“Dorongan
untuk Memanfaatkan Pancaindra”
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun oleh :
Mohammad Lu’lu Um
Maknun 2021113277
Kelas F
Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN)
PEKALONGAN
2015
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad S.A.W.
Makalah ini berisikan tentang
dorongan untuk memanfaatkan panca indra dari hadits Abu Dawud kitab sholat bab
tahiyat. Khusunya makalah ini membahas tentang pengertian, keterangan hadits,
teori pendukung, dan aspek tarbawi.
.
Diharapkan semoga makalah ini membantu pembaca menambah informasi, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Diharapkan semoga makalah ini membantu pembaca menambah informasi, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaanmakalah
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pekalongan, 08 Maret, 2015
Penyusun
Penyusun
BAB
I
PENDAHLUAN
Pancaindra
yakni anggota tubuh yang di anugerahkan
kepada manusia yang menyatu dalam
fungsi manusia yang utuh. Dan pada dasarnya pancaindra berfungsi sebagai
sistematis komponen tubuh, sebab dari beberapa komponen membentuk seperangkat
sistem.
Lantas
untuk menstabilkan kegunaannya, ketajaman dan sensitifitas perlu ditingkatkan,
dengan adanya dukungan pengetahuan, rasa ingin melatih yang akan sangat mudah
mengoptimalkan kegunaan pancaindra. Sebab itu gunakanlah pancaindra anda sesuai
kebutuhan dan manfaat anda, dengan tidak melanggar prinsip-prinsip dan
nilai-nilai.
Dan
sebaik-baik manusia apabila dapat menggunakan pancaindranya sesuai ajaran agama
supaya tidak menyeleweng dari kaidah-kaidah tertentu, namun pada Era sekarang
gak heran jika banyak dari kalangan anak muda yang menyeleweng dari kegunaan pancaindra
dan tak menjaga apa kegunaan yang semestinya, sebab itu mari kita tegakkan
bersama kegunaan pancaindra agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manusia
membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk
dapat menjalani hidupnya dengan baik. Alat indra yaitu rangsangan yang berasal
dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu.[1]
Melalui indra,
tanda-tanda dunia luar sampai kepada kita, tanda-tanda ini disebut stimulus
yang bermaca,-macam sifatnya. Melalui
kelima indra tersebuut, informasi dari dunia luar dapat diterima.panca indra
yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1.
indra penglihatan
mata
2.
indra pendengaran
telinga
3.
indra peraba kulit
4.
indra penciuman
hidung
5.
indra pengecap
mulut (lidah)[2]
·
Indra
penglihatan (mata)
Dalam bahas puisi, mata adalah jendela hati. yang dilihat oleh mata
adalah cahaya yang merupakan energi fisik menstimulasi mata. Penglihatan
dimulai dengan cahaya yang meupakan gelombang radiasi elektromagnetik. Tentunya
dengan demikian mata membutuhkan kemampuan dasar yang baik[3]
·
Indra
pendengaran (telinga)
terdapat tiga bagian telinga, yakni telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
untuk bagian luar dimulai dari bunyi. organ pertama yang bertemu dengan gelombang suara
adalah gendang telinga. pada bagian
tengah telinga getaran ditransmisikan, kemudian gertaran alam, gertaran
suara diubah agar bisa ditansmisikan ke otak.[4]
·
Indra
peraba (kulit)
Pada bagian ini ada beberapa hal yang dirasakan yakni sentuhan,
tekanan, suhu dan sakit yang berguna untuk kebertahanan hidup. manusia menjadi
siaga untuk menghadapi bahaya yang ada di luar tubuh.[5]
·
Indra
penciuman (hidung)
cara kerja penghidung dimulai ketika molukel-molukel dari sebuah
substansi masuk dalam saluran hidung dan mengenai sel-sel olfaktori.[6] Bentuk alatnya berupa concha (berbentuk bulu
ayam) yang terdiri dari tulang yang ditutup atau dilapisi oleh selaput lendir
yang penuh dengan pembuluh-pembuluh darah yang dapat membesr, gunanya untuk
memanasi hawa (udara) yang masuk keparu-paru.[7]
·
Indra
pengecap (lidah)
perangsang pengindraan pengecap adalah
benda-benda yang dapat larut (menjadi cair). sensasi pengecap yang pokaok ada
empat, yakni rasa manis, rasa asin, rasa asam/masam dan rasa pahit.[8]
B.
Teori Pendukung
Manusia
sebagai Makhluk Hidup sebelum kita bicarakan mengenai sifat-sifat manusia yang
lain dari pada makhluk-makhluk lainnya itu. Bertentangan dengan eksistensinya,
manusia adalah makhluk biologis yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada
kodrat alam. Manusia membutuhkan udara udara untuk bernafas serta makanan dan
minuman untuk mempertahankan hidupnya.[9]
Alat-alat
indra amatlah membantu dalam kehidupan seseorag. Ia dapat memberi sensasi.
Sensasi tersebut adalah stimulan dari dunia luar yang dibawa masuk ke dalam
sistem syaraf. Hampir semua “hal” di dunia ini dibawa masuk oleh indra melalui
sensasi.[10]
Pengamatan
manusia dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang dunia
luar dan dirinya sendiri dengan mempergunakan alat-alat indranya. Manusia itu
tahu apa yang terjadi, baik diluar maupun didalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka mengetahui mengamati ialah
berarti aktif. Manusia harus tahu bagaimana seharusnya mempergunakan alat-alat
indranya (mengamati, mengindra, observasi), bagaimana ia harus berfikir,
merasai, mengamati dan bertindak, dan ia harus tahu apa itu semua syarat yang
dikerjakan.[11]
Secara
proses Psikologis dari gejala-gejala konasi atau kehendak dan kemauan, serta
akta atau tindakan atau perbuatan. Keinginan dan abilitas jiwa yang terarah
kepada sesuatu objek untuk dicapainya. Untuk dapat mencapai objek tadi harus
ada kemauan dan perbuatan kongkret, sehingga dalam di dalam proses kemauan itu
terdapatlah proses mental.[12]
C.
Materi Hadits
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: ﴿ وَكَانَ
النَّبِىُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ وَلَمْ يَكُنْ
يَعَلِّمُنَاهُنَّ كَمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ : اللَّهُمَّ أَلَّفْ بَيْنَ
قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجَّنَا
مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا
وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُشْنِيْنَ بِهَا قَابِلِيْهَا
وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا﴾ (رواه أبو داود
فى السنن, كتاب الصلاة, باب التشهد)
Dari Abdullah berkata : Beliau
(Rasulullah SAW) biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak
mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahhud :“ Wahai
Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami
kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran,
jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar,
limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri
dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri
ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu
atas kami”. (HR. Abu Dawud dalam As-Sunan)[13]
Keterangan hadist :
Dalam hadits
ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan beberapa kalimat selain
tasyahud yaitu:
·
Agar mendamaikan
hati kami, ada suatu pendapat bahwa mwndamaikan orang bertikai adalah
memperbaiki kedaan diantara kamu sekalian sehingga menjadi rukun.
·
Agar dijauhkan
dari perbuatan-perbutan keji seperti zina.
·
Agar dilimpahkan
berkah pada pancaindra yang dimiiki.
·
Dan hal-hal tersebut
dilakukan untuk mencapai kesempurnaan.[14]
D.
Refleksi Hadits dalam Kehidupan
Sampai
di sini kita hanya disibukkan dengan cara mengikuti lingkugan kita. Hasilnya
adalah mendapatkan pengertian mengenai dunia tempat kita hidup. Atas dasar
pengertian inilah, kita bergaul dengan lingkungan sekitar kita. Karena pola
kebutuhan, termasuk pengalaman lalu individu dan budaya tempat kita dibesarkan,
berlainan antara individu unik dan khusus.
Sehubungan
dengan adanya objek lain, terjadilah
suatu susunan tertentu di sekitar manusia. Susunan ini dipengaruhi oleh
berbagai unsur dan mempunyai ciri relatif stabil. Ini penting karena individu
tidak akan mampu berbuat tanpa itu. Keadaan relatif mengarahkan individu dalam
mencari informasi sesuai dengan yang digambarkan, sedangkan informasi yang
tidak sesuai akan dikesampingkan karena mempersulit perilaku dilingkungannya.
Konklusi
tidak menyenangkan ini perlu ditempatkan pada beberapa batasan, antara lain
sebagai berikut;
1.
Perubahan
karena adanya pembaharuan tentang konklusi indra baru mempunyai sedikit
pengaruh terhadap orientasi yang bertentangan.
2.
Sejauh
mana individu dapat menstabilkan hubungan timbal balik agar dapat informasi
yang kongkrit.[15]
E.
Aspek Tarbawi
Dari hadits di
atas kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikur:
1.
Manusia
harus memanfaatkan segala yang diberikan allah yaitu pancaindra dengan baik.
2.
Agar
kita mensyukuri pentingnya pancaindra yang kita miliki.
3.
Janganlah menyiakan-nyiakan kegunaan pancaindra yang
kita miliki.
BAB III
PENUTUP
Dalam pengupayaan
terhadap jasa-jasa indra sewajarnya kita menggunakan kegunaan sebaik-baiknya,
supaya nantinya kita bisa merawat dan mensyukuri apa yang kita miliki.
Lantas apa yang sudah
kita miliki janganlah kita sombong lalu berbesar kepala kemudian lalai kepada
sang pencipta yang menjadikan kita sebagai hamba yang dilaknat.
Alangkah baiknya kita
dapat menggunakan pancaindra dengan baik lalu dipergunakan dalam kegiatan-kegiataan
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Bay.
1992. Tarjamah Sunan Abu Daud jilid 1.
Semarang: cv. Asy syifa’.
Fudyartanta,
Ki. 2011. Psikologi Umum. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Mar’ati
, Samsunuwijati. 2010. Perilaku
manusia. Bandung : PT Refika Aditama.
Sarwono
, Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pres.
[1]
http://www.organisasi.org/1970/01/5-lima-alat-indra-manusia-mata-hidung-telinga-lidah-kulit-panca-indra.html
[2] Samsunuwijati
Mar’ati, Perilaku manusia,(Bandung : PT Refika Aditama, 2010), hlm. 7-8
[3] Sarlito W.
Sarwono, pengantar psikologi umum, (Jakarta : Rajawali Pres, 2013), hlm
91
[4] Ibid.,
hlm. 87
[5] Ibid., hlm.
91
[7]Ki fudyartanta,
Psikologi Umum, (Yogyakarta : pustaka pelajar 2011), hlm. 245
[9] Sarlito w.
Sarwono, Op.cit.,hlm. 42
[10] Ibid.,
hlm.93
[11] ki
fudyartanta, Op.cit., hlm. 183-184
[12] Ibid.,hlm.
344
[13] Bey
arifin,tarjamah sunan abu daud jilid 1, Semarang: cv. Asy syifa’, 1992,. hlm.
660-661
[14] http://lifsyifa.blogspot.com
[15]Samsunuwiyati
Mar’at, Op.cit., hlm.12-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar