MAKALAH
VARIASI MENGAJAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron Dimyati, M. SI
Disusun oleh:
Ida Rosdiani (202109051)
Ngudi Utomo (202109054)
Imam Amirudin (202109064)
M. Rodzi (202109065)
Kelas B
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi, apabila guru mampu menghadirkan proses mengajar yang bervariasi, kemungkianan besar kejenuhan itu tidak akan terjadi.
Kejenuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat diamati selama proses belajar mengajar berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman, atau pura-pura ke kamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pengajaran yang bervariasi sangat urgent sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Variasi Mengajar
Pengertian “variasi” menurut kamus ilmiah popular adalah ‘selingan’, ‘selang-seling’, atau ‘pergantian’. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan kesan yang unik.
1. Udin S. Winataputra (2004) mengartikan “variasi” sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton.
2. Menurut Uzer Usman , variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.[1]
3. Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
4. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas.
5. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.[2] Variasi mengajar merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar.[3]
B. Tujuan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, variasi mengajar diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Agar perhatian siswa meningkat
Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa pada materi pelajaran, contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru kurang mampu, jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, lingkungan sekolah kurang kondusif (ribut), dan lain-lain.
2. Memotivasi siswa
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, dengan demikian tidak akan mendapatkan kualitas belajar dan prestasi yang baik. Selain siswa sendiri harus menjaga motivasinya, guru juga hendaknya membantu siswa untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajarnya.
3. Menjaga wibawa guru
Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan wibawa guru, salah satunya guru harus mampu mengajar dengan penuh percaya diri, memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasan teknik, dan sebagainya. Dengan kata lain, guru harus memiliki bentuk dan model pengajara yang bervariasi.
4. Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran
Jika guru mampu menghadirkan engajaran yang bervariasi maka dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pengajaran yang bervariasi. Atau setidak-tidaknya siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia fasilitas yang memadai.[4]
Ada juga pendapat yang menyebutkan lima tujuan mengadakan variasi mengajar, antara lain:
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses pembelajaran.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas brlajar individual.
5. Mendorong anak didik untuk belajar.[5]
C. Prinsip-prinsip Variasi Mengajar
Prinsip prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut:
1. Dalam penggunaan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambngan sehingga terbentuk proses belajar mengajar yang utuh dan tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.[6]
D. Kearifan Penggunaan Variasi Mengajar
Beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan pembelajaran;
2. Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu proses belajar mengajar, dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pengajaran secara utuh;
3. Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana dan sistematik;
4. Penggunaan variasi mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.[7]
E. Manfaat Variasi Mengajar
Adapun manfaat variasi mengajar menurut Uzer Usman adalah:
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang relevan.
2. Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin menyelidiki siswa tentang hal-hal baru.
3. Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.[8]
F. Dimensi-dimensi Variasi Mengajar
Beberapa dimensi yang harus diperhatikan dalam variasi mengajar adalah sebagai berikut:
1. Variasi gaya mengajar
Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Dalam literatur lain disebutkan gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru disaat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis.
Adapun macam-macam gaya mengajar yakni:
a. Gaya mengajar klasik
Pada gaya mengajar ini, guru menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya sumber belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya.
b. Gaya mengajar teknologi
Guru memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minatnya sehingga memberi manfaat pada diri siswa itu sendiri.
c. Gaya mengajar personalisasi
Siswa harus dipandang sebagai seorang pribadi yang mempunyai potensi untuk dikembangkannya.
d. Gaya mengajar interaksional
Guru dalam pengajaran interaksionis senantiasa mengedepankan dialogis dengan siswanya sebagai bentuk interaksi yang dinamis.
Adapun pendekatan-pendekatan gaya mengajar, antara lain:
a. Filosofis
Dalam pendekatan ini, gaya mengajar guru hendaknya disadarkan pada nilai-nilai kebenaran. Yaitu memandang peserta didik sebagai makhluk rasional yang mampu berpikir dan perlu dikembangkan. Pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar dengan berbagai gaya untuk mencari hakikat pengajarn yang dapat diterima siswa.
b. Induksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dalam bentuk analisa secara ilmiah, dari hal-hal yang khusus untuk menentukan hukum-hukum atau kaidah yang bersifat umum.
c. Deduksi
Pendekatan gaya mengajar dalam bentuk analisa ilmiah dari hal-hal umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
d. Sosio-kultural
Pendekatan gaya mengajar yang berpandangan bahwa siswa adalah makhluk sosial dan berkebudayaan. Pendekatan ini sangat efektif dan efisien dalam membentuk sifat keberagaman siswa.
e. Fungsional
Pendekatan gaya mengajar guru dengan penekanan pada pemanfaatan materi ajar bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
f. Emosional
Pendekatan gaya mengajar untuk menyentuh perasaan yang mengharuskan dengan tujuan menggugah perasaan dan emosi siswa agar mampu mengetahui, memahami dan menerapkan materi pelajaran yang diperolehnya.[9]
Dalam konteks variasi gaya mengajar, beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut:
a. Variasi Suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi , nada, volume dan kecepatan. Guru dapat mendramatisir suatu peristiwa, menunjukkan hal – hal yang dianggap penting.[10]
b. Penekanan (Focusing)
Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya.
c. Pemberian waktu
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan.
d. Kontak pandang
Guru hendaklah berbagi pandangan kepada seluruh siswa. Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengobrol atau gaduh.
e. Gerakan anggota badan
Guru perlu bergerak secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak di depan kelas. Begitu juga gerakan kepala ke berbagai arah perlu dilakukan. Gerakan ini penting agar siswa merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu.
f. Pindah posisi
Perpindahan posisi bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton.
2. Variasi bahan ajar, media dan metode
a. Variasi bahan ajar
Variasi bahan ajar adalah guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja tetapi harus diselingi (divariasikan) dengan materi-materi penunjang.
b. Variasi Media
Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu sebagai berikiut:
1) Variasi media pandang
Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantaranya; buku, majalah, globe, peta, film, TV, dan lainnya. Media berguna untuk:
a) Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret.
b) Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.
c) Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.
d) Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan.
e) Memberikan pengalaman baru dan unik.
f) Mendorong atau memberi motivasi siswa.
g) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.[11]
2) Variasi media dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak didik. Karena itu, diperlukan media lainnya yang memungkinkan anak lebih berkonsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu.
3) Variasi media taktil
Penggunaan ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru memperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambarkan peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pulau atau nama-nama kota, sungai, pasar dan lainnya yang terdapat dalam pulau tersebut.[12]
c. Variasi metode
Variasi metode yakni guru dalam proses belajar mengajar tidak terpaku pada satu metode atau bisa memvariasiakan penggunaan berbagai metode dengan tujuan agar anak didik tidak merasa jenuh atau bosan sehingga proses pembelajaran.[13]
3. Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal:
a. Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru;
b. Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.[14]
G. Variasi Mengajar pada Model-model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar tersebut, yaitu:
- Visual
Ciri-ciri pelajar visual:
a. Teratur, memperhatikan segala sesuatu
b. Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya.
- Auditorial
Ciri-ciri siswa auditorial:
a. Perhatiannya mudah terpecah
b. Berbicara dengan pola berirama
c. Belajar dengan cara mendengar
d. Berdialog secara internal dan eksternal
3. Kinestetik
Ciri-ciri siswa kinestik:
a. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
b. Mengingat sambil melihat langsung.[15]
BAB III
KESIMPULAN
Variasi pembelajaran adalah salah satu variabel dalam kompetensi paedagogis yang harus dikembangkan secara terus menerus oleh pembelajar. Semakin banyak variasi strategi pembelajaran, baik teacher-centered maupun student centered, yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, maka pembelajaran tersebut akan berlangsung dinamis. Pembelajar akan termotivasi dengan semakin banyaknya strategi yang berbeda tersebut.
Dari pembahasan, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar – Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 220.
[3] Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar – Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 91.
[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 181-185.
[6] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 225.
[7] Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hlm. 94.
[8] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 226.
[9] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 229-236.
[10] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 188.
[11] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 191.
[12] Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hlm. 96-97.
[13] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 247-249
[14] Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hlm. 95-97.
[15] Zaenal Mustakim, op. cit.,. hlm. 265-266.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar