KONSEP DASAR PEMBELAJARAN:
“KOMPONEN
PEMBELAJARAN”
Amnah Aniqotul Khuluq
(2023116051)
KELAS D
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KONSEP DASAR PEMBELAJARAN:
“KOMPONEN PEMBELAJARAN” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta
orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami
tujukan kepada Bapak Muhammad Ghufron, M. S. I. selaku dosen mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan
penulis tentang konsep pengembangan materi ajar dan media pembelajaran. Dan
kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan
dari berbagai pihak terkait mendapat balasan dari Allah swt dengan pahala yang
berlipat ganda, aamiin.
Makalah
ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca
guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan,
01 Oktober 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tema
Konsep Dasar Pembelajaran
B.
Sub Tema
Komponen Pembelajaran
C.
Penting Dikaji
Dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa seutuhnya, dibutuhkannya seorang
tokoh pahlawan yang mampu menumpas segala rintangan yang menghalanginya dalam
usaha-usaha kemerdekaannya. Selain itu, selayaknya seorang pemegang tahta untuk
senantiasa mempertahankannya, seorang pahlawan tidak akan lengah sedikitpun
mempertahankan apa yang dimilikinya dan menumpahkan segala jerih payah dan akal
fikirnya untuk kekuasaannya. Begitu pula seorang pahlawan pendidikan yang
bergerilia tanpa peduli siapa yang mencaci dan memaki dalam usahanya
mencerdaskan bangsa. Ia berjerih payah dan menuangkan segala kemampuannya dalam
tekad yang mulia. Bukan hanya sekedar senjata pedagogiknya, namun segala
senjata ia keluarkan demi apa yang ingin di raihnya.
Demikian pula dalam proses belajar mengajar, saat guru memberikan
pengajarannya dan peserta didik yang belajar. Seorang guru harus memperhatikan
senjata apa yang harus dimiliki dan dikeluarkan dalam mencetak generasi bangsa.
Kohesi dan koherensi antara komponen-kompenennya harus sesuai, yakni antara tujuan pembelajaran, materi yang akan di berikan, yang memberikan
materi (guru), sasaran pembelajaran (peserta didik), metode belajar, alat dan
sumber belajar, serta keserasian evaluasi pembelajaran yang di berikan. Itulah
yang perlu di perhatikan dalam kesuksesan pembelajaran. Untuk itu pengkajian
yang berpusat pada komponen pembelajaran menjadi penting dan harus dikuasai
oleh seorang guru maupun para mahasiswa calon guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
komponen pemmbelajaran
Kegiatan
pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan dalam keadaan
sadar. Guru memfasilitasi proses pembelajaran untuk membelajarkan peserta
didik. Hal ini mengindikasikan bahwa guru yang mengajar dan peserta didik yang
belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif
dengan memanfaatkan materi pembelajaran sebagai mediumnya. Lalu, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang di idam-idamkan dibutuhkanlah pengoptimalan dalam
pelibatan komponen-komponen dalam pendidikan, yakni tujuan, materi, guru,
peserta didik, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
Sebagai sebuah
sistem, pembelajaran tentu saja mempunyai sejumlah komponen yang berada di
dalamnya, yakni meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama
terdiri dari tujuan, bahan/materi pembelajaran, guru dan
peserta didik. Sedangkan komponen penunjang mencakup metode, alat, dan
evaluasi pembelajaran. Keempat komponen utama tersebut harus selalu ada.
Hal ini menunjukkkan bahwa jika salah satu dari komponen utama tidak ada, maka
proses pembelajaran tidak akan terjadi. Sementara untuk komponen penunjang,
jika salah satunya tidak ada, pembelajaran akan tetap berjalan namun dalam
pelaksanaannya dapat mengganggu berikut pencapaian tujuan pembelajarannya.
Berikut merupakan komponen-komponen pembelajaran,
1.
Tujuan
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan
tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Tujuan-tujuan
pendidikan merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses
pembelajaran.[1]
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, Bab II pasal 2, dengan tegas
di nyatakan bahwa “pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demoktratis, serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan
nasional sebagai ultimate goals, yang harus di capai bangsa indonesia, ternyata
memiliki perhatia yang luar biasa pada moral. Pembentukan watak atau peradaban
yang menjadi kata kunci dalam tujuan itu, sepenuhnya merupakan tujuan dan ikon
moral yang begitu luar biasa.
Inilah tujuan besar yang harus menjadi rujukan norma, koridor etik,
dan batasan perbuatan dari setiap sekolah dalam melakukan proses pembelajaran
dalam mendidik peserta didik yang semakin terdidik dengan pendidikan yang
terbaik. Tidak boleh ada pendidikan, pembelajaran, atau bahan ajar yang tidak
memberi daya dukung terhadap tujuan besar pendidikan. Bila ada, tentu merupakan
inkonsistensi dan inkarisasi fungsi sekolah dalam mencapai pendidikan nasional.[2]
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogram tanpa suatu tujuan
karena merupakan hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana
kegiatan itu akan dibawa. Sebagai unsur penting dalam suatu kegiatan, tujuan
tidak dapat diabaikan. Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan
merupakan cita-cita yang hendak dicapai. Kegiatan pembelajaran tidak bisa
dilakukan sesuka hati, kecuali untuk menentukan suatu tujuan yang sudah
ditetapkan.
Tujuan dalam pendidikan merupakan suatu cita-cita yang bernilai
normatif. Dengan kata lain, terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
peserta didik, yang nantinya akan menjadi cara peserta didik bersikap dan
berbuat dalam kehidupannya. Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas/umum sampai
pada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu saling berhubungan satu sama lainnya.
Hal ini berarti dalam menentukan tujuan, harus memperhatikan kesinambuangan
setiap jenjang tujuan dalam pendidikan. [3]
2.
Materi pembelajaran
Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan ideal untuk mencerdaskan,
membebaskan, dan memanusiakan manusia dari belenggu kebodohan, kemiskinan,
sosial, politik dan budaya. Namun kenyataannya ia menjadi ladang subur
pembodohan, perbudakan, melanggengkan status quo dan sarana yang paling absah
untuk membunuh sisi kemanusiaan manusia (dehumanisasi). Untuk dapat membangun
sistem pendidikan yang memanusiakan manusia butuh proses dan perjuangan
panjang, yakni selain perpusatan pada guru dan peserta didik, materi
pembelajaran juga peranannya sangat penting.[4]
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses pembelajaram. Tanpa itu, proses pembelajaran tidak akan berjalan. Oleh
karena itu, guru yang akan mengajar harus menguasai materi pembelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik. Terdapat dua jenis meteri pembelajaran;
yaitu materi pembelajaran pokok dan penunjang. Materi pembelajaran pokok adalah
materi pembelajaran yang menyangkut bidang studi yang diampu oleh guru sesuai
dengan disiplin keilmuannya. Sementara itu, materi pembelajaran penunjang
adalah jenis materi pembelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru dalam
mengajar agar dapat menunjang penyampaian materi pembelajaran pokok. Penggunaan
materi pembelajaran ini harus sesuai dengan materi pembelajaran pokok agar
dapat memotivasi peserta didiknya.
3.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan belajar adalah inti dari kegiatan pendidikan. Segala
proses yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan
belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik terlibat dalam
sebuah interaksi dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi
tersebut, peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan
sebagi motivator dan fasilitator. Aktivitas peserta didik bukan hanya secara
individual, tetapi juga dalam kelompok. Interaksi ini dikatakan maksimal jika
terjadi antara guru dan peserta didiknya, dan antara peserta didik dengan
peserta didikyang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Tambahan pula, guru hendaknya memperhatikan perbedaan individual
anak didik, termasuk pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan
pendekatan mastery learning kepada setiap peserta didik secara individual. [5]
4.
Metode
Menurut Abd. Al-Rahman Ghunaimah metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.[6] Dalam
kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai setelah pembelajaran berakhir. Dalam
mengajar, guru seharusnya menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajaran
menarik perhatian peserta didik. Selain itu, penggunaan metode yang bervariasi
juga seharusnya disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemilihan metode yang
tepat dalam mengajar.
Faktor yang mempengaruhi penggunanaan metode dalam mengajar adalah
sebagai berikut:
a)
Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsiny.
b)
Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c)
Situasi yang bermacam-macam.
d)
Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya dan
e)
Pribadi guru serta kemampuan dan profesional yang berbeda-beda
5.
Alat/Media
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Alat mempunyai tiga fungsi, yaitu alat sebagai pelengkap, alat
sebagai pembantu memudahkan untuk mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan itu
sendiri.
Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu: alat dan alat bantu
pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah perintah, larangan dan
sebagainya., sedangkan alat bantu pengajaran dapat berupa globe, kapur tulis,
gambar, diagram, dan lain sebagainya.[7]
Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang
digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau
peserta didik.[8]
Adapun fungsi media pembelajaran antar lain:
a)
Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar
bagi guru
b)
Melalui alat bantu, pembelajaran konsep/tema pelajaran yang abstrak
dapat diwujudkan dalam bentuk konkret
c)
Jalannya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton
d)
Lebih dapat menarik perhatian dan minat siswa
Dengan demikian
penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk menarik
perhatian dan minat siswa, meningkatkan efektivitas dan menciptakan situasi
belajar yang baik. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kedudukan media dalam
proses belajar mengajar sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
6.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah bahan atau materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar (peserta didik). Sebab
belajar pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan hal-hal baru. Hal ini selaras
dengan apa yang dikemukakan oleh Udin Winataputra bahwa sumber belajar adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar seseorang.[9]
Zaenal Mustakim mengemukakan, bahwa macam-macam sumber belajar
meliputi manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat), buku atau
perpustakaan, media massa (media sosial, majalah, surat kabar, tv, radio), alat
pengajaran (peta, buku pelajaran, papan tulis, kapur, dan lain-lain), museum,
lingkungan, dan aktivitas (karyawisata, simulasi).
7.
Evaluasi
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Evaluasi memiliki
sebuah tujuan yakni untuk mengumpulkan data-data yang menunjukkan taraf
kemajuan peserta didik dan tujuan yang di harapkan, membantu guru melakukan
penilaian aktivitas yang dilakukan , dan menilai metode mengajar yang digunakan
(tujuan umum), dan evaluasi memiliki sebuah tujuan khusus yakni untuk
merangsang kegiatan peserta didik, menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan,
memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan bakat peserta
didik, memperoleh laporan tentang perkembangan peserta didik, dan memperbaiki
mutu pengajaran.
Evaluasi mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut:
a)
Sebagai umpan balik untk memperbaiki proses pembelajaran,
b)
Untuk memberikan nilai yang tepat bagi kemajuan atau laporan hasil
belajar setiap peserta didik,
c)
Untuk menentukan situasi pembelajaran peserta didik sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan
d)
Untuk mengetahui penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencari solusinya. [10]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
komponen pendidikan adalah bagian dari sistem proses pendidikan yang
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan. untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang di idam-idamkan
dibutuhkanlah pengoptimalan dalam pelibatan komponen-komponen dalam pendidikan,
yakni tujuan, materi, guru, peserta didik, metode, alat dan sumber, serta
evaluasi. Yang mana,
komponen-komponen tersebut memiliki hubungan penting satu sama lain yang saling
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Semakin kuatnya hubungan
diantaranya maka semakin kokoh keberhasilan yang akan dicapainya.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Muniroh,
Siti Mumun, Ahmad, Maghfur. 2011. Mendidik Manusia: Pendekatan Psikologi
untuk Membangun Kesadaran Kritis. Pekalongan: STAIN Pekalongan PRESS.
Mursidin.
2011. MORAL Sumber Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nunik
Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak (Anggota IKAPI).
Ramayulis. 2000. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalamulya.
Wina
Sanjaya. 2008. Perencananaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Zainal
Mustakim. 2017. Strategi dan Metodologi Pembelajaran. Pekalongan: IAIN
Pekalongan PRESS.
DATA DIRI
Nama : Amnah Aniqotul
Khuluq
Alamat : Desa Menjangan
RT/RW 003/001 No.95 Kec. Bojong Kab. Pekalongan
Riwayat pendidikan:
-
RA Muslimat
NU Kemasan, Bojong
-
SDN 01 Menjangan, Bojong
-
SMP Islam Walisongo, Kedungwuni
-
SMA Islam YMI Wonopringgo
[1] Wina Sanjaya, Perencananaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
cet. Ke-7 (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2008), hlm. 10.
[2] Mursidin, MORAL sumber
pendidikan, cet. Ke-1 (Bogor:Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 53.
[3] Zainal Mustakim, Strategi dan Metodologi Pembelajaran, cet.
Ke-5 (Pekalongan: IAIN Pekalongan PRESS, 2017), hlm. 47.
[4] Siti Mumun Muniroh, Maghfur Ahmad, Mendidik Manusia: Pendekatan
Psikologi untuk Membangun Kesadaran Kritis, cet. Ke-1 (Pekalongan: STAIN
Pekalongan PRESS, 2011), hlm. 1
[5] Zainal Mustakim, op.cit, hlm. 48-49.
[6] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-3 (Jakarta:
kalamulya, 2000), hlm. 156.
[7] Zainal Mustakim, op.cit, hlm.
49-50
[8] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Ed. Ke-1, cet.
Ke-1 (Jakarta:Bumi Aksara, 19940, hlm. 7
[9] Nunik Suryani dan Leo Agung, Strategi
Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2012), hlm.
43-44.
[10] Zainal Mustakim, op.cit, hlm. 50-51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar