputi akidah, akhlak, dan hukum fiqh yang berkaitan dengan kewajiban
sehari-hari.[5]
Pendidikan Sholat
bagi Anak
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas
pendidikan sholat kepada anaknya, oleh sebab itu bila ingin menyuruh anak
melaksanakan atau mengerjakan sholat, maka orang tua terlebih dahulu mengajari
dan memberikan contoh kebiasaan kepada anakanya. Bila anak tu tidak mempunyai
orang tua lagi, maka menjadi tanggung jawab walinya.
Sanksi yang diberikan kepada anak yan meninggalkan
shalat adalah berupa hukuman yang sifatnya mendidik dan pengajaran kepada anak,
agar anak bertanggung jawab dan untuk pembentukan pribadi anak. Sanksi berupa
hukuman dengan pukulan bagi anak yang meninggalkan shalat adalah jalan terakhir
setelah anak dinasehati, diajak dan diajari. Pukulan yang diberikan juga ada
aturan sendiri yakni:
a.
Tidak boleh memukul,
lebih dari sepuluh kali. Pemukul yang digunakan bukan yang membahayakan fisik
anak.
b.
Tidak boleh memukul
muka.
c.
Tidak boleh
memberikan hukuman pukulan ketika sedang marah.[6]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Mishbah
Lukman as. melanjutkan nasihatnya kepada anaknya
nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam
kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan
mesra: Wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat,
rukun dan sunnah-sunnahnya. Dan di samping engkau memperhatikan dirimu
dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain
berlaku serupa. Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapapun
yang mampu engkau ajak mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari
kemungkaran. Memang, engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan
dalam melaksanakan tuntunan Allah, karena itu tabah dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu. Sesungguhnya yang
demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam
kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf dan nahi munkar atau dan kesabaran termasuk
hal-hal yang diperintahkan Allah agar diutamakan, sehingga tidak ada
alasan untuk mengabaikannya.
Nasihat Luqman diatas menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal
kebajikan yang tercermin dalam amr ma’ruf dan nahi munkar, juga nasihat
berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.[7]
2.
Tafsir Al-Lubab
Luqman as. melanjutkan nasihatnya sambil tetap
memanggil anakanya dengan panggilan mesra: “Wahai anakku sayang, laksanakanlah
shalat dengan sempurna dan hendaklah disamping engkau memperhatikan dirimu dan
membentenginya dari kekjian dan kemungkaran, hendaklah engkau menganjurkan
orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapapun
yang mampu engkau ajak untuk mengerjakan yang makruf dan cegahlah mereka dari
kemungkaran. Memang, engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam
melaksanakan tuntunan Allah swt., karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugas. Sungguh yang demikian itu, yakni
shalat, amar makruf dan nahi munkar, ketabahan dan kesabaran, termasuk hal-hal
yang diperintah Allah swt. agar diutamakan sehingga tidak ada alasan untuk
mengabaikannya.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 17 adalah:
Tidak dibenarkan mematuhi siapapun, walau ibu bapak, dalam hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran agama.[8]
3.
Tafsir Al-Azhar
Kemudian Luqman meneruskan washiatnya:
“Wahai anakku! Dirikanlah sembahyang,
dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf,
dan mencegahlah berbuat yang munkar,
dan sabarlah atas apapun yang menimpa
engkau”.
(Pangkal
ayat 17).
Inilah empat modal hidup diberikan Luqman kepada
anaknya dan dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh
Muhammad kepada ummatnya.
Untuk memperkuat pribadi dan
meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Tuhan
atas ni’mat dan perlindungannya yang selalu kita terima, dirikanlah sembahyang.
Dengan sembahyang kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota badan selalu
ingat kepada Tuhan.
“Sesungguhnya yang demikian itu
ialah termasuk yang sepenting-penting pekerjaan.”(Ujung ayat 17).Yakni
kalau kita ingin hendak jadi manusia yang berarti dalam pergaulan hidup di
dunia ini. Sembahyang peneguh pribadi, amar ma’ruf nahyi mungkar dalam hubungan
dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-cita. Karena apa
jua pun lapangan hidup yang kita masuki, kalau kita tidak sabar, kita akan
patah di tengah jalan. Nabi sendiri, karena keras reaksi dari kaumnya, pernah
terlintas dalam hatinya suatu perasaan hendak melompat saja dari puncak bukit
yang tinggi ke dalam lurah yang dalam (baakhi’un nafsaka). Tetapi peraasaan itu
ditahannya dengan tabah. Namun da’wah diteruskannya juga. Itu sebabnya maka
disebutkan bahwa pekerjaan ini sangat penting. Apa saja rencana, sabarlah
kuncinya. Yang tidak sabar akan gagal di tengah jalan.[9]
C.
Aplikasi dalam
Kehidupan
Berdasarkan isi kandungan QS. Luqman ayat
17, dapat dipetik pelajaran hidup sebagai berikut:
1.
Beribadah dengan
ikhlas kepada Allah semata.
2.
Menyeru kepada
kebaikan.
3.
Mencegah setiap
kemungkaran.
4.
Sabar dalam
menjalankan tuntunan Allah.
5.
Yakinlah bahwa
setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
D.
Aspek Tarbawi
Aspek tarbawi dari QS. Luqman ayat 17 yang
dapat diterapkan dalam kehidupan antara lain:
1.
Dalam mendidik anak,
hendaklah dengan sifat lemah lembut dan penuh kasih sayang.
2.
Apabila ingin
menyuruh anak untuk melakukan sesuatu, hendaklah disertai dengan contoh dari
orang tua dan bimbingan yang baik. Jangan sampai kita terkesan hanya menyuruh,
tetapi kita sendiri tidak melakukan hal tersebut.
3.
Ajarkan tata cara
beribadah (shalat) pada anak sejak usia dini.
4.
Berlomba-lomba untuk
berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari perbuatan yang munkar. Dengan diawali
dari diri sendiri, kemudian menyeru kepada orang-orang terdekat dan orang lain.
5.
Bersikap sabar dan
tabah dalam menghadapi segala cobaan hidup.
Bab III
Penutup
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah sekolah pertama bagi putra-putri bangsa. Dari keluarga mereka
dapat mengetahui sifat-sifat yang mulia seperti kesetiaan, rahmah, kasih sayang
dan sebagainya. Dari unit kecil ini nantinya akan menjadi modal besar bagi
keberlangsungan suatu bangsa dan masyarakat.
Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya
tidak pernah merasa lelah dan menyerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk mencapai cita-cita dan
tujuan akhir dari pendidikan.
Dengan mengikuti model pendidikan Lukman terhadap
anaknya, maka materi pelajaran atau pendidikan yang mesti diberikan kepada anak
dalam keluarga adalah meliputi semua kajian keislaman yang menjadi fardhu’ain.
Hal itu meliputi akidah, akhlak, dan hukum fiqh yang berkaitan dengan kewajiban
sehari-hari, antara lain shalat, berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang munkar,
serta menanamkan sifat sabar dan tabah dalam menjalankan tuntunan Allah dan menghadapi
cobaan hidup.
Daftar Pustaka
Hamka. 1982. TAFSIR AL-AZHAR Juzu’ XXI. Jakarta: Pustaka
Panjimas
Munir, Ahmad. 2008. TAFSIR
TARBAWI Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan. Yogyakarta: TERAS
Shihab, Quraish. 2002. TAFSIR
AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Shihab, Quraish. 2012.AL-LUBAB
Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari Surah-Surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera
Hati
Suryani. 2012.HADIS TARBAWI
Analisis Paedagodis Hadis-Hadis Nabi. Yogyakarta: Teras
Yusuf, M. Kadar. 2013. TAFSIR TARBAWI Pesan-Pesan al-Qur’an
Tentang Pendidikan. Jakarta: AMZAH
http://nonowarsonostain.blogspot.co.id/2009/12/objek-pendidikan.html?m=1(diakses pada tanggal 31 Oktober 2016, pkl.19.58)
Biografi Penulis
Nama:
Widiyastuti
Tempat, tanggal Lahir:
Pekalongan, 28 Maret 1996
Alamat:
Jl. Wiroto, Ds. Dadirejo Barat, Rt.01/Rw.02, Kec. Tirto, Kab.
Pekalongan
Riwayat Pendidikan:
1.
Tk Muslimat NU
Dadirejo
2.
SDN 02 Dadirejo
3.
SMP Islam Fatkhul
Qowim Wonokerto
4.
SMA 1 Wiradesa
5.
Sedang menempuh S1
pendidikan Agama Islam di IAIN Pekalongan.
[1]http://nonowarsonostain.blogspot.co.id/2009/12/objek-pendidikan.html?m=1 (diakses pada
tanggal 31 oktober 2016, pkl.19.58)
[2]Ahmad Munir, TAFSIR
TARBAWI Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan(Yogyakarta: TERAS,
2008), hlm.99
[4]Suryani, HADIS
TARBAWI Analisis Paedagodis Hadis-Hadis Nabi (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 99
[5]Kadar M.Yusuf, TAFSIR
TARBAWI Pesan-Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan (Jakarta: AMZAH, 2013),
hlm. 165
[6]Suryani, Op.Cit.,
hlm.103-104
[7]Quraish Shihab,
TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 136-137
[8]Quraish Shihab,
AL-LUBAB Makna, Tujuan, dan Pelajaran Dari Surah-Surah Al-Qur’an (Tangerang:
Lentera Hati, 2012), hlm. 175-176
[9]Hamka, TAFSIR
AL-AZHAR Juzu’ XXI (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 163-165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar