HAKIKAT PENDIDIKAN
PINTU ILMU : BELAJAR-BACA
Berliyan Silfana
Nim : 2418029
Kelas : Piaud B
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Salam dan sejahtera kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang istiqomah sebagai pengikutnya.
Atas rahmat Allah Swt., penulis dapat menyelesaikan tugas dan penyusunan makalah ini yang berjudul “Hakikat Pendidikan Tenang Pintu Ilmu : Belajar-Baca”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Namun penulis tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Pekalongan, 26 Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
⦁ Latar Belakang.............................................................................................1
⦁ Rumusan Masalah........................................................................................1
⦁ Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
⦁ Iqra’................................................…………………….…….……………….2
⦁ Bacaan bismirabbika………..........................................................................3
⦁ Bacaan khalaqaal-insanamin’alaq……………………………….................3
⦁ Bacaan iqra warabbukal aqram....................................................................4
⦁ Bacaan ‘allamabil al- qalam.........................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
Simpulan......................................................................................................7
Saran............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
⦁ Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah swt. Yang diturunkan kepada nabi muhammad saw. Melalui perantara malaikat jibril secara berangsur-angsur, sebagai pedoman hidup manusia. Al-Qur’an berisi penjelasan tentang pentingnya ilmu untuk bertanggung jawab di setiap kegiatan, berisi perintah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki dengan belajar sepanjang hayat, sehingga dalam bekerja dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, keahlian dan potensinya.
⦁ Rumusan Masalah
⦁ Bagaimana memahami hakikat pendidikan menurut QS. Al-Alaq, 96:1-5?
⦁ Bagaimana memahami pintu ilmu:belajar-baca menurut QS. Al-Alaq, 96:1-5?
⦁ Tujuan Penulisan
⦁ Dapat mengetahui hakikat pendidikan menurut Q.S. Al-Alaq, 96:1-5
⦁ Dapat mengetahui pintu ilmu:belajar-baca menurut Q.S. Al-Alaq, 96:1-5
BAB II
PEMBAHASAN
Pintu ilmu :belajar – baca (Qs.Al-Alaq,96 : 1-5)
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ(3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4)
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم(5)ْ
Artinya : “bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena, diamengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S.Al-Alaq [96]:1-5)
⦁ Iqra’
Sesungguhnya Al-Quran yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini. Dia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya dan nikmat pertama yang dicurahkan Allah kepada mereka. Dia merupakan peringatan tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan sesungguhnya, diantara kemurahan Allah Ta’ala adalah mengajarkan kepada umat manusia sesuatu yang tadinya tidak diketahui.
Maka Allah mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah jabatan yang hanya diberikan Allah kepada bapak manusia, Adam a.s. sehingga membedakannya dari malaikat. Dan ilmu terkadang ada yang benak. Kadang-kadang dengan lidah. Kadang-kadang bisa pula berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik. Kata formalistik memastikan ilmu berada dalam tulisan, namun tidak sebaliknya.
Ditegaskan dalam sebuah atsar, yang memiliki arti “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.”
Dan diterangkan pula,
“Barang siapa orang mengamalkan apa yang telah dia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya sesuatu yang tidak dia ketahui sebelumnya.
Adapun hadis mengenai permulaan wahyu turun adalah diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Aisyah berkata, “Wahyu yang pertama turun kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar. Tidaklah dia bermimpi melainkan datang seperti falaq shubuh. Kemudian dia pun menjadi gemar menyendiri. Lalu dia datang ke Gua Hira. Dia beribadah di sana beberapa malam sambil membawa bekal yang cukup. Kemudian dia kembali menemui Khadijah untuk membawa bekal yang baru. Sehingga, beliau dikagetkan oleh datangnya wahyu, Ketika muhammad sedang berkhalwat di Goa Hira, datanglah malaikat jibril seraya menyuruh nabi membaca .iqra’!, “bacalah!”, pinta jibril kepada nabi. Dengan hati yang penuh ketakutan, nabi menjawabnya dengan maana biqori, menurut satu versi riwayat, beliau menyebutkan, maaqra’, “sayatidak (mampu) membaca”.Lalu, jibril mengulangi perintahnya sampai 3 kali.Jawaban Nabi tetap sama, “saya tidak (mampu) membaca”.
Sedangkan menurut al-maraghi secara harfiah ayat tersebut dapat diartikan jadilah engkau yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptaanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya.
⦁ BismiRabbika
Jika di perinci satu-satu, ungkapan bismirabbika terdiri atas empat kalimat: (a) bi; (b) ismi; (c) rabbi; (d) ka. Kecuali bi, semuanya adalah kalimat isim atau kata benda.Ismi bentuk masdar dari kata sama-yasmu,berarti sebuah nama (singular), plurulnya asma’ (nama-nama).Rabb bentuk masdar dari kata rabba-yurabbiy, artinya secara bahasa mengatur, mengurus, yang memiliki.Rabb disini adalah Allah yang memiliki sifat perbuatan mengatur, mengurus, dan memiliki makhluk. Penggunaan kata rabb untuk menunjuk makna Allah dimaksudkan dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat arab, khususnya penyembah berhala bahwa tujan sebenarnya adalah tuhan yang memiliki, mengatur, dan mengurus manusia, serta makhluk ini. Dengan kata lain, dengan rabb, tuhan yang diperkenalkan secara lebih awal adalah tuhan yang memiliki sifat perbuatan-Nya, bukan dengan nama Allah yang lebih menunjuk sifat Dzat-Nya. Menurut Imam Al-FakhrAr-Razi, pengenalan tuhan dengan rabb bagi para pencari tuhan lebih efektif dari padadengan Allah.
⦁ Khalaqaal-insanamin ‘alaq
Sekurang-kurangnya terdapat tiga tema Qur’annya yang menunjukkan arti menciptakan, yaitu: (a) khalaqa; (b) ja’ala; dan (c) fathara. Ketika Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit, bumi, dan manusia, Dia menggunakan dua tema khalaqa dan fathara.
Kata khalaqa, yang mengiringi kata rabb dalam ayat ini merupakan penjelasan konkret mengenai sifat rabb, yaitu yang menciptakan manusia dan produk-produk ciptaan-Nya yang lain. Secara leksikel, kata khalaqa mengandung makna bahwa dia menciptakan sejarah, semesta, alam yang terlihat dan alam sebenarnya, kreasi-Nya tidak terbatas dan telah selesai dengan sempurna.
Kata al-insan mengekplanasikan karakter manusia ilmiah dan religius yang padu dan sempurna, mempunyai kemampuan spiritual, rasional, nalar ilmiah, bercita rasa seni, dan diciptakan melalui proses panjang dan rumit.
Maksudnya, anak cucu Adam. Kata al-‘alaqah berarti darah yang beku. Adapun jika darah itu mengalir, maka disebut dengan al-masfuh, (Al-‘alaqah merupakan salah satu dari fase-fase penciptaan janin, yang dimulai dengan nutfah lalu menjadi segumpal darah, yaitu sepotong daging, kemudian menjadi tampak jelas bentuk penciptaannya).
⦁ Iqrawarabbuka Al-akram.
Maksudnya, bacalah seperti yang Dia perintahkan. Rabbmu yang telah menyuruhmu membaca adalah Dzat Yang Maha Pemurah. Di antara bentuk kemurahan-Nya adalah memberikan kemampuan kepadamu untuk membaca, padahal kamu adalah seorang yang buta huruf.
Jika membaca dengan penuh kesungguhan dan ketundukan yang menggetarkan hati, niscaya Allah akan membukakan hijab yang menyelimuti paradigma, mengantarkan pada pengetahuan baru dan penemuan mutakhir karena kemurahan-Nya. Ayat ini menyadarkan hati kita bahwa tanpa karunia-Nya kepada kita, tidak mungkin kita mampu menyingkap rahasia firman dan wajah-Nya. Rasulullah SAW pun tidak akan memahami kalam-Nya, bahkan ada beberapa hal yang dihapus dari ingatannya.
Perintah membaca ayat 1-5 surat Al-Alaq diulang dua kali, yaitu ayat pertama dan ketiga. Quraish Shihab mengemukakan bahwa perintah membaca pada ayat pertama berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika akan meembaca, sedangkan perintah ketiga berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dari hasil bacaan tersebut. Penafsiran ini dapat dipahami dari ayat keempat yang menyebutkan bahwa dari proses membaca akan dihasilkan pengetahuan.
⦁ ‘Allamabi Al-Qalam.
Allah telah mengajari manusia tulis-menulis dengan pena, yang merupakan suatu nikmat dari Allah yang sangat mulia. Kalau bukan karena itu, niscaya tidak mungkin agama akan berdiri tegak, tidak juga kehidupan ini akan menjadi baik. Dengan pena itu, manusia dikeluarkan dari alam kegelapan menuju alam terang yang disinari cahaya ilmu. Ilmu itu tiada akan pernah dikumpulkan, hikmah tidak akan pernah dicatat, berita tentang orang-orang terdahulu dan ucapan meraka tidak akan pernah diteliti, serta kitab-kitab Allah tidak juga dapat ditulis, kecuali dengan tulisan.
Menulis, apalagi dalam bentuk penyelesaian soal-soal dan penurunan ulang rumus-rumus, bukanlah hal yang mudah, khususnya saat mengawali. Belakangan penulis tahu bahwa cara motorik ini sejalan dengan pesan Arnold Sommerfeld kepada muridnya Werner Heisenberg, “Just do the exercises deligently then you will know what you have understood and have not.” Lebih belakangan lagi, saya juga tahu bahwa cara ini adalah cara baku dan standar yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa dan para ahli fisika teori dimana pun berada. Inilah tirakat – meminam istilah orang jawa – dalam dunia ilmu khususnya fisika teori.
Ketika baru mendapat buku teks teori grup yang tebalnya sekitar tujuh ratus halaman, guru penulis di ITB, mendiang Dr.Hans Jacobus Wospakriek berpesan, “Sekarang kamu harus bertapa di kamar untuk mempelajari isi buku ini.” Guru penulis tidak bermaksud menyeluruh meditasi atau komat-kamit baca mantra di dalam kamar, tetapi membaca, menulis, dan menurunkan persamaan-persamaan yang ditulis di dalam buku. Inilah jalan ilmu yang dapat ditempuh oleh siapa saja dan tidak mensyaratkan apapun kecuali mau atau menginginkannya. Imam Al-Ghazali berkata, “Langkah mula terbaik bagi pencari kebenaran adalah meniru orang-orang terbaik, terpandai, serta terdalam pengetahuannya.”
Allah membekali kita dengan kemampuan untuk memahami teks (ayat Quraniyah) realitas (ayat kauniyyah), ide (bayan) dan hikmah sebagai titik dasar memperoleh ilmu, melalui sejarah, guratan pada semesta dan tarian lebah madu, serta pengalaman ruhaniah yang hanya dapat dirasakan sesuai kedekatan dengan Allah dan penyerahan pada keilmiahan-Nya.
Perintah membaca merupakan perintah yang paling penting dan paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia sebagai makhluk yang dapat dan harus di didik.
Sejarah umat manusia secara umum dapat dibagi dalam dua fase utama, yaitu fase sebelum penemuan alat tulis dan fase sesudahnya, sekitar lima ribu tahun yang lalu. Dengan ditemukannya alat tulis, peradaban umat manusia berjalan cepat dan pesat. Hal ini karena peradaban yang lahir pasca-ditemukannya alat baca tulis tidak lagi dimulai dari nol. Peradaban yang mempelajari peradaban yang lalu dari apa yang ditulis oleh yang lalu dan dapat dibaca oleh yang dating kemudian.
Dari semua yang dikemukakan di atas, dapatdisimpulkansebagaiberikut:
⦁ Manusia adalah makhluk yang dapat dan harus di didik.
⦁ Dengan pendidikan, potensi keagamaan dan potensi kemanusiaan akan berkembang secara normal dan wajar.
⦁ Dengan pendidikan, martabat kemanusiaan akan terjaga dan akan terus meningkat menuju “kesempurnaan”.
⦁ Dengan pendidikan, sifat-sifat jelek manusia akan dapat dikurangi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
⦁ Perintah membaca Al-Qur’an
⦁ Manusia dijadikan dari segumpal darah
⦁ Allah menjadikan kalam sebagai alat pengembangan pengetahuan
⦁ Manusia bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup
⦁ Ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan perintah-Nya.
Surat Al-Alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba cukup.
SARAN
Apabila penyusunan makalah ini ada kekurangannya saya minta maaf dan semoga ada kritik dan saran yang bermanfaat dan membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung: Mizan Pustaka.
Al-Asyqar, Muhammad Sulaiman ‘Abdullah. 2007. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2000. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.
BIODATA
Nama : Berliyan Silfana
TTL : Jepara, 18 Maret 2000
Alamat : Pekalongan rt 3 rw 2 batealit JEPARA
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan terakhir : MAN 1 JEPARA
No.HP : 082227847510
Tidak ada komentar:
Posting Komentar