TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
IBADAH PADA ALLAH "QS. HUUD AYAT 61"
SITI SOFIATUN
2021216020
KELAS : L
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang hingga saat ini masih
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “tentang ibadah kepada Allah” dengan tepat waktu.
Makalah
ini mengulas tentang kesadaran seorang manusia untuk bertaubat dan memmohon
ampun kepada sang pencipta dengan melakukan berbagai ibadah.
Saya
sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan ,oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi.
Akhir
kata dari saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.
Pekalongan, oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR
ISI...........................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................................4
a.
Latar Belakang.............................................................................................4
b.
Rumusan Masalah........................................................................................4
c.
Tujuan Penulisan..........................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN.........................................................................................5
a.
Pengertian.....................................................................................................5
b.
Surah Hud
61................................................................................................5
c.
Tafsir dan Penjelasan surah..........................................................................6
d.
Aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari..........................................................8
e.
Aspek
Tarbawi...........................................................................................10
BAB III
PENUTUP...............................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ibadah kepada
Allah merupakan kewajiban bagi umat Islam, manusia diciptakan di muka bumi ini
gunanya untuk menyembah kepada Allah ta’ala, karrena tiada Tuhan yang pantas
untuk disembah kecuali Allah semata. Ibadah dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja sesuai ddengan kadar yang pas.
Dalam melakukan ibadah seseorang sering kali
melakukakn suatu kesalahan atau dosa, maka dari itu manusia dianjurkan untuk
memmohon ampun atau bertaubat kepada Allah swt dengan bersungguh-sungguh dan
tidak mengulangi kessalahan yang sama lagi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari ibadah kepada Allah
?
2. Apa macam-macam bentuk ibadah kepada
Allah ?
3. Bagaimana penafsiran dan penjelasan dari
surah Hud ayat 61 ?
4. Apa saja aspek tarbawi dari makna surah
tersebut ?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Tafsir Tarbawi dan menambah wawasan bagi pembacanya, dan semoga
bermanfaat untuk semua kalangan. Makalah ini membahas tentang Ibadah kepada
Allah dan mengingatkan untuk selalu memohon kepada Allah supaya dapat memperbaiki
diri, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ibadah
Kehidupan
manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt. Dengan segala pemberiannya,
manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya,
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah swt yang telah memberikannya.
Sebab itu manusia harus mendapatkan bimbingan sehingga didalam kehidupannya
dapat berbuat sesuai bimbingan Allah atau memanfaatkan anugerah Allah swt.
Dengan cara melakukan ibadah.
Ibadah ialah
sebuah nama yang mencakup seluruh apa yan diridhoi oleh Allah, baik berupa
ucapan maupun berupa tindakan. Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya
perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi
disalhgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah
perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Kepada umat
Islam, yang dilandaskan pada kitab suci Al- Quran dan Hdits Nabi.
Adapun macam-macam
ibadah:
1.
Ibadah Qolbiyyah atau Ibadah Bathiniyyah
Yaitu segala
bentuk ibadah yang merupakan pekerjaaan hati;
a.
Iman
b.
Cinta
c.
Rasa takut
d.
Sadar kembali kepada Allah swt
e.
Tawakal
2.
Ibadah Jasadiyah(fisik)
Yaitu ibadah
yang dilakukan oleh anggota badan;
a.
Berdoa
b.
Istighosah
c.
Isti’anah
d.
Nadzar
e.
Menyembelih qurban
f.
Ruku’ dan sujud
g.
Dan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada di Tanah Suci yang
ditujukan kepada Allah.
Namun sering
kali manusia melakukan kesalahan maupun kekliruaun dalam hal beribadah, untuk
itu hendaknya kita memohon ampun kepada Allah swt yang telah menciptakan
manusia untuk berada dijalan yang benar, dan kita harus yakin bahwa Allah yang
telah menciptakan kita ini memiliki sifat pemurah dan maha pemaaf bagi setiap
umat-Nya. Seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 61:
B. Qs. Hud(11):61
۞ وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ
أَنْشَأَكُم
مِنَ
الْأَرْضوَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيب
“Dan
kepada Tsamud, saudara mereka Shalih, Dia berkata: hai kaumku ! Sembahlah
olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan selain Dia. Dialah yang telah
menciptakan kamu dari bumi dan (Dia) meramaikan kamu dalamnya, maka mohonlah
ampun kepadaNya, kemudian itu taubatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku itu
adalah sangat dekat, lagi memperkenankan(doa hambaNya).’’[1]
C. Tafsir dan Penjelasan Qs. Hud(11):61
Ayat
61 menguraikan kisah Nabi Shaleh as.
Bersama kaumnya Tsamud. Beliaupun sebagaimana Nabi-nabi sebelumnya,
mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt. Karena tidak ada Tuhan yang wajar
dan berhak disembah selain-Nya. Beliau juga mengingatkan bahwa Allah swt. Yang
menciptakan mereka dari tanah/ bahan bumi ini dan menugaskan mereka untuk
memakmurkannya, lalu karena setiap oraang berpotensi melakukan kesalahan dan
dosa, maka Nabi mulia itu memerintahkan agar memohon ampun kepada Allah,
kemudia bertaubat dengan meninggalkan dosa dan pelanggaran meereka. Pesan ayat
61 ini ditutup oleh Nabi Shaleh as. Dengan menyatakan bahwa: “sesungguhnya
Tuhan pemeliharaku amat dekat rahmat-Nya, sehingga seseorang tidak harus
berpayah-payah pergi jauh guna meraihnya. Dia juga maha memperkenankan doa
siapa saja yang berdoa dengan tulus.’’[2]
Dan
kepada Tsamud “(pangkal ayat 61). Telah diutus pula “saudara mereka shalih.’’
Artinya, bahwa Nabi Shalih diutus Tuhan menjadi Rasul kepada kaum Tsamud itu,
bukanlah dia orang yang didatangkan dari luar, melainkan putera dari Kabilah
Tsamud itu sendiri. Sebab itu maak yang didatanginya ialah saudaranya sendiri.
Sebagaimana juga sekalian Nabi yang diutus Tuhan, maka seruan yang disampaikan
Shalih kepada kaumnya itu sama juga dengan yang disampaikan oleh Nabi-nabi yang
lain.
”Dia
berkata: “Hai kaumku! Sembahlah olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan
selain Dia.’’ Hanya Allah sajalah yang patut kamu sembah, karena selain dari
Dia tidak ada Tuhan. Persembahan kepada berhala atau barang pujaan yang lain
tidaklah benar, bahkan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab yang lain itu tidak
ada yang berkuasa, melainkan khayal fikiran kamusajalah yang membikinnya.
“Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi.’’ Bukanlah berhala, atau patung
atau makhluk yang lain itu yang menciptakan kamu dari tidak ada menjadi ada,
melainkan Allah itulah yang menciptakan kamu dari bumi. Nenek moyangmu Nabi
Adam itu digeligakan dari tanah, kemudian turun-turunan beliau, kita ini.
Keluar dari saringan darah, yaitu mani laki-laki dan mani perempuan bercampur
jadi satu, tersimpan didalam rahim perempuan, 40 hari bernama Nuthfah, 40 hari
lagai bernama ‘Alaqah, dan 40 hari pula bernama Mudghah, kemudian beransur
bertubuh, berlengkap dengan daging, tulang dan darah. Dan semuanya itu terjadi
daripada bumi jua adanya. Sebagaimana kita ketahui didalam tumbuh-tumbuhan
dibumi ini tersimpan Calori, Vitamin berbagai ragam, Mineral dan Hormon.
Lantaran itu dapat kita simpulkan bahwa bahwa bukan Nabi Adam saja yang
langsung dijadikan dari tanah, bahkan kita anak cucu Adam inipun tidak akan
lahir jadi manusia kalau bahannya bukan dari bumi ini juga. [3]
“maka siapakah yang akan menolongku dari murka Allah, jika
aku durhakai Dia ?’’ niscaya murkalah Allah kepadaku jika aku berhenti dari
tugas ini, hanya karena segan-menyegan atau karena takut kepada yang lain
selain Allah. Sebab bagi seorang utusan Allah, adalah terpikul 4 (empat)
kewajiban yang sudah kita kenal, yaitu menyampaikan(tabligh), jujur, tidak
boleh ada yang disembunyikan (shadiq), dan dapat dipercaya untuk melakukan tugas ini (amanat), dan bijaksana
menghadapi kaum yang didatangi(fathanah). [4]
D.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Menurut penjelasan mengenai beberapa tafsiran diatas, bahwa kita
sebagai manusia hendaknya selalu
beribadah kepada Allah, dan apabila melakukan suatu kessalahan maka
bersegeralah memohon ampunan kepada-Nya, dan meyakinkan diri bahwa Allah itu
maha pemberi maaf bagi umatnya. Karena
itulah telah disebtkan dalam Al-quran Qs. Ali- Imran ayat 133:
وَسَارِعُوْااِلىَ مَغْفِرَةٍ مِّنْ
رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهاالسَّمَوتُ ولأرْضُ اُعِدَّتْ للْمُتَّقِيْنَ .
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertaqwa.’’[5]
Maksud dari ayat diatas adalah,
hendaknya kita sebagai umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah dari bahan
bumi/tanah untuk bersegeralah memohon ampun kepada-Nya. Kita diciptakan atas
kehendak-Nya maka kita pun harus kembali pasrah kepada-Nya pula.
Manusia memiliki dua tingkat
kesadaran diri akan kesalahan. Mulanya sadar bahwa perbuatan itu memang salah,
lalu memohon ampun. Tetapi yang dimintakan ampun hanya kesalahan cabang saja,
memohon ampun dari kesalahan yang cabang saja belumlah berarti, sebelum sikap
jiwa itu dirubah sama sekali. Timbul berbagai macam kesalahan, ialah karena
pokok utamanya telah terlanggar , yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah.
Kesalahan yang ini tidaklah cukup dengan minta ampun saja, bahkan mesti minta
taubat. Sebab syirik merupakan urat tunggang dari sekalian dosa.
Taubat artinya kembali, yaitu
kembali kepada jalan yang benar. Pepatah melayu mengatakan: “sesat diujunng
tali, kembali ke pangkal tali’’. Apabila telah memohon ampun dan bertaubat,
besar harapan bahwa Allah akan melimpah-karuniakan ampun dan kasih.”
Sesungguhnya Tuhanku itu ialah sangat dekat’’. Oleh sebab Allah itu sangat
dekat daripada hamba-Nya, maka didengarNyalah segala permohonan ampun dan
permohonan taubat daripada hambaNya: “ lagi memperkenan kan .’’segala
permohonan yang timbul dari dalam hati yang tulus dan ikhlas dan insaf akan
kelalaian dan kealpaan diri, niscaya permohonan itu akan Dia kabulkan. [6]
Allah dekat dengan
makhluk-Nya dengan ilmu-Nya, perlu diketahui bahwa kedekatan Allah terbagi
menjadi dua: umum dan khusus. Maksudnya, bahwa Allah Ta’ala dekat dengan semua
makhluk dengan ilmu-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah,’’ kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,” dalam surah Qaf ayat 16 :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ
بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.’’
Sedangkan kedekatan khusus ialah
kedekatan-Nya dengan hamba-Nya, orang-orang yang meminta kepada-Nya dan
mencintai-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah dalam surah Al-
‘Alaq:19
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ
وَاقْتَرِبْ
“Janganlah kamu menuruti apa
yang dilarangkan kepadamu. Lakukanlah terus salatmu dan teruslah bersujud dan
dekatkanlah dirimu, melalui semua itu, kepada Allah.’’
Untuk kedekatan khusus ini
menghendaki seseorang mendapatkan kelembutan-Nya, pengabulan doa mereka serta
diwujudkan keinginan mereka oleh-Nya.
E.
Aspek Tarbawi
Berikut aspek tarbawi dari Qs. Hud ayat 16, diantaranya:
1. Sebagai umat Nabi Muhammad yang bertaqwa
Senantiasa beribadah kepada Allah
2.
Apabila
melakukan suatu kesalahan atau dosa hendaknya memohon ampunan hanya kepada
Allah swt. Manusia dianjurkan untuk memohon ampun kepada penciptanya dan pasrah
atas apa yang telah dikehendaki-Nya.
3.
Dalam
diri manusia terdapat semua unsur bumi/tanah. Ia ditugasi membangun bumi dalam
kedudukannya sebagai khalifah. Sekaligus itu menjadi alasan mengapa manusia
harus menyembah Allah swt. Semata
4. Allah swt. Dekat kepada manusia sehingga
dalam berdoa tidak perlu berteriak/bersuara keras yang dapat mengganggu pihak
lain.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat dipetik dari berbagai tafsir diatas ialah mengenai arti ibadah dan lain
sebagainya. Ibadah ialah sebuah nama yang mencakup seluruh apa yan diridhoi
oleh Allah, baik berupa ucapan maupun berupa tindakan. Ibadah merupakan suatu
perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa
dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada
apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw. Kepada umat Islam, yang dilandaskan pada kitab suci Al- Quran dan
Hadits Nabi. Dan apabila kita melakukan suatu kesalahan maupun dosa hendaknya
kita bersegeera memohon ampunan kepada Allah semata.
sebagai umat Nabi Muhammad hendaknya kita
selalu taat kepada ajaran-ajaran Islam yang telah dibawakan olehnya, salah satu
ajarannya yaitu taat dan beribadah kepada Allah swt yang telah menciptakan bumi
dan seisinya ini, serta menciptakan segala apa yang dibutuhkan oleh
makhluk-makhlukNya.
Jadi, kita hendaknya selalu meningat, beribadah, dan
mendekatkan diri kepada Allah. Dan semoga makalah ini dapat memberikan nilai
positif dan menambah wawasan bagi pembacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’anul
Karim
Hamka.
2002. Tafsir Al-Azhar Jilid XII. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Hamka.
2002. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XII. Jakarta: Yayasan Nurul Islam.
Ibnu
Katsier, Dkk. 1988. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid IV.
Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Shihab,
M. Quraish. 2012. Al- Lubab. Tangerang: Penerbit Lentera Hati.
Nama : Siti Sofiatun
Nim : 2021216020
Kelas : PAI L (reg. Sore)
Alamat : Ds. Pretek, Kec.
Pecalungan, Kab. Batang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar