MODEL-MODEL PEMBELAJARAN: STUDENT CENTER
Meri Marsela Iko Murrukibah Faridatunnisa’
Kelas: G
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Model-Model Pembelajaran: Student Center” ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini membahas tentang hakikat model pembelajaran student center, macam-macam model pembelajaran student center, serta kelebihan dan kekerangan dari model pembelajaran student center.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu apabila dalam makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini bisa menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Pekalongan, 7 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II Pembahasan.................................................................................................2
A. Hakikat Model Pembelajaran.......................................................................2
B. Macam-Macam Model Pembelajaran Student Center.................................3
BAB III Penutup....................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
Daftar Pustaka
Profil Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memahami dan menyelanggarakan pembelajran, dasar pijakan kita adalah Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 32 UUD 1945. Atas dasar itu pula bahwa kriteria penilihan model pembelajaran hendaknya didasarkan kepada kesesuaiannya dengan hal: tujuan pembelajaran atau tujuan pendidikan yang ingin dicapai, peranan guru dan siswa yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, karakteristik mata pelajaran atau bidang studi, dan kondisi lingkungan belajar.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran (buku-buku, film-film, pita kaset dan program media komputer, dan kurikulum. Setiap model membimbing kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat model pembelajaran student center?
2. Apa saja macam-macam model pembelajaran student center?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Hakikat Model Pembelajaran Student Center
Model dapat diartikan sebagai gambaran mental yang membantu mencerminkan dan menjelaskan pola pikir dan pola tindakan atas sesuatuhal. Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa belajar. Dengan demikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu konsep yang membantu menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan pembelajaran tersebut.
Strategi yang berpusat pada siswa fokus pada siswa yang memimpin dan mengarahkan situasi belajar. Guru masih bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan mata pelajaran yang fokus pada siswa di pusat pembelajaran. Peran guru berlatih menjadi memfasilitasi belajar, sering kali dengan bekerja sama dengan individual atau kelompok kecil dan membantu para siswa untuk fokus pada pencapaian hasil yang diinginkan.
Strategi pengajaran adalah keseluruhn metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks strategi pengajaran tersusun hambatan-hambatan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai, materi yang hendak dipelajari, pengalaman-pengalaman belajar, dan prosedur evaluasi. Peran guru lebih bersifat fasilitator dan pembimbing.
Pengajaran yang bersifat pada siswa adalah proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Strategi pengajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Lemabaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang.
Pengajaran dapat dikembangkan secara luas dan dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan, bahkan sering dilengakapi dengan sumber belajar untuk mengatasi hambatan-hambatan yang bersifat konvensional. Dengan strategi pengajaran ini diharapkan semua potensi siswa dapat berkembang sesuai dengan latar belakang usia dan latar belakang lainnya dari masing-masing individu siswa. Jadi, sistem belajar ini lebih terbuka.
Berdasarkan tuntunan-tuntunan dan komponen penting lainnya pada individu siswa diharapkan mereka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Dalam rangka itu pula, pelaksanaan pengajaran yang berpusat pada siswa diselenggarakan dalam tiga sistem organisasi, yakni sistem berbasis institusi, sistem lokal, dan sistem belajar jarak jauh.
B. Macam-Macam Model Pembelajaran Student Center
Pada bagian ini dibahas beberapa contoh strategi pengajaran berpusat pada siswa, ialah:
1. Problem-Based Learning
a. Ruang lingkup program based learning
- Masalah pembelajaran
Banyak kritik yang dijukan pada calon guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan informasi/konsep. Konsep merupakan hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.
PBL tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi.
- Tujuan Program-Based Learning
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Menurut Arends (1997), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
- Fitur-fitur khusus PBL
Para mengembang PBL (cognition dan technology group) mendeskripsikan bahwa model instruksional ini memiliki fitur-fitur dibawah ini :
a. Pertanyaan atau masalah perangsang
PBL mengorganisasikn pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa.
b. Fokus interdispliner
PBL dapat dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah yang dinvestigasikan dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
c. Investigasi autentik
PBL mengharuskan siwa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riill untuk maslah riil.
d. Produksi arfatek dan exhibit
PBL menuntut siswa untuk mengonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan exhibit yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka.
e. Kolaborasi
PBL ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersam-sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Bekerja bersama-sama memberikan motivasi untuk mengembangkan berbagai ketrampilan sosial dan keterampilan berpikir.
- Manfaat PBL
Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan buka menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.
- Melaksanakan PB
Siswa perlu memahami bahwa maksud pelajaran PBL adalah untuk belajar tentang cara menyelidiki permasalahan-permasalahan penting dan menjadi pelajar-pelajar yang mandiri.
PBL terdiri langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Fase 1 memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, Fase 2 mengorganisasikan siswa untuk meneliti, Fase 3 membantu investigasi mandiri dan kelompok, Fase 4 mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, Fase 5 menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
b. Beberapa variasi dalam model pelaksanaan PBL
1. Tugas-tugas perencanaan
· Penetapan tujuan
PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
· Merancang situasi masalah
Bersifat autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siwa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
· Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Untuk menginvestigasi siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
2. Tugas interaktif
· Orientasi siswa pada masalah
· Mengorganisasikan siswa untuk belajar
· Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
· Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
3. Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
Untuk efektivitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan dan perindusribusian bahan. Selain itu guru harus menyampaikan aturan, tata krama dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa saat melakukan investigasi di masyarakat.
4. Assesmen dan Evaluasi
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama dalam menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil.
c. Tahapan-tahapan SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa yang meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data yang diperlukan
5. Pengujian hipotesis sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
d. Keunggulan dan kelemahan SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)
1. Keunggulan
a. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
b. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan
c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d. Melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siwa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir
e. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
g. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
h. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir
2. Kelemahan
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem soving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2. Cooperatif learning
a. Pengertian
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas struktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada strukdorongan atau tugas yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa di dorong untuk belerja sama pada suatu tugas bersamasan merak harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Ciri umum pembelajaran kooperatif adalah :
1) Tujuan kelompok
Tujuan kelompok ialah tujuan yang akan dicapai melalui proses kerja sama dalam menguasaisesuatu konsep yang dipelajari. Tujuan ini dicapai melalui melalui usaha bersama semua anggota kelompok. Dengan demikian, setiap anggota mempunyai peranan tertentu yang jelas dalam usaha kelompok mencapai tujuan yang ditetapkan.
2) Interaksi sosial
Setiap anggota kelompok akan berinteraksi secara langsung dalam kelompok. Interaksi ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat berhubungan, saling membantu, toleran, dan berinteraksi secara efektif dan etis.
3) Ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok bergantung kepada keberhasilan indivisu sebagai anggota kelompok. Setiap anggota mempunyai tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan kelompok. Prinsip ini dikenali sebagai ketergantungan positif. Untuk mencpai kebrhasilan dalam prinsip ini, perlu ada pembagian tugas kepada semua anggota keolompok sehingga mereka akan berinteraksi secara aktif terhadap kelompoknya.
c. Prinsip-prinsip
Kagan dan kagan (2009) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat prinsip yakni (1) saling ketergantungan positif (positive independences)¸(2)pengakuan terhadap individual (individual accountability), (3) partisipasi yang sama (aqual articipates), dan (4) interaksi belajar mengajar yang simultan ( simultaneou interaction)
d. Unsur-unsur
Johnson dan johnson (1994) menyatakan ada lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan positif
Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang saling membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.
2) Tanggungjawab perorangan
Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperatif learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif yang efektif dalam model pembelajaran cooperatif learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri-sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3) Tatap muka setiap kelompok
Setiap kelompok bisa diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pemelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pemelajar dibekali dengan berbagai dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untu mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
e. Keunggulan dan keterbatasan
1) Keunggulan
Kagan dan kagan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan sebagai berikut:
a) Memperbaiki hubungan sosial
b) Meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran
c) Meningkatkan kemahiran kepemimpinan
d) Meningkatkan kemahoran sosial
e) Meningkatkan tahap kemahiran berpikir tahap tinggi
f) Meningkatkan kemahiran teknologi
g) Meningkatkan keyakinan diri.
2) Keterbatasan Pembelajaran kooperatif
a) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memng butuh waktu
b) Ciri utamanya bahwa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam pembelaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dalam hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan pembelajaran kooperatif.
3. Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman
a. Pengertian Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa dengan suatu alternatif pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif degan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat/ seragkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan para siswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi pemecahan masalah/ daerah mata ajaran tertentu.
Tujuan pendidikan yang mendasari strategi ini adalah:
- Untuk menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar aktif (berlawanan dengan partisipasi pasif).
- Untuk menciptakan interaksi sosial uang positif guna memperbaiki hubungan sosial dalam kelas.
b. Pelaksanaan Teknik Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:
- Guru memutuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil potensial/ memiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu.
- Guru memberikan rangsangan dan motivasi mengenai pengenalan terhadap pengalaman.
- Siswa dapat bekerja secara individual/ bekerja dalam kelompok-kelompok kecil keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
- Para siswa ditempatkan di dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi pengganti.
- Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, memniat keputusan sendiri, dan menerima konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.
- Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata ajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membhas bermacam-macam pengalaman tersebut.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran (buku-buku, film-film, pita kaset dan program media komputer, dan kurikulum. Setiap model membimbing kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan.
Strategi yang berpusat pada siswa fokus pada siswa yang memimpin dan mengarahkan situasi belajar. Guru masih bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan mata pelajaran yang fokus pada siswa di pusat pembelajaran. Peran guru berlatih menjadi memfasilitasi belajar, sering kali dengan bekerja sama dengan individual atau kelompok kecil dan membantu para siswa untuk fokus pada pencapaian hasil yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mustakim, Zaenal. 2013. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Salding, Sharon E., dkk. 2012. Intructional Technology and Media for Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
PROFIL PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar