RUMAH
TANGGA PENUH KASIH SAYANG
Mata Kuliah HaditsTarbawi II
Disusunoleh:
SahirulIlmi (2021
111 381)
Kelas H
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah
Swt.yangtelahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanmakalah yangberjudul “RumahTanggaPenuhKasihSayang”.
MakalahinidisusungunamemenuhitugasmatakuliahHaditsTarbawi II,
semester IV SekolahTinggi Agama Islam (STAIN) Pekalongantahunakademik
2015.Penulismenyadaritanpabantuandandukungandariberbagaipihakmaka,
makalahinitidakakanterwujud. Olehsebabitupadakesempatan kali
inipenulisinginmengucapkanterimakasihkepada:
- Bapak Dr. Ade DediRohayana,
M.Agselakuketua STAIN Pekalongan;
- BapakDrs.H.M.MuslihHusein,M.Agselakuwakilketua
III STAIN Pekalongan;
- BapakGhufronDimyati
M.S.I selakudosenpengampumatakuliahHaditsTarbawi
II;
- Bapakdanibuselakukedua orang tuasaya yang
telahmemberikandukungan moral, materiilsertamotivasinya;
- SegenapStafPerpustakaan STAIN Pekalongan
yang telahmemberikanbantuanreferensi-referensibukurujukan;
- Mahasiswa Prodi PAI H yang
telahmemberikanbantuan, dukungandanmotivasinya;
- Serta semuapihak yang
telahmemberikandukungan moral danmateriilnya.
Penulismenyadaribahwamakalahinijauhdari
kata sempurna.Olehsebabitupenulismengharapkankritikdan saran yang membangun
demi perbaikanmakalahini.Harapanpenulis,
semogamakalahinidapatbermanfaatbagipembacaumumnyadanbagipenuliskhususnya.
Pekalongan, 14 Februari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
RasulullahSAW,adalahseorangrasul yang mempunyaiakhlaqulkarimah yang
luarbiasahdanjugasempurna. Denganakhlak yang
sepertiitubeliaudapatmembangunkehidupannyadenganpenuhkesejahteraandankedamaian,
terutamadalamrumahtangga.
Menyinggung
akhlak Rasulullah saw. kepada keluarganya maka hal ini tidak hanya berlaku
kepada para suami, sehingga para istri merasa suami sajalah yang tertuntut
untuk berakhlak mulia kepada istrinya. Yang
dimaksudhaliniadalahbahwasuamidanistriharussama-samamempunyaiakhlak yang mulia
agar terciptanyakeselarasandankebahagiandalamrumahtangga.Memangsuamilah yang
paling utamaharusmenunjukkanbudipekerti yang
baikdalamrumahtangganyakarenadiasebagaiqawwam,
sebagaipimpinan.Kemudiandiadituntutuntukmendidikanakistrinyadenganbaik agar
terhindardariapineraka.
Dalammakalahiniakandibahasmengenairumahtangga yang diajarkanolehRasulullah
SAW.
B.
RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai acuan untuk mengkaji makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :
1.
Apa pengertian rumah tangga penuh kasih sayang itu?
2.
Bagaimana dengan teori pendukung terkait hal tersebut?
3.
Bagaimana Hadits mengenai Rumah Tangga Penuh Kasih Sayang?
4.
Bagaimana refleksi Hadits dengan kehidupan?
5.
Apa saja Aspek Tarbawi dari Hadits tentang Rumah Tangga Penuh Kasih Sayang?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumah Tangga
Penuh Kasih Sayang
Definisi Kasih sayang dalam Rumah Tangga, yaitu Keluarga yang harmonis dan
berkualitas, keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling
menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja
yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah,
berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu
luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.[1]Kehidupan keluarga yang
penuh cinta kasih tersebut dalam islam disebut mawaddah wa rahmah. Yaitu keluarga yang tetap menjaga perasaan
cinta; cinta terhadap suami/istri, cinta terhadap anak, juga cinta pekerjaan.
Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi landasan untama dalam berkeluarga.
Islam mengajarkan agar suami memerankan tokoh utama dan istri memerankan peran
lawan yaitu menyeimbangkan karakter suami.[2]
Pembentukan keluarga hendaknya diniatkan
untuk menyelenggarakan kehidupan keluarga yang penuh dengan semangat mawaddah
wa rahmah dengan selalu mendektkan diri kepada Allah dan mendambakan
keridhaannya, limpahan hidayah dan taufiq-Nya.[3]Kehidupan keluarga yang
didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada Allah, insya Allah keluarga
yang demikian akan selalu mendapat perlindungan dalam mendapatkan
tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran.Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalam sikap,
tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangan kalbu. Karenanya
pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam
kehidupannya.Cinta akan berakar pada temperamen yang lembut pada siapapun yang
dicintai. Begitu pula dalam keluarga, jika suami mempu besikap lembut pada
istrinya, terhadap anaknya, terhadap manyarakat, maka suasana akan dirasa
nyaman, keluarga menjadi harmonis, punya banyak teman, disukai dan dihormati
oleh masyarakat.[4]
Istri harus
menjadi pendamping suami secara bersungguh-sungguh sebagai bentuk penjagaan
cinta. Ia dituntut untuk lebih mengerti dan bisa menempatkan diri dan kondisi.
Perasaan cinta suami bertambah apa bila istri sanggup memotivasi, mengiburnya
di kala susah, menenagkannya di kala gundah, tidak banyak mengeluh dikala
kekurangan, juga sanggup tersenyum pada suami dengan tulus. Ada beberapa sikap
istri yang dapat dijadikan teladan dengan merujuk pada perkataan Siti
Aisyah:”Ada beberapa sifat istri yang patut dijadikan contoh sesuai dengan yang
dimiliki Siti Khadijah. Yakni: bersikap benar dan menaati allah, berkata jujur,
memberi kepada yang meminta, membalas kebaikan orang, menyambung silaturrahim,
sanggup tersenyum di kala suami sedang rugi,menghormati tamu, membahagiakan
tamu, mempunyai sifat malu”.[5]
B.
Teori Pendukung
Keluarga
merupakan pendidik pertama dan utama bagi setiap manusia, keluarga merupakan
benteng utama bagi anak-anakdibesarkan dengan pendidikan pertama yaitu dari
kedua orang tuanya, Shaleh dan tidaknya perilaku seorang anak ditentukan oleh
keluarganya sendiri sebagai pendidik atau pengasuh pertama. Keluarga merupakan
pangkal ketentraman dan kedamaian hidup bagi setiap manusia, ajaran Islam
memandang bahwa keluarga bukan saja merupakan perkumpulan orang, akan tetapi
lebih dari itu, yakni keluarga merupakan suatu lembaga hidup manusia yang dapat
memberi kemungkinan bahagia atau celakanya manusia baik di dunia atau pun diakhirat
kelak. Firman Allah (QS. At- Tahriim 66: 06):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ .غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَمَاأَمَرَهُمْوَيَفْعَلُونَمَايُؤْمَرُون
Artinya
:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan."(QS. At-Tahrim/66: 06).
C. Materi Hadits
1. Hadits tentang Rumah Tangga Penuh Kaih Sayang
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ الْجَدَلِيُّ قُلْتُ لِعَائِشَةَ كَيْفَ كَانَ
خُلْقُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِهِ قَالَتْ:
(كَانَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَلاَ
سَخَّبًا بِا ْلاَسْوَاقِ وَلاَ يُخْزِئُ بِالسَّيِّئَةِ مِثْلَهَا وَلَكِنْ
يَعْفُو وَيَصْفَحُ) (رواه احمد فى المسند, باقى مسند الأنصار)
2.
Terjemah hadits
"Abu Abdullah Al-Jadali r.a. berkata, Suatu hari aku bertanya kepada
Aisyah r.a tentang akhlak Nabi Muhammad saw. Ia Menjawab. “Bagus-bagusnya
manusia adalah nabi Muhammad saw Beliau Tidak pernah bersikap kasar dan tidak
pernah berteriak dipasar dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan
akan tetapi beliau selalu memaafkan dan tidak mengungkitnya." (HR. Imam
Ahmad).
3.
Arti Mufrodat
Dari Abi Abdullah Al-Jadali
|
قَالَ اَبُو
عَبْدِ اللهِ الْجَدَلِيُّ
|
|
Aku bertanya kepada Aisyah r.a
|
قُلْتُ
لِعَائِشَةَ
|
|
Bagaimana
|
كَيْفَ
|
|
budi pekerti Rasulullah Saw
|
كَانَ خُلُقُ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
|
|
dalam keluarganya
|
فِى اَهْلِهِ
|
|
lalu dia berkata
|
قَالَتْ
|
|
Orang yang baik
|
كَانَ اَحْسَنَ
النَّاسِ
|
|
budi pekerti
|
خُلُقًا
|
|
dia tidak keji
|
لَمْ يَكُنْ
فَاحِشًا
|
|
tidak berteriak keras
|
وَلاَ سَخَّابًا
|
|
di pasar-pasar
|
بِا ْلأَسْوَاقِ
|
|
tidak membalas
|
وَلاَ يُجْزِئُ
|
|
dengan kejelekan
|
بِالسَّيِّئَةِ
|
|
Sepertinya
|
مِثْلَهَا
|
|
Dia adalah orang yang memaafkan
|
وَلَكِنْ يَعْفُوْ
|
|
dan toleran
|
وَيَصْفَحُ
|
|
tidak berteriak keras
|
وَلاَ سَخَّابًا
|
|
di pasar-pasar
|
بِا ْلأَسْوَاقِ
|
|
tidak membalas
|
وَلاَ يُجْزِئُ
|
|
dengan kejelekan
|
بِالسَّيِّئَةِ
|
|
Sepertinya
|
مِثْلَهَا
|
|
Dia adalah orang yang memaafkan
|
وَلَكِنْ يَعْفُوْ
|
|
dan toleran
|
وَيَصْفَحُ
|
|
D. Refleksi Hadits
Dalam Kehidupan
Pernikahan
adalah suatu ikatan perjanjian antara dua insan laki-lakai dan perempuan dengan
syarat-syarat seperti adanya ijab Qabul, dua saksi, mahar dan wal nikah. Dan
dari sinilah awal mula terbentuknya hidup berumah taangga selain sebagai bentuk
perintah Agama dan sunnah Rosul.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan terkaid dengan hadis di atas terdapat nilai
pendidikan rumah tangga yang nantinya hal tersebut adalah cerminan kehidupan
dalam bermasyarakat, Manusia tidak akan dapat bisa hidup dengan normal dan
tidak dapat merealisasikan tujuan yang mereka inginkan kecuali
mereka dapat berinteraksi antar anggota masyarakat,
interaksi yang baik dan juga saling melengkapi.
Perlu
adanya ahlak yang baik dalam Berinteraksi, bergaul dan juga
bermasyarakat yang mana ahlakmdisini bukan nya ahlak yang di
buat-buat agar dapat terlihat baik di depan orang. Karena dalam
berinteraksi terdapat kerjasama, solidaritas, tolong-menolong dan saling
melengkapi sehingga kesemua aspek yang terjadi sulit untuk di manipulasi.[6]
Kecantikan
maknawi adalah ahlak yang mulia.
Berkaitan dengan kecantikan perilaku (maknawi) dan
seperti yang kita tau bahwa risalah datang untuk menyempurnakan ahlak yang
mulia dan memgajak manusia berlomba-lomba menuju kebajikan serta mewujudkan “
yang terbaik” (al-lati hiya ahsan).[7]
Hal-hal yang menambahkan kecantikan lahir
batin adalah:
·
Menjahui sifat
dengki karena kedengkian membangkitkan api dalam sekam dalam siri
seseorang.
·
Jujur, adalah
sumber keselamatan di dunia dan akhirat. Dan membiasakan kejujuran karena
kejujuran dalam Ucapan akan membuat orang lain menerima Ucapan Anda.
·
Berbuat baik kepada
orang lain.
·
Memperbaiki hati
karena hati adalah Raga bagi seluruh anggota tubuh.
·
Lapang dada
Hidup
berumah tangga dapat menjadi satu lembaga pertama kali dalam pembentukan
Ahlak-ahlak yang sesuai agama dan nilai-nilai kemanusiaan karena pendidikan
yang pertama kali dilakukan adalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan yang
dilakukan anakpun seperti itu mereka akan mencermti nilai-nilai pendidikan yang
ada dalam rumah salah satu contoh anak cenderung meniru prilaku kedua orang
tuanya.
Ketika
kedua orang tua mereka membiasakan akhlak-akhlak yang tidak baik contoh suka
berteriak-terik, marah, iri, dengki dan Ahlak kurang baik lainya maka anak akan
cenderung mengikuti apa yang orang tua mereka lakukan dan dapat tertanam
Pribadi yang sesuai dengan kebiasaan dalam kondisi keluarga tersebut, begitu
pula sebaliknya.
E. Aspek Tarbawi
Setelah menelaah dari berbagai penjelasan diatas berikit ini beberapa nilai
tarbawinya:
v Manusia diciptakan berpasang-pasang untuk
saling menyayangi, saling menerima dan memberi antara satu dan lainya untuk
memperoleh ketentraman jiwa dan membentuk keluarga-keluarga dibina dengan baik.
v Orang-orang yang baik budi pekertinya yaitu:
Orang yang tidak berbuat keji, tidak berkata kotor, tidak suka berteriak keras,
tidak membalas kejelakan dengan kejelekan
memaafkan dan
bersikap toleran dan ahlak baik lainya.
v Dalam hidup berumah tangga jika dilakukan atas
dasar mengikuti perintah agama akan menciptakan keluarga yang sakinah mawadah
dam warohmah dan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama kali dalam
pendidikan.
v Pendidikan akhlak dirasa peting untuk
mewujudkan insan-insan yang berahkak yang baik sehimgga akan terbentuk
bangsa-bangsa yang aman tentram dan berahlak yang baik pula.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mempelajari hadis dapat mengambil nilai-nilai
pendidikan yang terkaid dengan kehidupan, hadis disamping sebagai sunnah-sunnah
yang dilakukan Nabi muhammad, juga dapat dijadikan sebagai pedoman kita dalam
berumah tangga yang meneladani Nabi, dengan Demikian pastinya akan tercipta
kehidupan berumah tangga, bermasyarakat yang aman tentram dan sesuai dengan apa
yang di inginkan.
Kesimpulan dari hadis diatas bahwa dengan berakhlak
yang baik,benar dan sesuai maka akan tercipta pribadi-pribadi yang berahlkul
karimah sehingga dalam kelurga paun akan tercipta rumah tangga yang sakinah
mawadah warohmah, dalm lingkup yang lebih besar lagi ketika setiap insan
membiasakan ahlak yang baik dan hidup yang sesuai akan tercipta
masyarakat-masyarakat,bangsa-bangsa yang saling mengjargai sehingga tercipta
ketentraman.
DAFTAR PUSTAKA
ü
Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
ü
M. Dlori, Muhammad. 2005. Dicinta Suami (Istri) Sampai
Mati. Jogjakarta: Katahati.
ü
Basri, Hasan. 1997. Keluarga Sakinah Tinjauan
Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ü
Mahmud,Ali Abdul Halim. 2004. AkhlakMulia. Jakarta: GemaInsani.
ü
Mustafa al-Adawy, Syekh. 2009. FikihAkhlak. Jakarta: Qisthi Press.
TENTANG PENULIS
Nama lengkap saya Sahirul Ilmi,
saya lahir di Pekalongan pada tanggal 19/10/1991.Usia saya sekarang 23
tahun,saya tinggal di desa Api-Api RT 01/RW 01 kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan. Hobi saya bermain futsal dan playstation karena saya suka sepakbola
sejak kecil. Saya masuk ke kampus STAIN Pekalongan ini pada tahun 2011, saya
mengambil jurusan Tarbiyah prodi PAI di kampus ini. motivasi saya masuk ke
kampus tentunya untuk menjadi seorang pengajar atau Guru yang profesional.Sebelum
saya masuk di kampus STAIN ini saya memulai jenjang pendidikan saya pada tahun
1997-2003 di SDN 01 Api-Api kecamatan Wonokerto kabupaten Pekalongan, kemudian
setelah lulus dari SD saya melanjutkan jenjang pendidikan saya di SMP NU
Pajomblangan, Kedungwuni pada tahun 2003, namun saya hanya setahun di situ, dan
melanjutkannya lagi di kampung halaman saya di desa Api-Api tepatnya di SMP FQ
Wonokerto. Saya lulus SMP pada tahun 2006, dan melanjutkan jenjang pendidikan
saya pada tahun 2007 di SMK Ma’arif Tirto Pekalongan dengan mengambil jurusan
Teknik Komputer dan Jaringan, dan saya lulus pada 3 tahun berikutnya. Demikian
sedikit biodata dari saya, semoga sedikit bisa mendekatkan kepada anda para
pembaca sekalian, Terima Kasih.
[1]Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 111.
[2]Muhammad M. Dlori, Dicinta Suami (Istri) Sampai Mati, (Jogjakarta:
Katahati, 2005), hlm. 30-32.
[3]Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 27.
[4]Muhammad M. Dlori, Dicinta Suami (Istri) Sampai Mati, (Jogjakarta:
Katahati, 2005), hlm. 34-35.
5 Ibid., hlm. 79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar