“Penerapan
Pendekatan”
Nur Fadhilah
2023116102
Kelas D
PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.
alhamdulillahirobbil’alamin.Segala
puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada shalawat kepada beliau kita mendapat
syafaatnya kelak fi yaumil akhir, amin ya
rabbal alamin.
Tersusunnya Makalah yang berjudul “ PENDEKATAN
DALAM BELAJAR MENGAJAR“ dengan sub tema “PENERAPAN PENDEKATAN “ ini bukan hanya dari kerja keras penulis sendiri.
Namun berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu sebaga
penulis mengucapkan terimakasih.Yang pertama terimakasih kepada kedua Orang tua
yang jauh disana, yang selalu memberi dukungan penulis kepada Abah Ibu yang
selalu memberi motivasi dalam perjalanan
bertholabul ilmi.Bapak M. Ghufron M.S.I selaku dosen pengampu, tak lupa
teman - teman yang telah memberikan pengarahan dalam menyusun makalah ini.
Makalah
sederhana ini secara garis besar memaparkan tentang penerapan pendekatan dalam
belajar mengajar, yang merupakan kelanjutan dari macam – macam pendekatan
belajar mengajar. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran dari para pembaca, sehingga mampu
memberikan manfaat kepada semua pihak dikemudian hari. Semoga Allah membalas
kebaikan kitasemuanya. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
Amin ya rabbal alamin.
Jazakumullaha ahsana jaza’
jazakumullaha khoiron katsiron.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi’wabarakatuh.
Pekalongan, 14 Oktober 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tema :
Pendekatan Belajar Mengajar.
B.
Sub Tema : Penerapan
Pendekatan.
C.
Mengapa Penting
dikaji? :
Sebagai
seorang pendidik maupun calon pendidik harus mempunyai kreatifitas dalam
mengolah kelas, kemampuan mengolah kelas inilah yang sangat dibutuhkan oleh
calon pendidik generasi bangsa.Tentunya dalam belajar mengajar perlu adanya
pendekatan – pendekatan belajar mengajar, dengan tujuan agar nantinya peserta
didik belajar dengan mudah dan semangat.Mengapa makalah ini perlu
dikaji?Jawabannya ada pada diri anda sendiri, bagaimana anda memposisikan diri
sebagai pendidik dan tanpa melalui pendekatan – pendekatan belajar mengajar?
Mungkin akan seperti perumpamaan “ berburu tapi tidak tahu ilmunya berburu”,
Kita tahu ilmunya pendekatan – pendekatan
tetapi tidak tahu bagaimana cara penerapan pendekatan – pendekatan.
begitulah makalah ini disusun. Guna menyajikan penerapan pendekatan –
pendekatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pendekatan dalam pembelajaran
Pengertian pendkatan pembelajaran
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Sanjaya
(2008), menyatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
pada pandangan tentang terjadi suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
2. Menurut
Gulo (2008), bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut
pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam proses
pembelajaran.
3. Suprihatiningrum
(2013), bahwa pendekatan pem,belajaran merupakansebuah filosofi atau landasan
sudut pandang dalam melihat bagaimana proses pembelajaran dilakukan, sehingga
tujuan yang diharapkan tercapai.
Dari pengertiah diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak sudut
pandang terhadap pembelajaran.[1]
B. Penerapan
Pendekatan
1. Pendekatan
kompetensi
Kompetensi menunjukan
pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan
latihan, mulai dari menggosok gigi sampai dengan melakukan operasi jantung,
dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjukan pada
perbuatan (performance) yang bersifat
rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dikatakan
perbuatan karena perilaku yang dapat diamati meskipun sebenarnya sering pula
terlihat proses yang tidak tampak seperti pengambilan keputusan / pilihan sebelum
perbuatan dilakukan. Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang
dilakukan dengan penuh kesadaran
“mengapa” dan “ bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk pada
perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, nilai,dan sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Pembentukan
kompetensi bersifat transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak
yang terlibat secara actual.
Implikasi dari
pendekatan kompetensi terhadap pembelajaran adalah :
a. Pembelajaran perlu menekankan pada
pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam
pembelajaran perlu diperhatikan peserta didik, dalam hal ini misalnya tugas
diberikan secara individu, bukan secara kelompok.
b. Perlu
diupayakan lingkungan belajar yang kondusif dengan metode dan media yang
bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti pembelajaran dengan
tenang dan menyenangkan.
c. Dalam
pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup terutama dalam menyelesaikan
tugas atau praktik pembelajaran, agar setiap peserta didik dapat mengerjakan
tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolahan tidak
mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.
Sukmadinata
(1983) mengemukakan tiga tahapan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
a. Tahapan
perencanaaan, pertama-tama perlu ditetapkan kompetensi-kompetensi yang akan
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kompetensi-kompetensi
tersebut selanjutnya dikembangkan tema, sub tema, dan topik-topik mata
pelajaran yang akan diajarkan. Pendekatan kompetensi yang mendasari konsep
kesepadanan teori dan praktik sering menggunakan modul sebagai system
pembelajaran. Modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan
terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta
didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara jelas.
b. Pelakasanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan langkah merelasasikan konsep
pembelajaran dalam bentuk perbuatan. Dalam pendidikan berdasarkan kompetensi
pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang dilakukan
secara berkesinambungan yang meliputi tahap persiapan penyajian, aplikasi, dan
penilaian. Tahap persiapan merupakan tahap guru mempersiapkan segala sesuatu
berkaitan dengan pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap ini adalah
mempersiapakan ruang belajar, alat dan bahan, media, dan sumber belajar, serta
mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap
belajar. Tahap penyajian merupakan tahap guru menyajikan informasi menjelaskan
cara kerja baik keseluruhan proses maupun masing-masing gerakan yang dilakukan
dengan cara demonstrasi. Tahap aplikasi atau praktik ialah peserta didik diberi
kesempatan melakukan sendiri kegitan belajar yang ditugaskan. Kegitan guru
lebih terkonsentrasi kepada pengawasan dan pemberian bantuan secara
perseorangan maupun kelompok. Tahap penilaian adalah tahap guru memeriksa hasil
kerja dengan menyertakan peserta didik untuk menilai kualitas kerja serta waktu
yang diperguanakan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
c. Evaluasi
dan penyempurnaan. Evaluasi dan penyempurnaan perlu dilakukan sebagai suatu
proses yang kontiniu untuk memperbaiki pembelajaran dan membimbing pertumbuhan
peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan
kompetensi, evaluasi dilakukuan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar
(behavorial outcomes) dengan respon peserta didik yang dapat diberikan
berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar. Evaluasi dan behavioral outcomes
inimengandung nilai-nilai yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas atau
derajat pencapaian kompetensi yang ditetapkan.[2]
2. Pendekatan
lingkungan
a. Hakikat
lingkungan
Dikti (2007:358)
mengemukakan bahwa anak-anak usia muda sangat baik diajak untuk memeahami
factor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan hidup. Menyadari
masyarakat yang kurang memahami arti kualitas lingkungan untuk kelestarian umat
manusia, sulit untuk dilakukan penanaman pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan
sangat baik apabila mulai diterapkan melalui pendidikan pada anak usia dini.
Dengan demikian, Lingkungan
merupakan salah satu potensi yang diciptakanAllah SWT untuk digunakan sebagai
pemenuhan kebutuhan manusi dalam menjalani hidup di dunia yang perlu dijaga
kelestariannya.Mempelajari tentang seluk beluk serta pemanfaatan lingkungan,
mengingatkan bahwa siswa bukan hanya diajak untuk mempelajari konsep tenyang
lingkungan, tetapi lingkungan pun dapat menjadi salah satu sumber
belajar.Depdiknas (1990:9) mengemukakan bahwa belajar menggunakan lingkungan
memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide
abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata.[3]
b. Konsep
pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan
keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik
perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan,
sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi
lingkungan belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri dengan
apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di
lingkungan sekolah. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan
lingkungan peserta didik. Misalnya dilingkungan petani, tema yang berkaitan dengan
pertanian akan memberikan makna yang lebih menalam bagi para peserta didik.
Demikian halnya dengan pantai, tema tentang kehidupan pantai akan sangat
menarik minat dan perhatian peserta didik.
Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Membawa
peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal itu bisa
dilakukan dengan metode karya wisata, metode pemberian tugas, metode study
banding, dan lain-lain.
2) Membawa
sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah, kelas misalnya untuk kepentingan
pembelajaran. Sumber tersebut bisa berupa sumber asli, seperti narasumber, bisa
juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.[4]
c. Variasi
kegiatan pembelajaran pendekatan
lingkungan
Berikut adalah contoh
dari penerapan pendekatan lingkungan:
1) Sasaran
kegiatan: Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
2) Judul
kegiatan : Proyek Pengamatan Tanaman
3) Tujuan
kegiatan: untuk memperdalam kemampuan pengamatan khususnya mengamati
pertumbuhan tanaman. Memperkenalkan topic siklus pertumbuhan tanaman
4) Bahan
yang diperlukan: papan poster, berbagai jenis biji-bijian, pot tanaman, tanah
untuk mengisi pot, bukiu catatan.
5) Variasi
kegiatan: gunakan pasangan atau kelompok beranggota tiga siswa untuk
mengerjakan kegiatan ini. Rancang peran seperti pengamat, pencatat, dan
penyemangat. Setelah seluruh tabel dikerjakan, siswa dapat memilih salah satu
tanaman dan membuat poster yang menggambarkan siklus pertumbuhan tanaman
tersebut. Kemudian lakukan Tanya jawab dengan cara putaran korsel.[5]
3. Pendekatan
Kontekstual
a. Pengertian
kontekstual
Kata Contextual berasal
dari kata contex, yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan.
Secara umum, contextrelevan, mengandung arti : yang berkenaan, relevan, ada
hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makn dan
kepentingan. Dalam proses belajar sehari-hari, siswa diminta untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya sebagai nanggota masyarakat.
Definisi
mendasar tentang pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong sisiwa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-harri, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari
konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit,dan dari proses mengkontruksi
sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
b. Penerapan
pendekatan kontekstual di kelas
Pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima
strategi CTL, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferring, diharapkan siswa mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (
questioning), inquiry ( inquiry), masyarakat belajar ( community learning),
pemodelan (modelling), dan penilaian
autentik (auntetic assessment).
Secara garis besar,
langkah-langkah untuk menerapkan ketujuh komponen CTL tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya
2) Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquari untuk semua topic
3) Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan
“ masyarakat belajar “ (belajar dengan kelompok)
5) Hindarkan “ model “ sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan
refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.[6]
4. Pendekatan
Tematik
Pendekatan tematik (
The matic approach) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam implementasi kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul
Athfal, serta pada kelas rendah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Pendekatan tematik
merupakan pendekatan pembelajaran yang
menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan berpusat pada sebuah pokok atau
persoalan.
Pelaksanaan pendekatan
tematik secara optimal perlu ditunjang oleh kondisi sekolah, sebagai berikut :
a. Guru
harus berpartisipasi dalam sebuah tim, serta mempunyai tanggung jawab untuk
menyukseskan tujuan tim.
b. Guru
harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program pembelajaran tematis pada
jadwal yang telah ditentukan.
c. Peralatan
yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematis harus tersedia, baik di
lingkungan sekolah maupun berupa pinjaman dari luar.
d. Pelaksanaan
pendekatan tematik harus ada dalam struktur sekolah, sehingga guru dapat
menggunakan berbagai sarana sekolah yang diperlukan.
5. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan
proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada
ketrampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya itu.
Keterampilan proses berarti pula sebagai perlakuan yang diterapakan dalam proses
pembelajaran dengan mengunakan daya fikir dan kreasi secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan. Tujuan keterampilan proses adalah mengembangkan
kreativitas siswa dalam belajar sehingga sisiwa secara aktif dapat
mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Siswa belajar tidak hanya
untuk mencapai hasil, melainkan juga belajar bagaimana belajar.[7]
Indikator-indikator
pendekatan keterampilan proses antara lain, kemampuan mengidentifikasi,
mengklarifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan,
menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, megkomunikasikan, dan mengekspresikan
diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.
Pendekatan keterampilan
proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki
potensi yang berbeda, dan dalam situasi normal, mereka dapat mengembangkan
potensi secara optimal. Oleh karena itu, tugas guru adalah memberikan kemudahan
kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan yang indusif agar semua
peserta didik berkembang secara optimal.
Pembelajaran dalam
keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Keaktifan
peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang
ingin dicapai ( asas motivasi ).
b. Keaktifan
peserta didik akan berkembang jika dilandasi pendayagunaan potensi yang
dimilikinya.
c. Suasana
kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peserta didik. Suasana kelas
harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreatifitas belajar peserta
didik.
d. Dalam
kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui
bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam
pembelajaran antara lain : diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, Tanya
jawab, karya wisata, study kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain
yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
pendekatan pembelajaran
adalah titik tolak atausudut pandang yang kemudiandijadikan landasan dalam
pengelolaan pembelajaran. penerapan pendekatan pembelajaran yaitu, pendekatan
kompetensi dengan cara menetapkan kompetensi, mengembangkan strategi untuk
mencapai kompetensi, dan melakukan evaluasi. Dari pendekatan lainnya yaitu,
pendekatan lingkungan, pendekatan kontekstual, pendekatan tematik, pendekatan keterampilan
berproses.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim, Zainal.
2017. Strategi dan Metodologi Pembelajaran. Pekalongan: IAIN Pekalongan
PRESS.
Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21.Bogor : Ghalia
Indonesia.
Hamzah, B. uno. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM
.Jakarta :Bumi Aksara.
Bellanca James. 2011. 200+ Strtegi
dan Proyek Pembelajaran Aktif. Jakarta : Permata Putri Media.
DATA
DIRI
Nama : Nur Fadhilah
Ttl : Pekalongan, 5
September 1997
Alamat : jl. Gatot subroto Banyurip
Gg. 4
Riwayat pendidikan:
Ø TK Muslimat NU Pacar
Tirto
Ø MIS Pacar Tirto
Ø MTsS Simbang Kulon
Buaran
Ø MAS Simbang Kulon
Buaran
Ø IAIN Pekalongan
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode dalam
Pembelajaran,(Pekalongan: IAIN PRESS, 2017), hlm.75
[2]Ibid, hlm. 77
[3]Nurdin Muhammad, Belajar dengan
Pendekatan PAILKEM ,( Jakarta:Bumi Aksara,2011), hlm 137
[4]Zaenal Mustakim, Op. Cit, hlm. 81
[5] James Bellanca,
200+ Strategi dan Proyek Pmbelajaran Aktif, ( Jakarta:Permata Putri Media,
2011), hlm. 347
[6]M. Hosnan , Pendekatan Saintifik
dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2014), hlm.
370
[8]Zainal mustakim., op. Cit., hlm,
86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar