HIKMAH ADALAH ANUGRAH
ALLAH SWT
QS. AL-BAQARAH 2:269
Fadhil
Muhamad Mukhtar
(2117016)
Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Alhamdullilah, puji
syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehinggamakalah
yang bertema “Hikmah
adalah anugrah Allah swt.” (Qs. Al-baqarah 2:269 )” ini dapat
diselesaikan. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia,
nabi Muhammad saw. Keluarganya dan sahabatnya. Makalah ini tentu tidak terlepas
dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu penulis dengan senang hati
menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan
bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 5 september 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................
Daftar
Isi..................................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu
Hikmah............................................................................
B. Dalil Ahli
Ilmu Hikmah Anugrah besar dari Allah SWT..........................
C. Ilmu Hikmah
Sebagai Filsafat................................................................
BAB II
PENUTUP.....................................................................................
A.
Kesimpulan..........................................................................................
B. Daftar
Pustaka......................................................................................
C. Biodata
Penulis.....................................................................................
BAB
I
PEMBAHASAN
3. HIKMAH ANUGRAH
TUHAN
A. Hakikat ilmu
hikmah
1. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan manusia serba membutuhkan
ilmu. Islam adala agama yang sempurna yang berlandaskan dengan Al-Qur’an dan
Hadits, islam sangat menekankan tentang kewajiban menutut ilmu. Begitu
pentingnya ilmu bagi manusia, orang yang memiliki ilmu derajatnya dibedakan
dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Ilmu merupakan kunci dari kebahagiaan
dunia dan akhira, jika manusia ingin mendapatkan keridhoan Allah maka manusia
harus beribadah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itu juga
harus menggunakan ilmu. Islam memerintahkan manusia menuntut ilmu tidak hanya
semasa dibangku sekolah, tetapi islam mengajarkan menuntut ilmu sepanjang
hayat.
Menuntut ilmu itu harus sekuat dan
semampu kita, memang benar ilmu itu adalah pemberian Allah swt, tetapi Allah
akan memberikan suatu itu kepada orang yang telah layak. Maksudnya jika kita
ingin diberi ilmu oleh Allah maka kita harus bersungguh-sungguh pula untuk
menyiapkan diri kita, memantaskan diri kita agar diberi ilmu oleh Allah dengan
cara berusaha sekuat tenaga semampu kita untuk menuntut ilmu.[1]
2. Pengertian Hikmah
Menurut pendapat Imam Ibrahim
an-Nakh’ii hikmah adalah kepahaman. Imam Malik berpendapat bahwa hikmah adalah
kepahaman yang mendalam tentang agama Allah. Menurut Imam Mujahid, hikmah
adalah percakapan yang benar.[2]
Salah satu sifat-sifat lain hati
adalah terang dan gelapnya hati. Hati yang tidak memiliki hikmah-hikmah, baik
yang praktis (‘amali) maupun yang teoritis (nazhari), maka hati tersebut adalah
hati yang gelap, yang tidak tahu harus berbuat apa dan meyakini apa, tidak
mengetahui mana yang hak mana yang batil. Agar hati menjadi terang, maka
jalannya adalah dengan mencari hikmah.
Keadaan lain yang diharapkan bagi
hati adalah terang dan bercahayanya hati, yang dapat diperoleh melalui hikmah.
Dengan demikian hati disamping harus kuat dan kokoh, hati juga harus terang dan
bercahaya. Kedua kondisi tersebut penting bagi hati, mengapa? Ya, karena
terkadang jalan hati itu terang dan dia dapat berjalan di bawah cahayanya, dan
terkadang gelap-gulita, sehingga meskipun hati itu kuat, namun karena jalannya
gelap, maka dia tetap tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
Seseorang yang berhias dengan
hikmah amali (perilaku yang baik), mengetahui apa saja yang harus diperoleh ,
perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan sifat apa saja yang harus dimiliki,
maka dia sebenarnya berjalan di jalan yang terang dan penuh cahaya. Akan
tetapi, apabila dia tidak memiliki hikmah praktis dan berjalan dijalan yang
gelap meski akidah dan hatinya kuat, namun karena dia tidak tahu perbuatan apa
saja yang harus dia lakukan dan sifat-sifat apa saja yang harus didapatkan,
maka dia tidak akan sampai kemana-mana atau tidak tercapai.
Hati akan menjadi kuat dengan
pengetahuan yang pasti, benar dan datangkan keyakinan, sehingga tidak ada satu
pun badai keraguan yang mampu menggoyahkan. Dengan hikmah, hati akan menemukan
jalannya, jalan itu akan menjadi terang dan bercahaya baginya, sehingga tidak
akan pernah tersesatdalam kegelapan. Dengan demikian, apabila seseorang telah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menempuh jlan takwa, Allah akan memberinya cahaya
yang dapat menerangi jalannya. Imam Ali as berkata “Terangilah hatimu dengan
hikmah, karena apabila hati telah menjadi terang, maka dia akan dengan mudah
menemukan jalannya” karena hikmah yang menyebabkan perilaku manusia menjadi
benar.[3]
B.
Dalil Ahli Ilmu Hikmah Anugrah besar dari Allah SWT.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ
الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو
الْأَلْبَابِ(14)
Artinya: Allah
menganugrahkan hikmah kebijaksanaan kepada siapa yang dia kehendaki. Dan barang
siapa dianugrahi hikmah kebijaksanaan, berrti dia telah dianugrahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran.(Qs.
Al-baqarah 2:269)
Allah
memberikan ilmu yang berguna yang bisa membangkitkan kemauan kepada
hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya, sehingga ia dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, lalu dengan mudah dapat membedakan antara ilham yang
datang dari Allah dan bisikan setan
Penangkapan
ilmu ialah akal, yang menangkap pengertian berdasarkan dalil-dalil dan
memahaminya dengan sebenarnya. Dan siapa yang diberi pengetahuan seperti ini,
niscaya mampu membedakan antara janji tuhan dan janji setan, mampu memegang
teguh janji Allah dan melemparkan janji setan.
Abdullah bin
Abbas menafsirkan kata “hikmah” dalam ayat ini dengan arti memahami al qur’an.
Jadi “hikmah” itu berarti mengetahui dan memahami ayat infaq, faedahnya serta
aturan mengeluarkannya seperti termaktub pada al qur’an, tentu ia akan
mengingkari janji setan yang menjanjikan kefakiran dan menyuruh kikir, sehingga
dia tidak terpengaruh untuk berbuat tidak berderma dan berinfak.
Ayat ini
memberikan pengertian “hikmah” lebih luas dari kata itu sendiri sehari harinya
dan memberikan bimbingan untuk mempergunakan akal sebagai karunia yang paling
mulia kepada manusia dengan cara yang benar.
Baarangsiapa
yang diberi oleh Allah ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan
akal serta menempuh arah yang benar, maka orang ini berarti mendapatkan
petunjuk dan kebaikan didunia dan akhirat. Karena itu ia dapat menggunakan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati
dan pikirannya secara berdaya guna dan menyiapkan untuk kesenangannya yang
benar, lalu berserah diri kepada Allah, tuhan penciptanya, karena dialah dzat
segala sesuatu dan kepadaNyalah semuanya akan berakhir. Dia tidak mau menerima
bisikan bisikan setan dan mengotori dirinya sendiri dengan berbuat dosa. Dia percaya
segala sesuatunya berjalan menurut ketentuan dan takdir Allah. Dengan pikiran
serta perasaan seperti ini hatinya lapang dan perasaanya tenang serta penuh
dengan kedamaian mengarungi malam dan siang.
Tidak akan
meresapkan, mempercayai nasihat ilmu dan menundukkan kemajuannya kepada
kehendak Allah, kecuali orang yang berpikir sehat dan senantiasa mengikuti
kebenaran, sehingga dapat mengetahui mana yang baik dan beruntung serta
menyelamatkan didunia ini sampai ia mati dan hidup diakhirat dengan pahala yang
baik.[4]
C. Ilmu hikmah sebagai
filsafat
Dalam sistem filsafat hikmah, metode rasional-filosofis
tidak bisa berdiri secara terpisah dari metode penyucian hati dan begitu pula
sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, sedemikian sehingga bila yang satu
berjalan tanpa yang lain maka kerancuan dan kesesatan akan terjadi filsafat
hikmah merupakan atas pesan-pesan al quran dan sunnah. Dalam banyak kesempatan,
sangat berbangga karena dapat merumuskan sistem filosofis yang sepenuhnya
berpijak atas dasar teks al qur’an dan
sunah. Filsafat hikmah tidak mengajak orang untuk sekedar berwacana, tetapi
bergerak secara langsung dalam kerangka ajaran-ajaran islam yang bercirikan
hikmah. Berdasarkan prinsip-prinsip filsafat hikmah, kita dapat menghayati
teks-teks suci, khususnya yang berbicara tentang hal hal gaib, dalam bentuk
yang lebih mendalam.
Allah membukakan samudra kebijaksanaan kepada siapa saja
yang menginginkannya. Hakikat dari pengetahuan diri sebetulnya sudah ada dalam
inti semua makhluk. Tetapi, hanya sang pencari sejatilah yang mampu menyelami
kedalam samudera untuk memperoleh mutiara ilmu dan kebijaksanaan (hikmah).[5]
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Hikmah
pada manusia sangatlah penting kaerena jika seseorang berhias dengan ilmu
hikmah akan mengetahui apa yang harus diperoleh, perbuatan apa saja yang harus
dilakukan dan sifat apa saja yang harus dimiliki, maka dia sebenarnya sedang
berjalan di jalan yang terang dan penuh cahaya. Akan tetapi, apabila dia tidak
dimiliki ilmu hilmah dan berjalan di jalan yang gelap, maka mesti akidah dan
hatinya kuat, namun karena dia tidak tahu perbuatan apa saja yang harus dia
lakukan dan sifat-sifat apa saja yang harus didapatkan, maka dia tidak akan
sampai tujuan.
B. Daftar
Pustaka
Suryani, Hadis
Tarbawi analisis pedagogis hadis-hadis nabi (Yogyakarta:Teras,2012).
Abidin Danial
Zainal, Al-Qur’an For Life Excellence (Jakarta:PT.Mizan Publika,2008).
Yazdi Muhammad
Taqi Misbah, 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi (Jakarta:Citra,2012)
Al-Maraghi
Ahmad Mustafa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi (Bandung:Cv.Rosda).
Haeri
Fadhlullah, Jiwa Al-Qur’an (Jakarta:PT.Serambi Ilmu Semesta,2001).
C. Biodata
Penulis
Nama :
Fadhil Muhamad Mukhtar
Nim :
2117016
Prodi :
PAI
No HP :
082329238348
[1] Suryani, Hadis Tarbawi analisis
pedagogis hadis-hadis nabi ( Yogyakarta:teras2012) hlm,3
[2] Danial Zainal Abidin, Al-Qur’an
For Life Excllence, (Jakarta:PT.Mizan Publika2008) hlm,28
[3] Prof. Muhammad Taqi Misbah Yazdi,22 Nasihat Abadi Penghalus Budi (Jakarta:Citra2012)
hlm,53-54
[4] Akhmad Mustafa al-Maraghi, Tarjamah
Tafsir Al-Maraghi (Bandung:Cv.Rosda,1989) hlm,49-50
[5] Fadhlullah Haeri, Jiwa
Al-Qur’an (Jakarta:PT.Serambi Ilmu Semesta,2001)hlm,186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar