SUMBER ILMU PENGETAHUAN
“ Manfaat Panca Indera untuk Mencari
Ilmu “
Mata kuliah : Hadis Tarbawi II
Disusun oleh:
Himatul Aliyah (2021113163)
Kelas : F
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan nikmatnya kepada
saya, sehingga saya dapat menyusun tugas makalah tentang “ memanfaatkan panca
indera untuk mencari ilmu” dengan lancar.
Bahwasannya Allah menciptakan manusia ke dunia ini
dengan sebaik-baiknya yang di anugerahi panca indera yang sangat istimewa dan
sebagai kelebihan yang paling besar untuk menjalankan fungsinya asebagai
khalifah di muka bumi ini sebagai mana
yang telah ditugaskan Allah kepada manusia.
Semoga isi dalam makalah ini bisa bermanfaat baik untuk saya pribadi
maupun bagi orang yang membacanya.
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Pada dasarnya manusia dilahirkan ke dunia ini masih dalam keadaan fitrah,
polos, telanjang, buta ilmu pengetahuan, dan
Allah hanya membekali dengan kekuatan dan panca indera yang dapat menyiapkannya
untuk mengetahui apa yang ada di sekitarnya dan belajar.
Panca indera inilah yang menjadi alat-alat manusia untuk
digunakan memperoleh pengetahuan dan juga merupakan jendela-jendela dengan
melaluinya orang dapat menjenguk ke alam yang luas untuk mengetahui
rahasia-rahasianya, kemudian mengambil manfaat untuk kemakmuran, kebahagiaan
dan kelestarian hidup manusia di bumi ini.
Panca indera juga merupakan sarana yang paling besar untuk
membantu manusia membangun dunia serta menjalankan fungsinya sebagai khalifah
di muka bumi sesuai dengan yang di Ridhai Allah SWT. Maka dalam makalah ini
akan dijelaskan mengenai hadits tentang pemanfaatan panca indera dalam mencari
ilmu dan Dorongan untuk memanfaatkan panca indera.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara
etimologis ilmu berasal dari bahasa arab ilm yang padananya dalam bahasa
inggris science, dalam bahasa jerman wissenchaft dan dalam bahasa belanda
wetenshap. Kata ilmu merupakan suatu perkataan yang memiliki makna ganda,
artinya mengandung lebih dari satu arti. Pada umumnya ilmu diartikan sebagai
sejenis pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu,
melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan
para ilmuan.
Secara
terminologis, istilah ilmu atau science kadang kadang diberi arti sebagai ilmu
khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai
dunia fisik atau meterial.[1]
Sedangkan Indera
atau indria merupakan alat
penghubung atau kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani
diri dengan material lingkungan. Dalam bahasa Sansekerta lima macam indera
disebut dengan panca budi indriya yang berfungsi sebagai alat sensor. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia lebih di kenal dengan panca indera yaitu mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit.[2] Indra
merupakan sarana manusia untuk memahami dan mengerti. Namun keduanya tidak
cukup untuk mengantarkan pada pengetahuan yang hakiki dalam banyak hal.[3]
B. Teori pendukung
Allah berfirman dalam surat an-Nahl : 78
yang artinya “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati
agar kamu bersyukur “.
Allah SWT letah menganugrahkan kepada
manusia beberapa indera, akan tetapi yang paling utama adalah indera
pendengaran dan penglihatan, agar manusia dapat berinteraksi dengan semesta
tempat ia hidup, dapat mengetahui apa yang ada didalamnya, serta
makhluk-makhluk yang hidup disana. Kemudian manusia menggunakan semua itu untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam penciptaan manusia.[4]
C.
Materi hadits
a.
hadis dan terjemahannya
Berikut hadits tentang memanfaatkan panca
indera untuk mencari ilmu
- عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ :
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : { نَضَّرَ
اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ
أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ } قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ
اللهِ . ( رواه الترمذى فى الجامع, كتاب العلم عن رسول الله, باب ما جاء فى الحث
على تبليغ السماع )
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami,lalu dia
menyampaikannya ( kepada yang lain ) sebagaimana yang dia dengar,maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang
mendengarnya”. (HR.At-Tirmidzi).
b. keterangan hadits
Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud dalam hadits,
yaitu: semoga Allah SWT mempereloknya dengan keagungan dan keindahan, bagi
orang yang mendengar sesuatu dari kami yaitu perkara Agama berupa suatu ayat
dari Al-Qur’an atau suatu Hadits, lalu iamenyampaikannya persis seperti apa
yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia lelaki maupun
wanita.
Banyak
orang yang mendengar hadits tidak secara langsung tetapi melalui perantara
sehingga lebih hafal, lebih menguasai dan lebih memahami dari pada orang yang
mendengar secara langsung.[5]
Hadits
tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena
‘mendengar’ sendiri merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu.
Sehingga Rasulullah meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu
dari beliau, yang kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar,
sehingga akan banyak orang yang mengetahui dari apa yang ia dengar dan ia
sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran untuk memanfaatkan panca indera dalam
mencari ilmu.
Semakin
banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera,
maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Dan Allah memberikan
pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.[6]
D. Refleksi hadits dalam kehidupan
Indera
pendengar merupakan instrumen ( alat ) paling pokok dan penting bagi setiap
manusia untuk menyerap berbagai informasi yang berkaitan dengan keberadaan alam
semesta ini.
Setiap orang yang mau memperhatikan
ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim ini, niscahya akan memahami bahwa nilai indera
pendengar sangatlah istimewa dan terbilang penting. Karenya, orang yang
senantiasa memikirkan (makna-makna yang terkandung dalam) Al-Qur’an melupakan
segenap hakikat (rahasia) besar yang terpendam di balik pentingnya indera
pendengaran.
Seiring
perkembangan dan kemajuan ilmu engetahuan yang terbilang sangat pesat, kalangan
ilmuan berhasil membuktikan bahwa indera pendengaran sangat penting dan
dibutuhkan seseorang untuk dapat berbcara. Mereka juga berhasil mengungkapkan
fakta bahwa proses pendengaran sangaterat kaitannya dengan seluruh fungsi panca
indera.[7]
E. Aspek Tarbawi
Dari hadits di atas banyak nilai yang
yang dapat kita ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa panca
indera merupakan anugrah yang sangat besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada
manusi, maka dari itu kita harus selalu bersyukur atas nikmat ini. Kemudian
panca indera juga sangat penting dalam hal mencaari ilmu terutama pada alat
penginderaan. Kemudian bagi orang yang mempunyai ilmu dituntut untuk
mengamalkan kepada orang lain, agar selain bermanfaat bagi diri sendiri juga
bermanfaat bagi orang lain.
PENUTUP
Dari pembahasan hadits di atas
tentang memamfaatkan panca indera untuk mencari ilmu, bahwa pada dasarnya panca
indera merupakan sarana untuk mencari ilmu yang amat penting serta nikmat yang
amat besar yang di Anugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengetahui
dirrinya sendiri dan sekitarnya. Dengan itu manusia dapat menangkap
ketentuan-ketentuan dan rahasia-rahasia yang tersimpan dalam raya ini, yang
dapat menjadi bukti yang valid atas keberadaan Allah SWT, yang telah
menciptakan seluruh alam semesta ini dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Alquran Yogyakarta: UII press, 2000
Najati mohammad ustman,
Terjemah al-Quran wa ‘ilmu nafs,
Bandung: PUSTAKA, 1985
Nashif
Ali Mansyur Syekh, Mahkota pokok-pokok
hadis Rasulullah SAW. Jilid I, Bandung: Sinar Baru, 1993
Qardhawi
Yusuf, As-sunnatu Mashdaran lil, Jakarta:Gema Insani Press, 1998
Yusuf As-Sayid Mohammad, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an, Jakarta
: PT Rehal Publika
Http://www.Wikipedia.org/indera.com
Http://www.nasehatislam.com,
diakses tanggal 10 Februari 2013
Nama : HIMATUL ALIYAH
Jurusan / Prodi : Tarbiyyah / PAI
Semester : IV ( Empat )
Tempat Tanggal Lahir:
Pekalongan, 23 Desember 1994
Lulusan : SMAN 01 Paninggaran
Tahun 2013
Tempat Tinggal : Paninggaran
[1]
Syafi’ie imam, Konsep Ilmu Pengetahuan
dalam Alquran ( Yogyakarta: UII press, 2000), halm 25-16
[2]
http://www.Wikipedia.org/indera.com
[3]Mohammad
utsman najati, Terjemah al-Quran wa ‘ilmu
nafs, (Bandung: PUSTAKA, 1985) , halm 134
[4] Yusuf Qardhawi, As-sunnatu Mashdaran lil, ( Jakarta:Gema
Insani Press, 1998 ), halm. 145-146
[5] Syekh Mansyur Ali Nashif, Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW.
Jilid I, (Bandung: Sinar Baru, 1993), hlm 167.
[6] Http://www.nasehatislam.com, diakses
tanggal 10 Februari 2013.
[7]
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an, (Jakarta
: PT Rehal Publika), halm.65-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar