Laman

new post

zzz

Rabu, 27 September 2017

SBM D 4-c “KOMPONEN PEMBELAJARAN”

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN:
“KOMPONEN PEMBELAJARAN”

 Amnah Aniqotul Khuluq
(2023116051)
KELAS D 


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




            Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DASAR PEMBELAJARAN: “KOMPONEN PEMBELAJARAN” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Ghufron, M. S. I. selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang konsep pengembangan materi ajar dan media pembelajaran. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapat balasan dari Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
            Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.Amin yaa robbal ‘alamin.

                                                                        Pekalongan, 01 Oktober 2017


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tema
Konsep Dasar Pembelajaran
B.      Sub Tema
Komponen Pembelajaran
C.     Penting Dikaji
Dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa seutuhnya, dibutuhkannya seorang tokoh pahlawan yang mampu menumpas segala rintangan yang menghalanginya dalam usaha-usaha kemerdekaannya. Selain itu, selayaknya seorang pemegang tahta untuk senantiasa mempertahankannya, seorang pahlawan tidak akan lengah sedikitpun mempertahankan apa yang dimilikinya dan menumpahkan segala jerih payah dan akal fikirnya untuk kekuasaannya. Begitu pula seorang pahlawan pendidikan yang bergerilia tanpa peduli siapa yang mencaci dan memaki dalam usahanya mencerdaskan bangsa. Ia berjerih payah dan menuangkan segala kemampuannya dalam tekad yang mulia. Bukan hanya sekedar senjata pedagogiknya, namun segala senjata ia keluarkan demi apa yang ingin di raihnya.
Demikian pula dalam proses belajar mengajar, saat guru memberikan pengajarannya dan peserta didik yang belajar. Seorang guru harus memperhatikan senjata apa yang harus dimiliki dan dikeluarkan dalam mencetak generasi bangsa. Kohesi dan koherensi antara komponen-kompenennya harus sesuai, yakni antara tujuan pembelajaran, materi yang akan di berikan, yang memberikan materi (guru), sasaran pembelajaran (peserta didik), metode belajar, alat dan sumber belajar, serta keserasian evaluasi pembelajaran yang di berikan. Itulah yang perlu di perhatikan dalam kesuksesan pembelajaran. Untuk itu pengkajian yang berpusat pada komponen pembelajaran menjadi penting dan harus dikuasai oleh seorang guru maupun para mahasiswa calon guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    komponen pemmbelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan dalam keadaan sadar. Guru memfasilitasi proses pembelajaran untuk membelajarkan peserta didik. Hal ini mengindikasikan bahwa guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan materi pembelajaran sebagai mediumnya. Lalu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di idam-idamkan dibutuhkanlah pengoptimalan dalam pelibatan komponen-komponen dalam pendidikan, yakni tujuan, materi, guru, peserta didik, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
Sebagai sebuah sistem, pembelajaran tentu saja mempunyai sejumlah komponen yang berada di dalamnya, yakni meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari tujuan, bahan/materi pembelajaran, guru dan peserta didik. Sedangkan komponen penunjang mencakup metode, alat, dan evaluasi pembelajaran. Keempat komponen utama tersebut harus selalu ada. Hal ini menunjukkkan bahwa jika salah satu dari komponen utama tidak ada, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi. Sementara untuk komponen penunjang, jika salah satunya tidak ada, pembelajaran akan tetap berjalan namun dalam pelaksanaannya dapat mengganggu berikut pencapaian tujuan pembelajarannya. Berikut merupakan komponen-komponen pembelajaran,
1.      Tujuan
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Tujuan-tujuan pendidikan merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran.[1]
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, Bab II pasal 2, dengan tegas di nyatakan bahwa “pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demoktratis, serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional sebagai ultimate goals, yang harus di capai bangsa indonesia, ternyata memiliki perhatia yang luar biasa pada moral. Pembentukan watak atau peradaban yang menjadi kata kunci dalam tujuan itu, sepenuhnya merupakan tujuan dan ikon moral yang begitu luar biasa.
Inilah tujuan besar yang harus menjadi rujukan norma, koridor etik, dan batasan perbuatan dari setiap sekolah dalam melakukan proses pembelajaran dalam mendidik peserta didik yang semakin terdidik dengan pendidikan yang terbaik. Tidak boleh ada pendidikan, pembelajaran, atau bahan ajar yang tidak memberi daya dukung terhadap tujuan besar pendidikan. Bila ada, tentu merupakan inkonsistensi dan inkarisasi fungsi sekolah dalam mencapai pendidikan nasional.[2]
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogram tanpa suatu tujuan karena merupakan hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan dibawa. Sebagai unsur penting dalam suatu kegiatan, tujuan tidak dapat diabaikan. Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan merupakan cita-cita yang hendak dicapai. Kegiatan pembelajaran tidak bisa dilakukan sesuka hati, kecuali untuk menentukan suatu tujuan yang sudah ditetapkan.
Tujuan dalam pendidikan merupakan suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik, yang nantinya akan menjadi cara peserta didik bersikap dan berbuat dalam kehidupannya. Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas/umum sampai pada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu saling berhubungan satu sama lainnya. Hal ini berarti dalam menentukan tujuan, harus memperhatikan kesinambuangan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan. [3]
2.      Materi pembelajaran
Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan ideal untuk mencerdaskan, membebaskan, dan memanusiakan manusia dari belenggu kebodohan, kemiskinan, sosial, politik dan budaya. Namun kenyataannya ia menjadi ladang subur pembodohan, perbudakan, melanggengkan status quo dan sarana yang paling absah untuk membunuh sisi kemanusiaan manusia (dehumanisasi). Untuk dapat membangun sistem pendidikan yang memanusiakan manusia butuh proses dan perjuangan panjang, yakni selain perpusatan pada guru dan peserta didik, materi pembelajaran juga peranannya sangat penting.[4]
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaram. Tanpa itu, proses pembelajaran tidak akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar harus menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Terdapat dua jenis meteri pembelajaran; yaitu materi pembelajaran pokok dan penunjang. Materi pembelajaran pokok adalah materi pembelajaran yang menyangkut bidang studi yang diampu oleh guru sesuai dengan disiplin keilmuannya. Sementara itu, materi pembelajaran penunjang adalah jenis materi pembelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru dalam mengajar agar dapat menunjang penyampaian materi pembelajaran pokok. Penggunaan materi pembelajaran ini harus sesuai dengan materi pembelajaran pokok agar dapat memotivasi peserta didiknya.
3.      Kegiatan pembelajaran
Kegiatan belajar adalah inti dari kegiatan pendidikan. Segala proses yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi tersebut, peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagi motivator dan fasilitator. Aktivitas peserta didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok. Interaksi ini dikatakan maksimal jika terjadi antara guru dan peserta didiknya, dan antara peserta didik dengan peserta didikyang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Tambahan pula, guru hendaknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, termasuk pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan mastery learning kepada setiap peserta didik secara individual. [5]


4.      Metode
Menurut Abd. Al-Rahman Ghunaimah metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.[6] Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai setelah pembelajaran berakhir. Dalam mengajar, guru seharusnya menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajaran menarik perhatian peserta didik. Selain itu, penggunaan metode yang bervariasi juga seharusnya disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemilihan metode yang tepat dalam mengajar.
Faktor yang mempengaruhi penggunanaan metode dalam mengajar adalah sebagai berikut:
a)      Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsiny.
b)      Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c)      Situasi yang bermacam-macam.
d)     Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya dan
e)      Pribadi guru serta kemampuan dan profesional yang berbeda-beda
5.      Alat/Media
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat mempunyai tiga fungsi, yaitu alat sebagai pelengkap, alat sebagai pembantu memudahkan untuk mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan itu sendiri.
Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu: alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah perintah, larangan dan sebagainya., sedangkan alat bantu pengajaran dapat berupa globe, kapur tulis, gambar, diagram, dan lain sebagainya.[7]
Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.[8] Adapun fungsi media pembelajaran antar lain:
a)      Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru
b)      Melalui alat bantu, pembelajaran konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk konkret
c)      Jalannya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton
d)     Lebih dapat menarik perhatian dan minat siswa
Dengan demikian penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk menarik perhatian dan minat siswa, meningkatkan efektivitas dan menciptakan situasi belajar yang baik. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kedudukan media dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
6.      Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar (peserta didik). Sebab belajar pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan hal-hal baru. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Udin Winataputra bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.[9]
Zaenal Mustakim mengemukakan, bahwa macam-macam sumber belajar meliputi manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat), buku atau perpustakaan, media massa (media sosial, majalah, surat kabar, tv, radio), alat pengajaran (peta, buku pelajaran, papan tulis, kapur, dan lain-lain), museum, lingkungan, dan aktivitas (karyawisata, simulasi).
7.      Evaluasi
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Evaluasi memiliki sebuah tujuan yakni untuk mengumpulkan data-data yang menunjukkan taraf kemajuan peserta didik dan tujuan yang di harapkan, membantu guru melakukan penilaian aktivitas yang dilakukan , dan menilai metode mengajar yang digunakan (tujuan umum), dan evaluasi memiliki sebuah tujuan khusus yakni untuk merangsang kegiatan peserta didik, menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan, memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan bakat peserta didik, memperoleh laporan tentang perkembangan peserta didik, dan memperbaiki mutu pengajaran.
Evaluasi mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut:
a)      Sebagai umpan balik untk memperbaiki proses pembelajaran,
b)      Untuk memberikan nilai yang tepat bagi kemajuan atau laporan hasil belajar setiap peserta didik,
c)      Untuk menentukan situasi pembelajaran peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan
d)     Untuk mengetahui penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencari solusinya. [10]



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
komponen pendidikan adalah bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan. untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang di idam-idamkan dibutuhkanlah pengoptimalan dalam pelibatan komponen-komponen dalam pendidikan, yakni tujuan, materi, guru, peserta didik, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Yang mana, komponen-komponen tersebut memiliki hubungan penting satu sama lain yang saling menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Semakin kuatnya hubungan diantaranya maka semakin kokoh keberhasilan yang akan dicapainya.

















DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Muniroh, Siti Mumun, Ahmad, Maghfur. 2011. Mendidik Manusia: Pendekatan Psikologi untuk Membangun Kesadaran Kritis. Pekalongan: STAIN Pekalongan PRESS.

Mursidin. 2011. MORAL Sumber Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nunik Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI).

Ramayulis. 2000.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalamulya.

Wina Sanjaya. 2008. Perencananaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Zainal Mustakim. 2017. Strategi dan Metodologi Pembelajaran. Pekalongan: IAIN Pekalongan PRESS.








DATA DIRI


Nama : Amnah Aniqotul Khuluq
Alamat : Desa Menjangan RT/RW 003/001 No.95 Kec. Bojong Kab. Pekalongan
Riwayat pendidikan:
-          RA Muslimat NU Kemasan, Bojong
-          SDN 01 Menjangan, Bojong
-          SMP Islam Walisongo, Kedungwuni
-          SMA Islam YMI Wonopringgo



[1] Wina Sanjaya, Perencananaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. Ke-7 (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2008), hlm. 10.
[2]  Mursidin, MORAL sumber pendidikan, cet. Ke-1 (Bogor:Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 53.
[3] Zainal Mustakim, Strategi dan Metodologi Pembelajaran, cet. Ke-5 (Pekalongan: IAIN Pekalongan PRESS, 2017), hlm. 47.        
[4] Siti Mumun Muniroh, Maghfur Ahmad, Mendidik Manusia: Pendekatan Psikologi untuk Membangun Kesadaran Kritis, cet. Ke-1 (Pekalongan: STAIN Pekalongan PRESS, 2011), hlm. 1
[5] Zainal Mustakim, op.cit, hlm. 48-49.
[6] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-3 (Jakarta: kalamulya, 2000), hlm. 156.
[7]  Zainal Mustakim, op.cit, hlm. 49-50
[8] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Ed. Ke-1, cet. Ke-1 (Jakarta:Bumi Aksara, 19940, hlm. 7
[9]  Nunik Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2012), hlm. 43-44.
[10] Zainal Mustakim, op.cit, hlm. 50-51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar