Media Publik : Menyebarkan Ilmu Ke Kalangan Eksternal
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun
oleh :
Evi Maulida
2021112149
Kelas : E
TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
PENDAHULUAN
Manusia
sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila
dan religi. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila dan
religi harus dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Dalam proses
pengembangan hidupnya manusia perlu mempelajari ilmu - ilmu serta pendidikan
dalam beragama maupun bermasyarakat. Tanpa ada ilmu dan pendidikan yang memadai,
seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik. Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu sarana yang dapat di gunakan
untuk menyebarkan ilmu pendidikan melalui media publik.
Dalam
sejarah masyarakat manusia menandakan penggunaan komunikasi oleh manusia untuk
mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan yang lain, yang tak mungkin dicapai
hanya dengan berbicara dalam jarak normal. Namun seiring perkembangan teknologi
komunikasi telah lahir suatu sarana informasi umum yang tertuang dalam satu
wadah media publik. Perkembangan media publik untuk saat ini dapat dikatakan
sangat pesat dan dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap
berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi, sosial, budaya maupun
pendidikan. Media publik berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pada dasarnya semua ilmu pengetahuan akan menghasilkan inovasi
baru terhadap perkembangan media publik, tidak hanya sebagai media informasi
namun telah dikembangkan sebagai sarana menyebarkan ilmu.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan salah satu hadits tentang memanfaatkan media publik
untuk menyebarkan ilmu ke kalangan eksternal.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu
perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi,
dalam pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang dipergunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Komunikasi yang
terjadi dalam media massa bersifat searah di mana komunikan tidak dapat memberikan
tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay feedback).
Publik merupakan semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organiasasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan.[1]
Media publik berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pada dasarnya semua ilmu pengetahuan
akan menghasilkan inovasi baru terhadap perkembangan media publik, tidak hanya
sebagai media informasi namun telah dikembangkan sebagai sarana menyebarkan
ilmu.
Media
menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang luas. Ini menunjukka bahwa
pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang
luas bagi khalayak atau para komunikannya. Media dapat menjangkau sejumlah
besar khalayak. Komunikan dalam media massa berjumlah besar. Pesan yang
disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan
intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas.[2]
2.
Teori
Pendukung
Sarana dan media dakwah yang digunakan oleh umat
untuk menyeru kepada dinullah, senantiasa juga
berkembang sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, mulai dari
seruan langsung dari da’i kepada mad’u, melalui surat menyurat, media
perdagangan, melalui media cetak dan elektronik, buku, kaset dan berbagai media
yang lainnya. Namun isi dari dakwah adalah tetap tidak berubah, yakni untuk
menegakkan dinullah. Oleh karena itu dalam dakwah, umat Islam wajib membuat dan
menggunakan sarana yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan peradaban
manusia ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi pada berbagai bidang
kehidupan. Teknologi informasi menjadi salah satu pilar utama pembangunan
peradaban manusia saat ini. Teknologi ini merupakan sarana penting untuk
transformasi sebuah masyarakat menjadi masyarakat yang lebih maju. Salah satu
teknologi informasi yang berperan dalam kehidupan sehari-hari adalah media
public. Media publik sangat penting dalam penyebaran informasi terhadap
masyarakat luas dari semua golongan, bahkan mampu mempengaruhi pola hidup dan
perilaku sebuah masyarakat.[3]
Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dipaparkan salah satu hadits tentang
memanfaatkan media publik untuk menyebarkan ilmu ke kalangan eksternal.
3.
Materi
Hadits
1. Hadits Tentang Menyebarkan Ilmu Di kalangan
Eksternal
عَنْ
سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا قَالَ:
لَمَّا نَزَلَتْ:وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِيْنَ، خَرَجَ رَسُوْلُ الله ِصَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى
صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ: يَاصَبَاحَاهْ، فَقَالُوْا: مَنْ هَذَا؟ فَاجْتَمَعُوْ
إِلَيْهِ فَقَالَ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْ تُكُمْ أَنَّ خَيِلاً تَخْرُجُ مِنْ
سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟ قَالُوا مَاجَرَّبْنَا عَلَيْكَ
كَذِبًا. قَالَ: فَإِنِّي نَذِيْرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْد. قَالَ
أَبُوْلَهَبٍ: تَبَّالَكَ، مَاجَمِعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَّا؟ ثُمَّ قَامَ
فَنَزَلَتْ:تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ، وَقَدْ تَبَّ. هَكَذَا قَرَأَهَا
الأَعِمَشُ يَوْمَئِذٍ . (رواه البخارى فى الصحيح, كتاب تفسير القرآن الكريم, باب
تباب خسران تتبيب تدمير)
2. Mufrodat
Terjemah
|
Teks Arab
|
Berkata
|
قَالَ
|
Ketika turun
|
لَمَّا نَزَلَتْ
|
Dan berilah
|
وَأَنْذِرْ
|
Keluargamu
|
عَشِيْرَتَكَ
|
Paling dekat
|
اْلاَقْرَبِيْنَ
|
Kelompokmu
|
رَهْطَكَ
|
Yang ikhlas
|
الْمُخْلَصِيْنَ
|
Keluar
|
خَرَجَ
|
Pasukan
|
خَيِلاً
|
Berkumpul
|
اجْتَمَعُوْ
|
Balik
|
سَفْحِ
|
Gunung
|
جَبَلِ
|
Berdusta
|
كَذِبًا
|
Pedih
|
شَدِيْد
|
3. Makna Hadits
Dari
Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Ketika turun ‘Dan berilah peringatan
keluargamu yang paling dekat, dan kelompokmu di antara mereka yang ikhlash’,
Rasulullah SAW keluar hingga naik ke Shafa, lalu berteriak, ‘Yaa shabahaah’.
Mereka bersabda, ‘Siapa ini?’ Mereka pun berkumpul kepadanya. Beliau bersabda,
’Bagaimana pendapat kalian jika aku mengabarkan bahwa pasukan berkuda keluar
dari balik bukit ini, apakah kalian membenarkanku?’ Mereka berkata, ‘Kami tidak
pernah mencoba dusta kepadamu’. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan dihadapan adzab yang pedih’. Abu Lahab berkata, Binasalah
kamu, kamu tidak mengumpulkan kami kecuali untuk ini?’ Kemudian dia berdiri.
Maka turunlah ayat, ‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa’, yakni sungguh binasa. Demikian dibaca oleh Al A’masy pada hari
itu.”(HR. Bukhori)[4]
4.
Keterangan
Hadits
Dalam
hadits ini di jelaskan bahwa Rasulullah SAW ketika menyampaikan informasi kepada para sahabat
adalah dengan metode dakwah atau ceramah. Media publikasi yang digunakan oleh
Rasulullah SAW untuk menyampaikan informasi adalah Bukit Shafa. Seperti yang di
riwayatkan oleh al-Bukhori dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa
suatu ketika Rasulullah SAW naik ke bukit Shafa sambil berseru :”Mari berkumpul
pada pagi hari ini !” maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda
:”Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang
besok pagi atau petang, apakah kalian percaya padaku?” Kaum Quraisy menjawan:
“Pasti kami percaya”. Rasulullah bersabda: “Aku peringatkan kalian bahwa siksa
Allah yang dasyat akan datang.” Berkatalah Abu Lahab:”Celakalah engkau ! apakah
hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami ?” Maka turunlah ayat ini (surat
Al-Lahab ayat 1-5). Berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan bahwa
kecelakaan itu akan menimpa orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama
Allah.[5]
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Isra-il, dari Abu Ishaq, yang bersumber dari orang Hamdan
yang bernama Yazid bin Zaid. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang
bersumber dari ‘Ikrimah, bahwa istri Abu Lahab menyebarkan duri-duri yang
hendak dilalui oleh Nabi Muhammad saw. Maka surat ini turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut, yang melukiskan bahwa orang yang menghalang-halangi dan
menyebarkan permusuhan terhadap Islam akan mendapat siksa Allah SWT.[6]
5.
Refleksi
Hadits Dalam Kehidupan
Dengan
adanya media publik di zaman sekarang ini seperti televisi, internet, radio,
hp, dan lain-lain, penyebaran ilmu ke kalangan eksternal dapat dilakukan dengan
lebih mudah sehingga ilmu atau materi yang disampaikan atau diajarkan lebih
mudah di terima oleh masyarakat luas. Misalnya, seperti penyebaran ilmu agama
melalui tayangan ceramah di televisi menjadikan seseorang lebih mudah dalam
memperoleh ilmu.
Dalam
konteks dakwah Islam tentunya segala bentuk kemajuan teknologi informasi dan
informasi itu adalah bagian dari karunai Allah yang wajib disyukuri dengan cara
menguasai dan menggunakannya untuk kemajuan dakwah menciptakan khairu ummah.
Bukan malah sebaliknya, multimedia komunikasi dan informasi itu malah dikuasai
dan digunakan oleh manusia yang berorientasi pada kesenangan hidup dan
kesenangan hawa nafsu dengan dorongan materialisme, kapitalisme, dan hedonisme.
Jika hal tersebut yang terjadi maka tidak heran jika prilaku sosial masyarakat
kontemporer yang posisinya hanya sebagai penikmat/konsumen tidak jelas
identitasnya terombang-ambing oleh gelombang pasang informasi yang menerjang.
Oleh karena itu, dakwah
melalui multimedia berbasis teknologi informasi dan komunikasi menjadi
kebutuhan mutlak yang tidak bisa ditawar lagi. Sudah saatnya para pegiat dakwah
mengejar ketertinggalannya dalam konteks pemanfaatan media publik untuk dakwah
dengan standar minimal menjadi pengguna.
6.
Aspek
Tarbawi
Dari
hadits tersebut kita dapat mengambil nilai tarbawi yaitu :
a.
Media publik merupakan
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan
dan kemauan audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
baik.
b.
Media publik adalah alat
bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran.
c.
Media publik yang paling
sederhana untuk menyebarkan ilmu adalah dengan berbicara atau berceramah dalam
suatu majlis. Seperti yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw. Ketika
menyampaikan ceramah – ceramahnya kepada para sahabat.
d.
Dalam perkembangan sekarang
ini, media publik sangat membantu para pendidik dalam menyampaikan pesan
pembelajaran serta lebih mudah ditangkap dan diterima.
e.
Media publik juga merupakan
sarana yang efisien dan bermanfaat dalam kegiatan belajat mengajar.
f.
Dalam pendidikan untuk
menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran, maka harus ada semangat dalam
memanfaatkan media publik.
g. Perintah
memanfaatkan media publik sebagai sarana penyampaian ilmu dan informasi ke
kalangan eksternal.
PENUTUP
Dari
pembahasan makalah di atas dapat di simpulkan
bahwa dalam menyebarkan ilmu ke kalangan eksternal atau masyarakat luas,Rasulullah SAW
menggunakan metode dakwah atau ceramah
Dengan
adanya perkembangan teknologi informasi menjadikan media publik sebagai sarana
penting untuk menyebarkan ilmu bahkan untuk kalangan eksternal. Seperti yang
sudah diajarkan Rasulullah SAW, dimana kita harus memanfaatkan media publik
guna membantu mempermudah dalam menyebarkan ilmu.
REFERENSI
al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. 2012. Ensiklopedia Hadits 2; Shahih al-Bukhari 2.
Jakarta: Almahira
Bungin,
Burhan M. 2006. Sosiologi Komunikasi.
Jakarta : Kencana
Ibnu Hajar
Al-Azqalani, Al Imam Al-Hafizh, Fathul Baari (Jakarta:Pustaka Azzam,
2008), Juz 24
Yaqub, Ali Mustafa. 2000. Sejarah
dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta : Pustaka Firdaus
http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/86-pemanfaatan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dalam-dakwah,
diakses pada Senin, 3 Maret 2015.
http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/,
diakses pada Senin, 3 Maret 2015.
Penulis
Nama : Evi
Maulida
Nim :
2021112149
Alamat : Kedungwuni Rt7 Rw3
Lulusan : 1.
MI WS Karangdowo
2.
SMP N 2 Kedungwuni
3.
MAN 1 Pekalongan
No HP : 085642943698
[3] http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/86-pemanfaatan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dalam-dakwah
[4] Ibnu Hajar Al-Azqalani, Al Imam Al-Hafizh, Fathul Baari (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Juz 24, hlm.642-643.
[5]
al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. 2012. Ensiklopedia Hadits 2; Shahih al-Bukhari 2. Jakarta: Almahira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar